Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Siti Muzdalifah

Wajarkah Insecure Terhadap Standar Kecantikan di Media Sosial?

Edukasi | Tuesday, 26 Dec 2023, 21:34 WIB

Wanita Indonesia memiliki standar kecantikan yang beragam, tetapi terdapat standar kecantikan menurut media yang menggunakan pandangan provokatif untuk menggambarkan standar kecantikan yang ideal. Menurut Muzayin Nazaruddin dalam Marlianti (2012) mengatakan bahwa dalam Media Jurnalisme dan budaya popular mengungkapkan standar kecantikan menurut media adalah “cantik itu kurus, langsing, putih, mulus, dengan rambut panjang hitam lurus, modis, dan selalu menjaga penampilan serta dapat merawat dirinya secara teratur agar awet muda”. Hal itu berbeda dengan kriteria warna kulit Indonesia, karena wanita Indonesia cenderung memiliki ciri khas warna kulit kuning langsat terkesan warm. Ketika seseorang tidak memenuhi standar kecantikan menurut media, maka ia akan merasa kurang percaya diri dan insecure, orang tersebut akan membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain baik dari hal fisik maupun skill yang dimiliki.

Di zaman yang semakin modern saat ini sudah banyak media digital yang semakin canggih. Salah satunya media sosial yang berbentuk Instagram, TikTok, Twitter, dan masih banyak lagi. Media sosial yang sering dipergunakan mempunyai kegunaan tersendiri dan memilki fitur-fitur yang menarik. Fitur yang berada pada aplikasi Tiktok memudahkan seseorang menyampaikan informasi melalui video disertai lagu/nyanyian untuk menginspirasi penonton. Seseorang bisa juga mengunggah foto dan stories di kehidupan sehari-hari pada aplikasi Instagram. Masyarakat juga dengan santai menunjukkan jati dirinya di media sosial karena media sosial tidak secara langsung menunjukkan identitas dirinya (Valentina et al., 2022). Tetapi beberapa media sosial yang tersebut menjadi salah-satu penyebab seseorang merasa insecure.

Insecure merupakan perasaan cemas, gelisah dan tidak percaya diri hingga ragu untuk mengekspresikan dirinya sendiri. Hal itu terjadi karena orang tersebut terlalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain hingga merasa tidak puas dengan dirinya sendiri. Padahal, sesuatu yang ditampilkan di media sosial belum tentu sesuai dengan realita, seseorang akan menampilkan sesuatu yang terbaik dan menyembunyikan sesuatu yang buruk dari media sosial miliknya. Fenomena insecure ini dapat dijumpai di kalangan masyarakat terutama remaja mengenai penampilan fisik (Greenberg, 2020). Banyak orang yang merasa iri terhadap kecantikan dan penampilan yang dimiliki content creator di media sosial seperti TikTok dan Instagram, hingga membuat seseorang enggan untuk memainkan aplikasi tersebut, karena merasa tidak secantik content creator yang ia lihat. TikTok juga memiliki dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan media sosial yaitu beberapa pengguna seringkali melakukan perbandingan pada dirinya terhadap orang lain dalam berbagai hal (Fauziah, 2020).

Standar kecantikan yang dibuat media sangat memengaruhi pola pikir remaja, remaja menjadi berlomba-lomba dalam memenuhi standar kecantikan tersebut. Banyak remaja yang melakukan pembelian produk kecantikan yang beredar di media sosial tanpa memeriksa apakah produk tersebut cocok untuk kulitnya, aman untuk kulitnya, dan apakah sudah disetujui BPOM atau belum. Mereka menggunakan produk tersebut tanpa memikirkan risiko yang terjadi kedepannya. Karena hanya terlintas dalam pikiran mereka bahwa jika seseorang cantik pasti akan diapresiasi dan dihargai di lingkungan sosial, sehingga mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi cantik.

