Terapkan Edukasi Seksual Sebelum Terlambat
Edukasi | 2024-01-01 10:46:56Pacaran di masa remaja adalah hal yang biasa dilakukan, dimana pada masa itu remaja mulai tertarik dengan lawan jenis. Namun, banyak sekali orang tua yang khawatir dengan hal tersebut, mengingat kondisi anak remaja yang masih kurang dalam mengendalikan dirinya, belum bisa memutuskan mana yang baik dan tidak, dan mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar. Seperti yang sering kita lihat di media sosial, banyaknya trend konten pacaran ala couple goals membuat anak-anak remaja yang masih dibawah umur menirunya. Bagaimana tidak? Dengan majunya perkembangan teknologi di era ini sehingga, remaja dengan rasa penasaran yang tinggi mempunyai kebebasan mengakses segala macam sumber di internet. Data Kemkominfo pada tahun 2014 menunjukkan bahwa sebesar 79,5% pengguna internet adalah anak-anak dan remaja dan salah satu dampak negatifnya yaitu perilaku seksual (Rohmadini et al., 2020). Selain itu, menurut studi yang dilakukan oleh Indrijati pada tahun 2017, eksplorasi internet mengenai pornografi menjadi salah satu penyebab perilaku seksual pranikah terjadi (Rohmadini et al., 2020).
Perilaku seksual pranikah bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti, kehamilan saat remaja hingga terancamnya kesehatan reproduksi. Seperti yang dilaporkan oleh Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yaitu Hasto Wardoyo dalam portal berita KOMPAS.com yang ditulis oleh Hasani dan Krisiandi (2023), banyak remaja mengaku saat melakukan hubungan seks pertama kali yaitu di usia 16 dan 17 tahun. Hasto menambahkan, bahwa hal tersebut merupakan aktivitas seksual dini pada remaja dikarenakan kurang adanya pendidikan seks yang baik. Sehingga, banyak sekali kasus kehamilan pada remaja dan pernikahan dini yang belum dipersiapkan.
Berdasarkan fenomena di atas kalian pasti ingin tahu apa sih perilaku seksual itu dan mengapa kita butuh adanya edukasi seksual di lingkungan keluarga dan sekolah? Menurut Sarwano, “perilaku seksual adalah bentuk perilaku yang disebabkan oleh hasrat (keinginan seksual) yang dapat terjadi dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis” (Yulianto, 2020). Pemikiran remaja yang masih labil dan kurangnya terhadap pengendalian diri menjadi kemungkinan besar untuk remaja melakukan perilaku seksual. Maka dari itu, sangat penting adanya edukasi seksual di lingkungan keluarga dan sekolah. Edukasi seksual bisa memberikan pemahaman kepada remaja tentang bahaya dari perilaku seksual khususnya berhubungan seks pranikah, selain itu bisa menghindarkan remaja dari kemungkinan kekerasan seksual. Menurut Nurjannah tahun 2014 (seperti dikutip oleh Ardianti, 2020) remaja yang terlibat oleh masalah perilaku seksual dikarenakan sikap orang tua yang tertutup mengenai edukasi seksual. Hal tersebut dianggap mereka adalah hal yang tabu untuk membicarakan tentang seks kepada anak.
Perlu kalian ketahui bahwa edukasi seksual tidak semerta-merta membicarakan tentang seks secara gamblang. Cara mengedukasi anak bisa dilakukan melalui tahapan-tahapan pemahaman sesuai dengan usianya. Menurut Fitria pada tahun 2017 (dalam Herawati et al., 2021), dimulai ketika anak berusia 3-6 tahun dapat dimulai dengan membantu memahami bagian-bagian tubuhnya, nilai-nilai agama, stereotip seksual, serta perbedaan peran dan gender dalam keluarga. Saat anak memasuki kelas 1-3 Sekolah Dasar, dapat diajarkan konsep-konsep yang lebih kompleks terkait seksualitas. Pada rentang usia kelas 4-6 Sekolah Dasar, edukasi seksual dapat melibatkan pemahaman konsep pubertas, pengenalan tentang pelecehan seksual, serta cara menjaga diri dan menghindari situasi berisiko yang dapat membahayakan.
Jadi, jangan ragu lagi untuk menerapkan edukasi seksual khususnya di lingkungan keluarga. Selain mendapat pengetahuan tentang reproduksi, ia akan berkembang menjadi pribadi yang berprinsip dan tahu akan batasan dalam berhubungan.
Referensi
Ardianti, I. (2020). Hubungan seks edukasi dengan perilaku seksual pada remaja. Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA, 10(1), 10–17. https://doi.org/10.37413/jmakia.v10i1.17
Hasani, A., & Krisiandi. (2023, August 22). Kepala BKKBN sebut fenomena seks bebas di kalangan remaja berakibat maraknya pernikahan dini. Kompas.Com .
Herawati, A., Oktavianoor, H., Program, H. O., Diploma, S., Kesehatan, E. P., Universitas, K., & Mulia, S. (2021). Pemberian edukasi seksual dan pubertas pada remaja: literature review pemberian edukasi seksual dan pubertas pada remaja: literature review 1*Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 12(1), 2549–4058. https://doi.org/10.33859/dksm.v12i1
Rohmadini, A., Setia, M., Khansa, N., & Yulianto, A. (2020). Perbedaan perilaku seksual pranikah antara remaja pengguna internet tinggi dan remaja pengguna internet rendah di Tangerang Selatan. Prosiding E-Conference Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara, 593–599.
Yulianto, A. (2020). Pengujian psikometri skala Guttman unutk mengukur perilaku skesual pada remaja berpacaran . Jurnal Psikologi : Media Ilmiah Psikologi, 18(1), 38–48.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.