Ratusan Rumah dan Situs Warisan Sejarah di Gaza Hancur Akibat Bom Israel
Info Terkini | 2023-12-31 22:24:25JAKARTA -- Pengeboman tanpa henti yang dilakukan Israel terhadap Gaza selama hampir tiga bulan telah menghancurkan 70 persen rumah di daerah kantong Palestina yang terkepung itu. Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan, lebih dari 200 situs warisan dan arkeologi hancur dalam pengeboman Israel yang dianggap paling merusak dalam sejarah modern.
Wall Street Journal melaporkan, sekitar 300.000 dari 439.000 rumah telah hancur akibat serangan Israel. Berdasarkan analisis citra satelit, Wall Street Journal melaporkan, 29.000 bom yang dijatuhkan di Gaza menargetkan daerah pemukiman, gereja-gereja era Bizantium, rumah sakit, pusat perbelanjaan dan semua infrastruktur sipil.
Dalam waktu hampir dua bulan, serangan Israel di Gaza telah menimbulkan lebih banyak kerusakan dibandingkan serangan yang menghancurkan Aleppo di Suriah antara 2012 dan 2016, serta pengeboman di Mariupol, Ukraina. Bahkan, serangan
Israel di Gaza secara proporsional lebih besar dari pengeboman Sekutu terhadap Jerman pada Perang Dunia Kedua. Serangan di Gaza telah membunuh lebih banyak warga sipil ketimbang serangan koalisi pimpinan Amerika Serikat dalam kampanye melawan kelompok ISIS selama tiga tahun. Robert Pape, ilmuwan politik di Universitas Chicago yang telah menulis tentang sejarah pengeboman udara mengatakan, antara tahun 1942 dan 1945, Sekutu menyerang 51 kota besar dan kecil di Jerman. Serangan itu menghancurkan sekitar 40-50 persen wilayah perkotaannya.
“Gaza adalah salah satu kampanye hukuman warga sipil paling intens dalam sejarah. Sekarang mereka berada di kuartil teratas dalam kampanye pengeboman paling dahsyat yang pernah ada," ujar Pape kepada Wall Street Journal.
“Kata 'Gaza' akan tercatat dalam sejarah bersama dengan Dresden (Jerman) dan kota-kota terkenal lainnya yang telah dibom,” ujar Pape.
Corey Scher dari CUNY Graduate Center dan Jamon Van Den Hoek dari Oregon State University mengatakan, Gaza sekarang memiliki warna yang berbeda dari luar angkasa. Gaza juga memiliki tekstur yang berbeda sejak Israel melancarkan serangan paling mematikan sejak 7 Oktober 2023.
Para ahli mengatakan, kampanye militer Israel di Gaza termasuk yang paling mematikan dalam sejarah. Serangan Israel telah membunuh lebih dari 21.500 orang dan melukai 55.000 orang di Gaza. Sementara lebih dari 1.000 anak-anak diamputasi anggota tubuhnya karena terkena serangan Israel.
Tentara Israel mengklaim bahwa mereka telah menargetkan pejuang Hamas, yang melakukan serangan mengejutkan di wilayah Israel pada 7 Oktober 2023. Israel mengklaim sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan Hamas yang memicu fase konflik saat ini.
Hamas mengatakan, serangan mengejutkan itu merupakan respons terhadap berlanjutnya blokade Israel terhadap Gaza dan perluasan pemukiman di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Warga Palestina menilai, meluaskan pembangunan permukiman Israel sebagai hambatan terbesar dalam mewujudkan pembentukan negara mereka di masa depan.
Laporan media dan kelompok hak asasi manusia mengatakan, sebagian besar korban tewas adalah warga sipil dengan lebih dari 70 persen di antaranya adalah anak-anak, perempuan, dan orang lanjut usia. Sementara lebih dari 90 persen penduduk Gaza kini menjadi pengungsi. Kelompok bantuan memperingatkan terjadinya bencana kelaparan dan wabah penyakit karena pengiriman bantuan logistik telah dibatasi oleh Israel.
Sementara itu, militer Israel tidak banyak bicara mengenai jenis bom dan artileri yang digunakan di Gaza. Dari pecahan ledakan yang ditemukan di lokasi dan analisis rekaman serangan, para ahli yakin bahwa sebagian besar bom yang dijatuhkan di Gaza adalah buatan Amerika Serikat. Beberapa senjata yang dikerahkan termasuk senjata penghancur bunker seberat 2.000 pon (900 kilogram), yang telah menewaskan ratusan orang di daerah padat penduduk.
Pada 14 Desember 2023, CNN melaporkan, sekitar setengah dari amunisi Israel yang dijatuhkan di Gaza merupakan bom “bodoh” yang tidak tepat sasaran, sehingga menimbulkan ancaman lebih besar bagi warga sipil. Awal pekan ini, seorang pejabat militer Israel mengakui bahwa tingginya angka kematian akibat serangan Malam Natal di sebuah kamp pengungsi di Gaza tengah adalah akibat dari penggunaan amunisi yang tidak tepat. Pernyataan ini menyoroti taktik militer Israel yang telah menimbulkan banyak korban sipil.
Outlet berita Israel +972 sebelumnya juga melaporkan, militer Israel telah melonggarkan standarnya mengenai kerugian sipil yang dapat diterima akibat serangan, yang mengakibatkan lebih banyak warga sipil terbunuh dibandingkan serangan militer sebelumnya. Human Rights Watch menuduh Israel menggunakan fosfor putih yang dilarang. Namun Israel membantah klaim tersebut. Tentara Israel telah menegaskan bahwa setiap serangan disetujui oleh penasihat hukum untuk memastikan tindakan tersebut mematuhi hukum internasional.
“Kami memilih amunisi yang tepat untuk setiap sasaran sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang tidak perlu,” kata juru bicara utama angkatan darat, Laksamana Muda Daniel Hagari.
n. Rizky Jaramaya
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.