Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Helmy Ramzi Mushory

Insiden Pembunuhan Khalifah Al Mutawakkil oleh Para Jendral Turki

Sejarah | 2024-01-01 14:36:09
Ilustrasi Al Mutawakkil bersama tentara dari bangsa Turki

Al Mutawakkil adalah Khalifah ke 10 dari Bani Abbasiyyah. Ia adalah adik dari khalifah ke 9, Al Watsiq dan anak dari khalifah ke 8, Al Mu’tashim. Ia memiliki nama Asli Ja’far. Setelah ia naik tahta ia diberi gelar Al Mutawakkil yang artinya orang yang bertawakal. Ia menjadi khalifah karena penolakan salah satu jendral Turki yang bernama Washif kepada anaknya Al Watisq, yaitu Muhammad. Awalnya tahta akan diberikan kepada anaknya Al Watsiq yang bernama Muhammad, akan tetapi karena Muhammad masih terlalu kecil, maka tahta diberikan kepada Ja’far.

Abu Jarir Ath Thabari meriwayatkan dalam kitabnyaTarikh Umam wal Muluk [1], bahwa ketika para pejabat Al Watsiq berkumpul untuk menyatakan Muhammad sebagai khalifah penggantinya, kemudian para pejabat itu memakaikan baju kekhalifahan kepada Muhammad, akan tetapi tidak muat karena ia masih terlalu kecil. Kemudian Washif mengomentari yang artinya

Apakah kalian tidak takut kepada Allah?, kalian ingin menjadikan seorang yang seperti ini menjadi khalifah? Sedangkan shalat dibelakangnya saja tidak sah

Penolakan Washif ini kemudian menjadikan Ja’far menjadi khalifah selanjutnya.

Ketika Al Mutawakkil menjadi khalifah, ia melakukan beberapa reformasi pada pemerintahannya. Diantara reformasi yang ia lakukan adalah merubah mazhab akidah Abbasiyyah yang asalnya Mu’tazilah menjadi Sunni menurut ajaran Ahmad bin Hanbal dan kaum salaf lainnya. Ia kemudian membebaskan ulama-ulama yang dikurung akibat ketidaksetujuan mereka terhadap kemakhlukan Al Qur’an.

Pada masa pemerintahannya orang-orang Turki telah banyak yang menjadi pejabat militer. Oleh karena itu, kekuasaan orang-orang Turki ini sangat besar sekali. Al Mutawakkil yang melihat besarnya kekuasaan orang Turki ini mempunyai ide ingin menyingkirkan kekuasaan Turki. Ia melihat bahwa kota Samarra sangat penuh sekali dengan orang Turki. Ia berinisiatif untuk memindahkan ibukotanya dalam rangka mencari pendukung untuk menghancurkan bangsa Turki. Ia menjadikan rakyat di Baghdad sebagai pendukungnya[2]. Selain menjadikan rakyat Baghdad sebagai sekutunya, ia juga mencoba memecah belah para pejabat Turki. Pada saat kepemimpinannya ada dua jendral Turki yang kuat, yaitu Itakh dan Washif. Kedudukan Itakh lebih tinggi daripada Washif. Al Mutawakkil kemudian menawari Washif untuk menggantikan posisi Itakh. Washif pun tergoda. Akhirnya Al Mutawakkil menyuruh Itakh untuk pergi haji, setelah Itakh pulang, Al Mutawakkil lalu menangkapnya dan menjebloskannya ke penjara.

Sesudah memeach belah bangsa Turki, Ia lalu berpikir untuk menghimpun kekuatan dengan menjauhkan dirinya dari Samarra. Ia ingin menjadikan Damaskus sebagai ibukota baru, akan tetapi orang-orang Turki ini melakukan kerusuhan dan akhirnya tidak jadi memindahkan ibukotanya. Kerusuhan ini akhirnya bisa dipadamkan oleh Washif. Ia tetap tidak ingin tinggal di Samarra, akhirnya ia membuat kota didekat Samarra dengan nama Al Mutawakkiliyyah. Disana ia tinggal bersama dengan keluarganya.

Pembuatan kota Al Mutawakkiliyyah ini dijadikan batu sandungan oleh orang Turki untuk melawan Al Mutawakkil. Dalam pemerintahannya Al Mutawakil sempat mengangkat 3 orang putra mahkota, yaitu Al Muntashir, Al Mu’taz dan Al Mu’ayyid. Apa yang dilakukan oleh Al Mutawakkil ini membuat anak-anak mereka berselisih, Al Mutawakkil malah berada disisi Al Mu’taz dalam perselisihan ini. Ia juga mencela Al Muntashir sebagai putra mahkota dan anak pertamanya. Para pejabat Turki berhasil menemukan kesalahan Al Mutawakkil, yaitu penghamburan uang yang dilakukan Al Mutawakkil dalam rangka membangun ibukotanya yang baru. Pejabat Turki juga berhasil membujuk Al Muntashir untuk melawan ayahnya. Akhirnya mereka berhasil memperdaya Al Muntashir untuk membuat rencana untuk membunuh Al Mutawakkil. Sebelumnya Al Mutawakkil juga sudah memiliki niat untuk membunuh dua jendral Turki, Washif dan Bugha. Akan tetapi Al Mutawakkil tidak bertindak cepat para pejabat Turki dan juga dengan bantuan Al Muntashir berhasil membunuh Al Mutawakkil terlebih dahulu.

[1] Ath Thabari, Abu Jarir. 1967. Tarikh Umam wal Muluk. Kairo: Darul Ma’arif, hlm. 154

[2] Al Isy, Yusuf. 2007. Dinasti Abbasiyyah. Jakarta: Pustaka Al Kautsar, hlm.108

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image