Seseorang akan lebih menutup diri dan berhenti mengunggah sesuatu di media sosial ketika merasa insecure. Orang tersebut akan merasa malu dan takut mendapatkan komentar negatif serta jumlah like yang sedikit, karena komentar positif dan like dengan jumlah yang banyak menjadi sebuah patokan agar terlihat lebih menarik di media sosial. Like dengan jumlah yang banyak akan membuat seseorang bangga akan dirinya sendiri dan komentar positif akan menambah kepercayaan orang tersebut. Maka, jika seseorang mendapatkan like dengan jumlah yang sedikit ia akan merasa orang lain tidak tertarik dengan dirinya. Sedangkan, seseorang yang mendapatkan komentar negatif akan merasa hidupnya tidak berharga. Menurut Harnata dan Prasetya (2023), ketidaksempurnaan yang mereka dapatkan, jika tidak sesuai dengan keinginan dapat menyebabkan timbulnya rasa kecewa dan menyalahkan diri sendiri hingga menyebabkan timbulnya rasa insecure dan tak berharga.

Perasaan insecure yang disebabkan karena media sosial tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena Jika dibiarkan berlarut-larut dapat berdampak buruk untuk kesehatan mental (sari, 2022). Rasa cemas, kurang percaya diri dan juga depresi merupakan salah satu dampak psikologis yang ditimbulkan dari rasa insecure. Maka dari itu, insecure harus dicegah dengan berbagai cara, dapat dimulai dengan mengurangi penggunaan media sosial dan fokus pada kegiatan yang lebih bermanfaat seperti olahraga, membantu orang tua, dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Selanjutnya, kita harus lebih bisa menerima diri (self acceptance) yaitu dengan menerima segala kekurangan yang dimiliki tanpa menolaknya, dan juga menyadari setiap kelebihan kita tanpa melebih-lebihkan dari yang seharusnya. Kita harus memiliki kesadaran bahwa individu dilahirkan jauh dari kata sempurna, tidak sempurna merupakan hal yang manusiawi jadi kita tidak bisa mengatakan bahwa kekurangan merupakan sesuatu yang harus disembunyikan.

Pada generasi milenial saat ini media sosial menjadi sesuatu yang sangat digemari para remaja, tetapi bukan berati kita harus terpengaruh pada hal negatif yang dibuat oleh media sosial terutama dalam hal standar kecantikan. Kita harus lebih bijak dalam mempergunakan media sosial dan jangan sampai kita yang dikendalikan oleh media sosial hingga menyebabkan rasa insecure yang berlebihan. Insecure sebenarnya merupakan hal yang wajar tetapi tidak boleh dilakukan terlalu sering atau berlebihan, karena akan berdampak buruk terhadap mental seseorang. Jadikan saja insecure itu sebagai motivasi kita dalam mengembangkan potensi dan juga berusaha agar menjadi lebih baik. Setelah kita dapat berdamai dengan diri sendiri, kita akan lebih memahami bahwa arti cantik sebenarnya adalah saat kita dapat menerima, mencintai, dan menghargai diri kita sendiri. Mulai untuk menyadari bahwa kecantikan itu relatif dan setiap orang memiliki kecantikan yang berbeda satu sama lainnya, dan saat kita mulai bersyukur serta terus belajar untuk lebih produktif maka dari situlah paras cantik mulai terpancar.

DAFTAR PUSTAKA

Aisya Rania, U., & Yuliana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, N. (2023). Triwikrama: Jurnal Multidisiplin Ilmu Sosial. 2(6), 2023–2054.

dafit. (2023). Modernisasi & Teknologi: Perkembangan Media Sosial.Kompasiana.

Harnata, A. A., & Prasetya, B. E. A. (2023). Gambaran Perasaan Insecure di Kalangan Mahasiswa yang Mengalami Kecanduan Media Sosial Tiktok. Bulletin of Counseling and Psychotherapy, 4(3). https://doi.org/10.51214/bocp.v4i3.437

Junia Zulfiani Ragil. (2021). Insecure Karena Media Sosial dan Cara Mencegahnya. Kompasiana.MuhartinProboningrum Olly. (2022). Fenomena Insecure Pada Remaja. Kompasiana.

Syauqii, F. (2022). Pengaruh Media Sosial Terhadap Keberadaan Insecure: Sebuah Analisis. Communication & Social Media, 2(2). https://doi.org/10.57251/csm.v2i2.978

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image