Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bustanol Arifin

Begini Cara Membentuk Keluarga Ideal Menurut Al-Qur'an

Parenting | 2023-12-26 07:12:13
ilustrasi keluarga Samawa | sumber: iStockphoto.com/Rizal Mansor

Di antara misi dari pernikahan adalah Ta'sisul Usrah alias membentuk keluarga. Sebuah ibadah yang tidak mudah dijalankan dan membutuhkan perjuangan yang sungguh-sungguh. Selain berat, pernikahan juga dibarengi dengan kenikmatan luar biasa baik lahir maupun batin, jiwa dan raga. Berat karena ada tanggung jawab dunia akhirat yang harus ditunaikan dan nikmat jika pasangan itu baik, maka kelak mereka akan masuk surga. Sehingga, dikatakan berat tapi juga mengandung nikmat.

Pernikahan tidak melulu identik dengan mewah serta meriahnya pesta, menghabiskan ratusan juta bahkan miliaran biaya. Konon, ada orang menikah dengan gebyar acara dan dalam kurun waktu cukup lama, diliput oleh beragam media hingga membuat heboh orang se Indoensia. Tapi sayang, usia pernikahannya tidak berlansung lama, karena faktor orang ketiga, ada kekerasan dalam keluarga, rebutan harta dan lain sebagainya.

Dalam Islam inti dari pernikahan adalah membentuk keluarga dan termasuk bagian dari ibadah. Allah SWT berfirman: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S: Ar-Rum: 21)

Ayat ini menegaskan bahwa pernikahan merupakan salah satu tanda ke-Esaan dan kebesaran Allah SWT. Artinya, ketika seseorang menikah berarti kita sedang menyaksikan ayat-ayat-Nya atau Allah SWT sedang menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada kita. Sebab, hanya Allah SWT yang tidak memiliki pasangan dan tidak butuh sandaran. Bermakna juga, selain Allah semuanya butuh pasangan.

Tentu saja, bentuk keluarga dimaksud adalah keluarga yang menentramkan dan penuh limpahan kasih sayang, atau dalam istilah arabnya dikenal dengan keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah. Artinya, orang yang menikah senantiasa mendapatkan tambahan kebaikan dari Allah SWT, sebagaimana lantunan doa bagi pengantin, “Semoga Allah memberkahimu, menurunkan kebahagiaan atasmu dan menyatukanmu dalam kebaikan.”

Nah, untuk mendatangkan rasa tentram serta limpahan kasih sayang bagi pasangan, Allah SWT secara tersirat memberikan gambaran melalui ayat di atas. Dia, menggunakan kata, Khalaqa dan Ja’ala. Kedua kata ini artinya sama, meciptakan, meskipun secara esensi memiliki kandungan arti berbeda. Kata Khalaqa misalnya, memiliki dua bentuk masdar yakni khalqun, bersifat materi dan khuluqun, bersifat immateri.

Kemudian, masdar Khuluqun punya bentuk jamak, yakni Akhlaq. Inilah modal dasar dan utama untuk membentuk keluarga samawa, akhlak mulia. Tanpa didasari akhlak mulia, semua akan sia-sia. Nabi Muhammad SAW adalah kepala keluarga yang paling baik akhlaknya, sehingga sangat layak jadi panutan. Buktinya, semua isteri beliau mengakui bahwa beliau sangat baik pada keluarga. “Akhlak nabi adalah Alquran,” kata isterinya, Aisyah.

Selanjutnya, kata Ja’ala. Ini berbeda dengan Khalaqa yang digunakan Allah SWT untuk menciptakan pasangan. Dalam arti lain, masalah jodoh merupakan hak prerogratif Allah SWT, termasuk juga ketenangan jiwa. Seperti ditegaskan dalam firman-Nya: “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)." (Q.S: Al-Fath: 4)

Namun, ketika membahas masalah keluarga samawa, Allah SWT menggunakan kata Ja’ala. Hal ini menunjukkan, harus memiliki kemauan dibarengi upaya maksimal agar keluarga samawa itu mampu diwujudkan. Misalnya, dengan saling menunaikan hak dan kewajiban masing-masing pasangan. Suami menggauli isteri dengan baik dan isteri melayani suami dengan baik pula, niscaya hadir Mawaddah (kasih) dan Rahmah (sayang) pada keduanya.

Alhasil, keluarga samawa tidak akan pernah terbentuk tanpa akhlak mulia serta ikhtiar dari masing-masing pasangan. Dengan akhlak mulia, rasa tenteram, tenang akan senantiasa menyelimuti keluarga hingga ke surga. Begitu pula upaya yang dibarengi doa, akan membentuk ikatan cinta pada pasangan dan lahirnya kasih sayang. Jika sudah demikian maka, keluarga harapan semua orang itu dapat dirasakan dan inilah inti pernikahan. Wallah a’am

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image