Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Winda Aqielah

Punya Gangguan Mental Health Dianggap Keren oleh Gen Z?

Eduaksi | 2024-01-02 21:37:49
sumber foto : Freepik

Hal ini mencakup stereotip atau pandangan umum yang mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan pandangan seluruh generasi Z. Namun, ada beberapa argumen dan penjelasan yang dapat dipertimbangkan:

1. Awareness dan Normalisasi: Generasi Z telah tumbuh di tengah-tengah kampanye besar tentang kesadaran kesehatan mental. Kampanye ini bertujuan untuk mengurangi stigma seputar masalah mental dan mendorong pembicaraan terbuka. Dalam beberapa kasus, upaya ini dapat diartikan sebagai normalisasi penyakit mental.

Referensi: Corrigan, P. W., & Watson, A. C. (2007). Understanding the impact of stigma on people with mental illness. World Psychiatry, 6(1), 16–20.

2. Ekspresi Diri dan Identitas: Beberapa individu dari generasi Z mungkin mencoba mengidentifikasi diri mereka dengan pengalaman kesehatan mental sebagai bagian dari perjalanan ekspresi diri mereka. Ini dapat terlihat sebagai cara untuk merangkul keunikan dan kompleksitas identitas pribadi.

Referensi: Twenge, J. M. (2017). iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy—and Completely Unprepared for Adulthood. Atria Books.

3. Konteks Media Sosial: Dalam beberapa situasi, fenomena ini dapat dipengaruhi oleh apa yang disebut sebagai "efek media sosial," di mana seseorang mungkin mencoba mempresentasikan hidup mereka dengan cara tertentu untuk mendapatkan dukungan atau validasi dari komunitas online mereka.

Referensi: Primack, B. A., Shensa, A., Sidani, J. E., Whaite, E. O., Lin, L. Y., Colditz, J. B., ... & Miller, E. (2017). Social media use and perceived social isolation among young adults in the U.S. American Journal of Preventive Medicine, 53(1), 1–8.

Perlu dicatat bahwa pandangan ini mungkin tidak mencakup semua anggota generasi Z, dan banyak individu dari segala usia memiliki pandangan yang beragam terhadap isu kesehatan mental. Penting untuk memahami bahwa setiap pengalaman pribadi dengan penyakit mental sangat individual, dan tidak seharusnya diumumkan sebagai suatu tren atau norma.

Adapun Tantangan dan Solusi bagi Generasi Z

Generasi Z, yang tumbuh di tengah kemajuan teknologi dan era digital, menghadapi tantangan unik terkait kesehatan mental. Artikel ini mengeksplorasi isu-isu kesehatan mental yang dihadapi oleh Generasi Z, didukung oleh pandangan para ahli dalam bidang tersebut.

1. Tantangan Kesehatan Mental Generasi Z: Menurut Dr. Jean Twenge, profesor psikologi dan penulis "iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy—and Completely Unprepared for Adulthood" (Twenge, 2017), Generasi Z cenderung mengalami peningkatan tingkat depresi dan kecemasan yang terkait dengan penggunaan media sosial dan layar.

2. Dampak Teknologi terhadap Kesehatan Mental: Dalam penelitian "Association of Screen Time and Depression in Adolescence" (Twenge & Campbell, 2018), disebutkan bahwa penggunaan layar yang berlebihan dapat berkontribusi pada risiko depresi pada remaja. Hasil penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang dampak teknologi pada kesehatan mental Generasi Z.

3. Peran Positif Media Sosial dalam Kesadaran Kesehatan Mental: Dr. John Naslund, seorang peneliti di bidang kesehatan mental digital, dalam "Digital Health: A Path to Validation" (Naslund et al., 2019), menyoroti bahwa media sosial juga dapat menjadi sumber dukungan sosial dan meningkatkan kesadaran kesehatan mental.

4. Pemanfaatan Aplikasi Kesehatan Mental: Dalam "Smartphone Mental Health Apps: A Brief State of the Science Review" (Torous et al., 2019), Dr. John Torous membahas potensi aplikasi kesehatan mental yang dapat memberikan layanan terjangkau dan mudah diakses bagi Generasi Z.

5. Pembicaraan Terbuka dan Reduksi Stigma: Dr. Patrick Corrigan, ahli stigma kesehatan mental, dalam "The Stigma of Disease and Disability: Understanding Causes and Overcoming Injustices" (Corrigan, 2006) mengajak untuk membuka pembicaraan terbuka mengenai kesehatan mental dan mengurangi stigma.

6. Pencarian Bantuan Profesional Daring: Dr. Helen Christensen, dalam "Effectiveness of Internet Interventions for Depression: A Systematic Review" (Christensen et al., 2016), membahas efektivitas intervensi kesehatan mental secara online, memberikan opsi pencarian bantuan profesional melalui platform digital.

Kesimpulan: Mental health Generasi Z adalah isu serius yang memerlukan perhatian serius. Dengan memahami tantangan unik yang mereka hadapi dan memanfaatkan teknologi dengan bijak, kita dapat bersama-sama menciptakan solusi yang mendukung kesehatan mental Generasi Z di era digital yang terus berkembang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image