Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Penerarapan Toxic Parenting Bisa Memicu Gangguan Mental Pada Anak

Edukasi | 2023-12-23 13:39:43
Sumber foto: https://www.newsweek.com/toxic-parents-signs-child-development-impact-adult-life-expert-advice-1835875

“When you grieve toxic, abusive parents, you don’t just grieve the abuse, you grieve everything you didn’t have.” – Lily Hope Lucario

Pada saat ini, peran orang tua sangat penting dalam mendidik anak terutama di usia remaja. Karena, hal ini dapat menyebabkan anak mengalami gangguan mental dan pemicu stress seperti suka menyalahkan diri sendiri ketika mengalami kegagalan dalam hal apapun. Orang tua yang menerapkan toxic parenting kepada anaknya sering mengeluarkan kata kata yang menusuk hati dan merasa cemas, dengan rasa cemas ini dapat membuat anak mengalami trust issue sebab lingkungannya tidak memberikan rasa nyaman pada dirinya. Mungkin ada beberapa orang tua yang tidak mengerti cara mendidik anak dengan baik dan mereka secara tidak sadar melakukan toxic parenting kepada anaknya.

Saya pernah mengalami toxic parenting yang dimana orang tua saya menekan saya secara verbal, seperti orang tua saya menginginkan saya menjadi apa yang mereka inginkan tetapi saya tidak bisa mewujudkannya dan mereka mengeluarkan kalimat yang membuat hati saya sakit dan trust issue. Perilaku toxic parenting juga bisa mendorong anak tersebut untuk membenci orang tuanya. Sebagai orang tua tidak seharusnya melakukan hal tersebut karena dapat merusak mental anak. Mereka yang melakukan toxic parenting bisa jadi karena pengalaman di masa lalu, sehingga mereka mengeluarkannya di kemudian hari kepada anak tersebut.

“Orang tua terkadang lupa bahwa anak juga mempunyai keinginan sendiri. Orang tua beranggapan merasa berhak atas kehidupan anak secara menyeluruh dan membatasi pilihan atau keinginan yang ingin dilakukan anak. Hal tersebut bisa menimbulkan perasaan tertekan dalam diri anak sehingga anak menjadi stress.” (Rianti dan Dahlan 2022;193). Fakta tersebut bisa menjadikan anak mempunyai dua sisi. Pertama, anak akan menjadi pribadi yang tidak mandiri karena ia merasa tertekan dan harus menuruti perkataan orang tuanya. Kedua, anak akan menjadi pribadi yang pemberontak karena terlalu dikekang dan ingin menentukan apa yang ia inginkan. Lalu, orang tua sering kali membendingkan anaknya dengan anak orang lain atau sepupu. Kita tidak bisa menganggap sama antara anak sendiri dengan anak yang lain, karena setiap anak memiliki kemampuan dan tingkat kepintaran yang berbeda – beda. Biasanya. Orang tua membandingkan anaknya dengan cara mengejek, seperti “kamu itu seharusnya seperti dia yang bisa membanggakan orang tua”. Dari perkataan tersebut dapat menimbulkan perlakuan yang tidak adil dalam diri seorang anak.

Apakah toxic parenting hanya di alami oleh mereka yang memiliki keturunan seperti itu? Bagaimana saya menghentikan toxic parenting? Toxic parenting merupakan pola pengasuhan yang tanpa sadar dapat melukai psikologis anak. Umumnya, orang yang melakukan toxic parenting mengalami toxic parenting semasa mereka muda.

Toxic parenting dapat dihentikan dengan memiliki anak jika sudah siap mental. Keputusan untuk memiliki buah hati merupakan sebuah langkah besar yang membutuhkan persiapan fisik, emosional, dan finansial. Persiapan psikologis merupakan faktor kunci dalam menentukan apakah seseorang atau pasangan siap memasuki peran sebagai orang tua.

Melakukan konseling kepada ahli tentang cara mengasuh anak dengan baik dan sehat. Melalui konseling, orang tua mendapatkan dukungan, informasi dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjadi pengasuh yang baik dan sehat. Konseling mengajarkan bagaimana cara untuk menjadi orang tua yang lebih pengertian dan efektif dalam mengasuh anak. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesejahteraan anak, tetapi juga memperkuat ikatan keluarga dan meciptakan lingkungan yang sehat bagi anak.

Tidak menuntut anak. Penting bagi orang tua menciptakan lingkungan tanpa tekanan untuk anaknya, pertumbuhan dan perkembangan mereka didorong oleh rasa aman dan dukungan, bukan tekanan yang tidak semestinya. Lalu, mendengarkan dan terbuka kepada anak. Toxic parenting tanpa disadari merupakan pola asuh mendidik anak dengan cara yang salah, maka dari itu hal tersebut harus dihentikan.

Toxic parenting tidak hanya merugikan kesejahteraan anak, tetapi juga dapat menimbulkan rasa benci terhadap orang tua. Selain itu, membandingkan anak dengan orang lain atau sepupu dapat menciptakan rasa ketidakadilan dan menghambat perkembangan anak. Pentingnya kesadaran diri orang tua, komunikasi efektif dan mendukung kemandirian anak termasuk dalam strategi konseling untuk membantu orang tua mengubah pola pengasuhan menjadi lebih posotif. Fakta orang tua lupa bahwa anak juga memiliki keinginan sendiri merupakan pemahaman yang mendasar untuk menghindari toxic parenting.

Perlunya mendengarkan dan terbuka kepada anak, serta tidak menuntut anak untuk memenuhi ekspetasi yang tidak realistis. Untuk menghentikan toxic parenting, langkah praktis seperti konseling kepada ahli, persiapan mental sebelum memiliki anak dan menciptakan lingkungan tanpa tekanan merupakan kunci penting dalam mendidik anak. Melalui upaya bersama untuk memahami dampak dari pola pengasuhan yang toxic parenting, diharapkan kita dapat menciptakan lingkungan keluarga yang mendukung pertumbuhan positif anak dan memberikan dasar yang kuat untuk kesehatan mental mereka.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image