Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yordan Syahputra

Pengaruh Film Dewasa Pada Perilaku Seksual Remaja

Gaya Hidup | Monday, 01 Jan 2024, 11:07 WIB

Dikarenakannya pornografi yang mudah diakses, banyak remaja yang dapat menyaksikan hal tersebut. Dikatakan oleh (Noorca, 2021) menurut Kemen PPPA sekitar 66,6% lelaki remaja dan 62,3% perempuan remaja telah mengakses dan menyaksikan kegiatan seksual atau pornografi melalui media daring. Angka tersebut merupakan angka yang cukup besar bahkan untuk remaja meskipun sudah cukup dewasa hal tersebut masih tidak pantas bagi remaja, karena hal tersebut dapat merusak masa depan anak dan bangsa di masa depan. Umumnya remaja terpapar pertama kali pada usia 12 – 15 tahun Yunengsih dan Setiawan (dalam Ramdhani et al., 2023)

Usia remaja merupakan usia dimana mereka memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi dan selalu ingin mencoba – coba hal hal baru.Perilaku seksual oleh remaja ini juga dipengaruhi oleh orang tua (Yulianto et al., 2022). Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri dan pembentukan karakter. Rasa ingin tahu mereka mungkin dapat menuju ke hal yang negatif seperti pornografi dikarenakannya kemudahan dalam mengakses pornografi ditambah dengan keingintahuan mereka yang tinggi menyebabkan banyaknya remaja yang mengakses pornografi terjerumus dalam pornografi sehingga menimbulkan kecanduan. hal itu menyebabkan moral dan pemahaman norma oleh remaja kadang tidak sesuai dengan masyarakat umum.

Dikarenakan pernahnya remaja menonton pornografi ini mereka penasaran sehingga mereka ingin mempraktikkan kegiatan tersebut. Walaupun begitu tidak semua remaja mempraktikkan intercourse. Kegiatan seksual terdiri dari beberapa urutan, yaitu touching (keintiman paling rendah), kissing, petting, hingga sexual intercourse (paling intim). Urutan perilaku seksual pranikah dari frekuensi terbesar ke terkecil sebagai berikut: touching (86,45% - 95,58%), kissing (58,14% - 73,21%), petting (21,16% - 33, 94%), dan sexual intercourse (15,83%). Pada tahap touching, memegang tangan pacar adalah frekuensi terbesar, dilakukan oleh 95,58% remaja dalam (Yulianto, 2020). Kegiatan yang disebutkan sebelummnya juga dipengaruhi oleh penggunaan internet, dinyatakan oleh (Rohmadini et al., 2020) dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa perilaku seksual bagi remaja yang belum menikah memiliki perbedaan antara remaja pengakses internet tinggi dan rendah.

Dikarenakannya banyaknya hal negatif yang disebabkan oleh pornografi kita perlu membatasi remaja sehingga tidak kecanduan dengan hal tersebut. Pencegahan yang bisa diterapkan diantaranya adalah: Pendidikan seksual yang sehat, pembatasan layer untuk anak dibawah umur, dan pemantauan pengaksesan internet. Namun bagi remaja atau individu yang telah terjerumus pornografi kita dapat memberi beberapa Solusi seperti: Konseling, bimbingan spiritual, atau mendorong ke dalam kegiatan positif dan produktif seperti olahraga.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image