Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image SADDAM MURTADHO MANSYUR -

Menyelami Kedalaman Etika Islam: Pandangan Bijak dalam Pemanfaatan Media Sosial

Agama | 2023-12-25 09:08:55

Etika Islam dalam pemanfaatan media sosial menekankan pada pemakaian media sosial secara bijak serta senantiasa mencermati etika serta moral. Islam menunjang pertumbuhan teknologi dengan senantiasa menjunjung etika. Adab ataupun tata metode penggunaan media sosial dalam Islam antara lain mencari data yang benar, menjauhi adu domba, serta bijak dalam bermedia sosial. Dalam Islam, etika berbicara wajib mematuhi syariat islam dan mendasarkan pada faktor-faktor yang islami serta pula berkomunikasi secara islami dengan harapan mengikuti segala ajaran Islam semacam akidah( iman), syariah( islam), serta akhlak( ihsan), sehingga etika dalam berbicara dapat berjalan dengan baik serta tidak memunculkan perselisihan. Pada Al-Quran surah Al-Hujurat ayat 12 yang artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain.Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain” (Al-Hujurat : 12).

Ayat diatas menyerukan kepada orang-orang yang beriman senantiasa untuk menjauhi prasangka yang berlebihan, karena sebagian prasangka dapat menjadi dosa. Selain itu, ayat ini juga melarang untuk mencari-cari kesalahan orang lain dan menggunjing sesama. Pesan ayat ini adalah untuk menjaga sikap saling menghormati, tidak mencurigai secara berlebihan, dan menghindari perilaku negatif terhadap sesama.

Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Fenomena ini pun tidak luput dari perhatian umat Islam. Sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan akhlak, Islam memiliki etika tersendiri dalam bermedia sosial. Adapun etika yang harus kita patuhi dan jalankan sebagai umat islam dalam bermedia sosial antara lain :

 

  • Etika Islam di Dunia Medsos

Dalam menjelajahi jagat media sosial, etika Islam menjadi pemandu untuk berkomunikasi dengan bijak dan baik, sejalan dengan nilai-nilai Al-Qur'an dan Sunnah. Islam membawa pandangan khusus terkait etika berkomunikasi, menggarisbawahi pentingnya kesesuaian dengan syariat, menggunakan unsur yang islami, dan menggunakan bahasa yang mencerminkan keislaman. Oleh karena itu, penggunaan media sosial sebagai platform online perlu dilakukan dengan bijak, menghindari etika negatif, dan mematuhi norma-norma komunikasi yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Jadi, mari manfaatkan media sosial dengan cerdas, menjaga etika positif, dan merajut komunikasi yang memancarkan nilai-nilai Islami.

 

  • Media Sosial, Jadi Agen Kebaikan

Media sosial adalah bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, namun seringkali berisi konten negatif. Selama ini, kita mungkin masih terbiasa melihat media sosial sebagai wadah untuk pamer. Tapi tolong tunggu sebentar ! Bagaimana jika kita mengubah perspektif kita ?. Media sosial bukan hanya sekedar tempat untuk selfie dan update status, tapi juga bisa menjadi sarana untuk kebaikan. Bayangkan setiap postingan yang kita bagikan bisa menjadi bunga kecil kebaikan yang tumbuh di dunia maya. Gunakan media sosial sebagai cara untuk menyebarkan inspirasi, motivasi, atau tindakan kebaikan kecil yang dapat mengubah suasana hati orang lain secara positif. Setiap like dan komentar akan menjadi penyemangat bagi orang lain. Jadilah agen kebaikan di dunia maya agar media sosial tidak sekedar tempat bermain, namun juga ladang berkah! Pada Al-Quran surah An-Nahl ayat 125 yang berbunyi :

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ ۝١

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk” (An-Nahl : 125).

Pada ayat diatas, Allah memberikan pedoman kepada Rasul-Nya tentang bagaimana mengajak manusia ke jalan-Nya, yang merujuk kepada ajaran Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

 

  • Komen Kalem Gausah Ngegas

Dengan mengedepankan sikap "Komen Kalem, Gak Usah Ngegas", Sebagai pengguna internet, kita berperan penting dalam menciptakan budaya online yang sehat dan bermartabat. Di era digital, Islam mengajarkan kita untuk berhati-hati dalam bermain di dunia media sosial. Ini bukan sekedar ajakan, tapi setiap komentar yang kita buat di media sosial mempunyai bobot yang besar. Menurut Islam, media sosial tidak boleh sekedar menjadi wadah eksistensi, namun menjadi tempat menyebarkan kebaikan. Jadilah sumber inspirasi bagi orang lain dengan postingan, cerita, dan apa pun yang kamu bagikan di media sosial. Selain itu, Islam mengajarkan kita untuk berkomunikasi dengan sopan dan tidak menyakiti perasaan orang lain. Pada dasarnya, di dunia maya kita semua bisa menjadi individu yang tercerahkan dan mematuhi etika mulai dari cara kita berkomentar hingga cara kita mengamalkan. Biarkan media sosial menjadi tempat yang penuh berkah dan harmoni. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surah Al-Hujurat ayat 11 tentang perintah tidak mengolok-olok satu sama lain :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ۝١١

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim” (Al-Hujurat : 11).

