Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Diana Puspayanti

Penting! Ayo Kenali Perilaku Seksual

Eduaksi | Monday, 01 Jan 2024, 14:17 WIB
Sumber foto" />
Sumber foto

Perilaku seksual pada umumnya dilakukan oleh dua orang yang memiliki status hubungan, namun terkadang sepasang kekasih tidak mengetahui bahwa yang mereka lakukan adalah perilaku seksual. Suatu pasangan menyadari bahwa mereka telah melakukan perilaku seksual biasanya hanya ketika pasangan telah melakukan hubungan seksual atau sexual intercourse, padahal perilaku seksual tidak hanya terbatas pada hubungan seksual, namun berpegangan tangan saja juga sudah termasuk kedalam perilaku seksual, maka dari itu kita harus mengetahui tentang perilaku seksual mulai dari pengertian, bentuk-bentuk, hingga faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual, agar kita bisa menghindarinya, namun sebelum membahas bentuk-bentuknya, mari kita kenal apa itu perilaku seksual!

1. Pengertian Perilaku Seksual

Sarwono mengatakan bahwa perilaku seksual merupakan perilaku yang didasari oleh hasrat atau keinginan seksual yang dapat terjadi dengan lawan jenis ataupun sesama jenis (Yulianto, 2020). Ada pun yang disebut perilaku seksual pranikah, yaitu menurut Humas UGM perilaku seksual pranikah adalah perilaku seksual yang dilakukan oleh pasangan sebelum menikah karena adanya dorongan atau hasrat dari lawan jenis (Rohmadini et al., 2020).

2. Bentuk-bentuk Perilaku Seksual

Setelah mengetahui dan mengenal apa itu perilaku seksual, kita juga harus mengenal bentuk-bentuk perilaku seksual. Alfiyah et al., mengutip bahwa terdapat tahapan atau beberapa bentuk perilaku seksual pranikah, yaitu ada 5, diantaranya touching (sentuhan), kissing (ciuman), necking (ciuman atau hisapan terutama pada leher kekasih), petting (cumbuan), dan intercourse (berhubungan seksual) (Yulianto, 2020). Mari kita bahas satu persatu bentuk perilaku seksual.

a. Touching

Touching atau sentuhan sudah termasuk kedalam perilaku seksual, biasanya touching ditandai dengan perilaku sederhana seperti berpegangan tangan, berangkulan, atau berpelukan. Perilaku touching merupakan perilaku seksual yang paling umum terjadi, perilaku ini juga biasanya secara terang-terangan dilakukan oleh pasangan termasuk ditempat umum, karena biasanya bagi pasangan yang tidak mengetahui bentuk-bentuk perilaku seksual, mereka menganggap bahwa berpegangan tangan adalah hal yang biasa dilakukan oleh pasangan dan bukan suatu bentuk perilaku seksual.

b. Kissing

Kissing atau ciuman merupakan perilaku seksual kedua yang umum dilakukan oleh pasangan termasuk di tempat umum sekalipun. Perilaku ini bisa ditandai dengan mencium kening, pipi hingga bibir pasangan.

c. Necking

Necking merupakan salah satu bentuk perilaku seksual lanjutan dari kissing. Necking biasanya ditandai dengan perilaku berciuman yang lebih dalam, selain pada wajah, ranah tubuh pasangan yang dicium adalah bagian leher pasangan. Menurut Mira (Safitri, 2018), Necking merupakan istilah yang menggambarkan perilaku berciuman dan berpelukan dalam konteks yang lebih mendalam.

d. Petting

Petting merupakan perilaku seksual yang ditujukan untuk meningkatkan hasrat atau gairah seksual pasangan. Petting dapat ditandai dengan perilaku seperti meraba dada pasangan, mengecup dan mencium dada atau buah dada pasangan, sampai pada meraba atau menyentuh alat kelamin pasangan.

e. Sexual Intercourse

Sexual Intercourse merupakan perilaku seksual yang mana adalah tahap paling akhir dari keempat bentuk di atas. Perilaku ini merujuk kepada aktivitas seksual yang dilakukan oleh pasangan, yang mana aktivitas ini paling membahayakan ataupun merugikan terlebih jika yang melakukannya adalah pasangan pranikah atau pasangn yang belum memiliki status perkawinan yang sah sebagai seorang suami istri. Sexual Intercourse dapat ditandai dengan melakukan aktivitas seksual, yaitu memasukkan alat kelamin pria kedalam alat kelamin wanita.

3. Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Perilaku Seksual

Perilaku seksual yang umumnya dilakukan oleh para remaja, memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya yaitu:

a. Pola Asuh

Pola asuh dari orang tua terhadap anak adalah salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seorang anak, termasuk dalam konteks perilaku seksual (Yulianto et al., 2022). Bumrind membagi pola asuh kedalam 3 bentuk, yaitu Permisif, Otoritarian, dan Otoritatif (Yulianto et al., 2022). Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif memiliki kemungkinan paling besar bahwa anaknya akan melakukan perilaku seksual, mengapa demikian? Pola asuh permisif adalah dimana Ketika orang tua memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan sesuatu (memberi kebebasan) dengan pengawasan yang sangat kurang dan orang tua yang menerapkan pola asuh permisif cenderung tidak akan menegur anaknya atas apa yang anaknya lakukan, maka dari itu anak yang di-didik dengan pola asuh permisif cenderung melakukan perilaku seksual karena adanya kebebasan dari orang tuanya (Padut et al., 2021).

b. Pengaruh Teman Sebaya

Teman sebaya merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan perilaku seksual, hal ini diakibatkan dari interaksi negatif antara individu dengan teman sebayanya (Padut et al., 2021), contohnya seperti percakapan antara teman sebaya yang mempengaruhi perilaku.

c. Paparan Media Pornografi

Paparan media pornografi dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku seksual dikarenakan konten-konten berbau pornografi dianggap menarik oleh para remaja, yang mana efek dari media pornografi bukan hanya sekedar mendapatkan pengetahuan mengenai aktivitas seksual, namun dapat mempengaruhi hingga berperilaku (Padut et al., 2021)

Itulah sedikit pengetahuan tentang perilaku seksual yang harus kita ketahui, mengenal bentuk-bentuk perilaku seksual itu penting agar kita bisa menghindari segala hal negatif yang dapat terjadi, terutama jika perilaku seksual dilakukan oleh pasangan pranikah atau pasangan yang belum memiliki ikatan resmi sebagai seorang suami istri, contoh hal negatif yang dapat dihasilkan adalah hamil diluar nikah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image