Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Felin Marsha Bintang

Menjalin Warna Kehidupan: Melihat dalam Kultur dan Tradisi untuk Mengurai Benang Kehidupan Manusia

Pendidikan dan Literasi | Thursday, 04 Jan 2024, 12:28 WIB

Keberagaman dalam kehidupan manusia dianggap wajar. Hal ini diibaratkan seperti jari-jari tangan manusia, ada lima jari yang berbeda-beda, namun semuanya mempunyai fungsi dan kegunaannya masing-masing sehingga jika disatukan akan mampu melakukan sesuatu walaupun berat. Indonesia terdiri dari sejumlah masyarakat, budaya, bahasa, agama, dan asal usul yang sangat beragam.

Semuanya itu menimbulkan suatu kebudayaan yang dibatasi oleh hal-hal yang berhubungan dengan akal dan diwujudkan pula sebagai hasil karya, perasaan, dan daya cipta manusia. Oleh karena itu, peran Bhinneka Tunggal Ika sangat diperlukan, di mana perbedaan budaya akan menimbulkan perbedaan. Pembangunan multikultural harus terpadu dan menyatu dalam kehidupan masyarakat. Di tengah hiruk pikuk dan kemewahan era modern, adat istiadat dan kebudayaan seakan terpinggirkan, padahal kebudayaan memegang peranan dan fungsi yang sentral dan mendasar sebagai landasan utama tatanan. Kebudayaan harus berasal dari kehidupan berbangsa dan bernegara yang sudah mengakar dalam sendi kehidupan masyarakat.

1. Pendahuluan

Manusia adalah makhluk sosial, sehingga secara alamiah cenderung mudah bersosialisasi. Masyarakat yang tinggal dalam kelompok tentu menciptakan budaya. Dengan cara ini semua orang melihat, menggunakan, bahkan ada yang merusak budaya itu sendiri, sehingga dapat dikatakan tidak ada orang yang tidak memiliki budaya.

Tradisi sendiri dalam ilmu antropologi adalah suatu adat istiadat, cara hidup keagamaan dan magis penduduk setempat, yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, norma-norma, hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang berkaitan, serta di dalamnya terdapat gagasan-gagasan dari suatu sistem kebudayaan. Salah satunya melibatkan upaya kebudayaan untuk mengatur perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat. dapat disingkat menjadi aturan yang diturunkan dari generasi ke generasi dan dibentuk oleh komunitas.

Dari sudut pandang sejarah, kebudayaan muncul dari proses kehidupan manusia, dan manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan tersebut, sehingga pemisahan budaya dan tradisi yang ada dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat dihindari. Masyarakat sering kali meyakini bahwa cara berpikir, bertindak, dan secara sistematis budayanya sendiri adalah yang terbaik dan benar.

Tidak jarang banyak orang yang menganggap bahwa masyarakat dunia mempunyai nilai dan adat istiadat yang sama dengan kita. Selain itu, kita berasumsi bahwa orang lain mempunyai kebutuhan dan keinginan yang sama dengan kita.

Berinteraksi dan bersentuhan dengan orang-orang dari lingkungan budaya yang berbeda dapat menimbulkan masalah karena perbedaan budaya, pola, harapan, kebutuhan, dan keputusan berdasarkan kondisi budaya yang sangat berbeda.

Memahami perbedaan-perbedaan tersebut sangat penting karena manusia sebagai makhluk sosial harus berkontak langsung dengan orang-orang dari budaya yang berbeda. Pemahaman ini disebut kulturalisme dan mencakup perbedaan nilai, adat istiadat, adat istiadat, cara berkomunikasi, dan aspek perilaku lainnya.

2. Pembahasan

Tradisi dipahami sebagai adat istiadat suatu masyarakat yang didasarkan pada masa lalu dalam berbagai bidang seperti adat istiadat, bahasa, tatanan sosial, dan kepercayaan, serta proses yang ditularkan dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Memang tidak ada kehidupan manusia tanpa tradisi. Bahasa daerah masing-masing pada awalnya digunakan secara mandiri dan diadopsi dari sejarah panjang mereka, namun jika tradisi diambil alih sebagai harga mati tanpa ada yang bertanya maka patut dipertanyakan.

Tradisi ini menjadi tujuan tersendiri. Kata tradisi dalam bahasa Arab adalah turath. Turath berasal kamus klasik disamakan dengan kata irth, wirth, dan mirath yang artinya dan mengacu pada kekayaan, status, kebangsawanan, dll. Ini menunjukkan semua arti yang kita warisi dari orang tua kami.

Kebudayaan, sebaliknya, berasal dari kata Sansekerta Buddhaya yang berarti budi atau akal (menurut Koentjaraningrat). Oleh karena itu, pengertian kebudayaan terdiri dari kekuatan kebudayaan: cipta, karsa, dan cita rasa.

Kultur kebudayaan, sebaliknya, merupakan hasil kreativitas, karsa, dan cita rasa. Kedua, kata kebudayaan mempunyai arti yang sama dengan kebudayaan, yang dalam bahasa latin berarti pengolahan, pelaksanaan.

Dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan kebudayaan meliputi segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Hubungan antara budaya dan tradisi mengacu pada pengetahuan, pengalaman, keyakinan, nilai-nilai, perilaku, makna, hierarki, spiritualitas, waktu, peran, objek material, dan kepemilikan yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi hal-hal kelompok.

Berikut ini adalah beberapa unsur-unsur kebudayaan.

1. Bahasa

2. Sistem Teknis

3. Sistem Mata Pencaharian

4. Organisasi Sosial

5. Sistem Pengetahuan

6. Seni

7. Rohani (agama)

3. Kesimpulan

Manusia adalah makhluk sosial dan memiliki kecenderungan sosial sejak lahir. Kecenderungan ini memunculkan budaya. Manusia merupakan pencipta dan pengguna kebudayaan tersebut, sehingga manusia tidak lepas dari kebudayaan dan tradisi yang telah ada. Tradisi sendiri merupakan adat istiadat masyarakat yang dianggap mempunyai dasar sejarah pada masa lalu dalam berbagai bidang seperti adat istiadat, bahasa, tatanan sosial, dan kepercayaan, serta mengacu pada proses pewarisan kepada generasi berikutnya.

Interaksi sosial dapat menimbulkan permasalahanyang erat kaitannya dengan budaya dan tradisi yang ada pada masyarakat itu sendiri. Jika budaya tidak dilahirkan maka tidak akan ada tradisi yang dapat diwariskan kepada generasi berikutnya. Peran Bhinneka Tunggal Ika begitu penting dalam mengatasi keberagaman agar tidak terjadi konflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya.



Daftar Pustaka

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi Jakarta : Rineka Cipta, 1989

Soemardjan, Selo dan Soemardi, Soeleman, Setangkai Bunga Sosiologi, Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1964

Sztompka, Piotr, Sosiologi Perubahan Sosial Jakarta : Prenada Media, 2004

Hardiman, F. B, Belajar dari Politik Multikulturalisme. Pengantar dalam Kimlicka Kewargaan Multikul- tur: Teori Liberal Mengenal Hal-Hak Minoritas. Terjemahan oleh Edlina Efmini Eddin dari Jurnal Multicultural Citizenship: A Liberal Theory of Minority. Jakarta: LP3ES, 2002

Kusumohamidjojo, Kebhinnekaan Masyarakat Indonesia: Suatu Proble- matik Filsafat Kebudayaan Jakarta: Grasindo, 2000

Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.

Sahar, Santri. Pengantar Antropologi: Integrasi Ilmu Dan Agama, Makassar: Cara Baca, 2015.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image