 

  • Bijak berbahasa di Medsos

Selaku umat muslim kita wajib melindungi tutur kata dalam tiap aktivitas, termasuk dalam bermedia sosial. Jangan sampai perkataan kita di dunia maya menyakiti ataupun berkata- kata tidak baik yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. informasi yang tersebar di media sosial sedikit banyak mendeskripsikan kejernihan akhlak penulisnya. Mereka yang mempunyai pemikiran menyebarkan manfaat lewat tulisan serta berwawasan luas tidak hendak tergesa- gesa dalam memposting kabar. Ladang pahala malah hendak mengalir apabila tiap perihal yang kita beritakan ber khazanah Islam serta menebar faedah. Gunakanlah media sosial untuk seluruh perihal yang dialami positif serta berguna. Perhatikan etika memakai media sosial yang baik sebab negara telah memberikan ketentuan serta batas bermedia sosial Bijak dalam berbahasa bukan hanya pantangan di Islam, tetapi pula menjadi kunci kebaikan. Al- Quran serta hadis memanggil kita buat senantiasa melindungi lisan. jadi kita selaku umat muslim wajib berhati- hati dalam berbahasa, sebab perkataan kita di medsos bisa melukai perasaan orang lain!

Dalam Islam, Rasulullah Saw. bersabda:

سلامة الإنسان في حفظ اللسان

“Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan” (H.R. Al-Bukhari).

 

  • Privasi itu Hot !!! Jangan Dibuka-buka

Islam menitikberatkan pada perlindungan privasi individu dengan melarang mencari aib orang lain dan mengumbar aib. Pembatasan ini bukan sekadar aturan, tapi panggilan untuk mencegah ghibah, yakni membicarakan keburukan seseorang yang jika didengarnya dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Lebih dari sekadar norma agama, larangan mengumbar aib merupakan bentuk perlindungan terhadap privasi, menghindarkan potensi pelecehan seksual dan menjaga kehormatan setiap individu. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran Surah An-Nur ayat 19 tentang perintah untuk menutup aib yang berbunyi :

اِنَّ الَّذِيْنَ يُحِبُّوْنَ اَنْ تَشِيْعَ الْفَاحِشَةُ فِى الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌۙ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ۝١

"Sesungguhnya orang-orang yang senang atas tersebarnya (berita bohong) yang sangat keji itu di kalangan orang-orang yang beriman, mereka mendapat azab yang sangat pedih di dunia dan di akhirat. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui" (An-Nur : 19).

Ayat ini menegaskan larangan mencari aib atau mengumbar aib aib orang lain, seperti membicarakan keburukan keburukan orang lain yang jika didengar oleh orang tersebut bisa juga menimbulkan pertikaian dan ayat tersebut juga memberikan perintah agar umatnya tidak menyebar aib atau berita berita buruk kepada orang lain.

Pedoman etika yang telah diuraikan di atas sangat penting bagi umat Islam untuk melakukan aktivitas media sosial mereka dengan cara yang positif, kolaboratif, dan sesuai dengan syariat islam. Dengan demikian, media sosial dapat menjadi alat yang bermanfaat dalam menyebarkan kebaikan dan menjaga hubungan antar individu dengan penuh rasa hormat dan kebijaksanaan..

References

Dewi, R. K. (2021, July 31). Etika Komunikasi Islami di Media Sosial - Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam. dppai uii. Retrieved December 25, 2023, from https://dppai.uii.ac.id/etika-komunikasi-islami-di-media-sosial/

Qurotianti, A. (2021, Deccember 14). Adab-Dalam-Bermedia-Sosial-Menurut-Pandangan-Islam. Perpustakaan UMY. Retrieved December 25, 2023, from https://library.umy.ac.id/news/detail/385/Adab-Dalam-Bermedia-Sosial-Menurut-Pandangan-Islam

Wardani, N. (2023, June 12). Adab Bersosial Media Dalam Pandangan Islam - Universitas Ahmad Dahlan. Perpustakaan UAD. Retrieved December 25, 2023, from https://perpustakaan.uad.ac.id/adab-bersosial-media-dalam-pandangan-islam/

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image