Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nayla Septiara Rosandi

Rasa Khawatir Berlebihan Hingga Mengancam : Yuk Kenali Toxic Parenting.

Parenting | Tuesday, 19 Dec 2023, 20:29 WIB
https://www.pexels.com/photo/black-parents-lecturing-upset-daughter-at-table-7114089/" />
Sumber Foto: https://www.pexels.com/photo/black-parents-lecturing-upset-daughter-at-table-7114089/

Orang tua merupakan salah satu tempat bagi anak untuk merasa aman dan tempat agar anak dapat menjadi diri mereka sendiri. Dan tentunya orang tua yang baik akan mempunyai rasa cinta dan rasa kasih sayang yang luar biasa kepada anak mereka. Rasa kasih sayang tersebut mencangkup salah satunya, rasa khawatir akan hal-hal yang anak pilih untuk diri mereka sendiri. Rasa khawatir ini lah yang terkadang dapat menjadi berlebihan dan bisa saja membuat orang tua mempraktikan tindakan toxic parenting tanpa disadari. Tentunya orang tua hanya berkeinginan anak-anak mereka mendapatkan yang terbaik, tidak ada orang tua yang ingin mempraktikan tindakan toxic parenting. Oleh sebab itu, pada artikel ini akan dibahas dan dijelaskan dengan dalam mengenai tindakan toxic parenting.

Hal pertama yang perlu diketahui mengenai toxic parenting tentunya definisi dari toxic parenting. Toxic Parenting merupakan sebuah pola pengasuhan pada anak yang keliru dimana orang tua gagal menafsirkan cinta dan kasih sayang kepada anak dan lebih memprioritaskan keinginan dan kebutuhannya sendiri tanpa memikirkan dan mempertimbangkan kondisi dan keinginan anak, serta kurang menghargai pendapat anak.

Ternyata toxic parenting juga memiliki karakteristik beragam yang teman-teman harus ketahui agar dapat menghidarinya. Karakteristik tersebut sebagai berikut:

1. Menganggap semua perkataan mereka mutlak dan tidak bisa dibantah oleh anak;

2. Menggunakan bahasa yang tidak etis serta kasar dan cenderung merendahkan, mengkritik, menyalahkan, memojokan, dan mengancam anak;

3. Memberi anak janji palsu saat anak menginginkan sesuatu (Baumrind, 1996);

4. Melibatkan anak dalam masalah pribadi orang tua (Baumrind, 1996);

5. Membandingkan anak dengan saudaranya atau dengan anak lain (Carelina, 2004);

6. Menganggap anak adalah bawahan orang tua;

7. Menggunaka hukuman secara fisik yang sangat berlebihan untuk mendisiplin anak

Setelah memahami apa itu toxic parenting dan karakteristik dari toxic parenting, teman-teman pasti beratanya-tanya apa faktor yang menyebabkan orang tua melakukan tindakan toxic parenting. Ada banyak macam-macam faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tindakkan toxic parenting. Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tindakan toxic parenting:

1. Lingkungan tempat tinggal dan suasana yang kurang sehat;

Lingkungan tempat tinggal dan suasana yang kurang sehat juga dapat jadi penyebab terjadinya tindakan toxic parenting. Yang dimaksud dengan lingkungan yang tidak sehat ialah seperti orang tua yang selalu bertengkar dan melampiaskan amarah kepada anak, orang tua yang kecanduan alcohol dan obat-obatan terlarang, orang tua yang menggunakan bahasa yang tidak etis serta kasar dan cenderung merendahkan, mengkritik, menyalahkan, memojokan, dan mengancam anak, membandingkan anak dengan saudaranya atau dengan anak lain (Carelina, 2004), hingga menggunaka hukuman secara fisik yang sangat berlebihan untuk mendisiplin anak.

2. Tingginya keegoisan orang tua;

Keegoisan yang tinggi yang dimiliki oleh orang tua juga dapat menjadi pemicu terjadinya tindakan toxic parenting. Dalam hal ini keegoisan tersebut seperti, saat orang tua terlalu banyak membuat peraturan untuk anak dengan alasan agar anak dapat terlindungi, peraturan yang dimaksud ialah seperti contoh, saat orang tua melarang anaknya untuk keluar rumah sama sekali bahkan bila jika keluar rumah hanya untuk berjalan jalan sekitar lingkungan rumah, dengan terjadinya hal ini dapat membuat anak menjadi stress. Keegoisan lainnya seperti bagaimana orang tua tidak mau mendengar pendapat anak dan menganggap semua perkataan mereka mutlak dan tidak bisa dibantah oleh anak, hingga menganggap anak adalah bawahan orang tua.

3. Orang tua memiliki masalah pribadi.

Terkadang terdapat orang tua yang memiliki masalah pribadi dan menjadi emosional hingga melampiaskan emosinya kepada anak. Masalah pribadi tersebut seperti masalah dalam lingkungan tempat kerja, masalah internal keluarga yang anak tidak ketahui, dan bagaimana orang tua mendapatkan pola asuh yang sama dengan bagaimana cara mereka mengasuh anak mereka.

Semua tindakan pasti memiliki dampak. Sama seperti tindakan toxic parenting, tindakan ini juga akan memiliki dampak. Dampak-dampak ini dapat memberikan efek terhadap kehidupan sehari-hari anak dan mempengaruhi pertumbuhan anak untuk menjadi individu didunia kedepannya. Dampak tersebut sebagai berikut:

1. Dapat merusak kesehatan psikologis dan mental anak. Seperti menimbulkan citra diri negatif pada anak, kesulitan untuk bersosialisasi, membuat kepercayaan diri anak rendah, dan enggan melihat kebahagian orang lain;

2. Karena ketidakstabilan dan ketidakmampuan dalam mengelola emosi akan menimbulkan terjadinya ekspresi emosional melalui tindakan kekerasan di kalangan remaja;

3. Anak dapat membawa pengalaman ini hingga dewasa yang menimbulkan kemungkinan akan diturunkan kepada anak mereka;

4. Dapat menghambat proses kemampuan anak untuk menjadi individu yang mandiri;

5. Memberikan anak rasa bersalah yang sangat amat besar;

6. Membuat anak menjadi individu yang egois;

7. Memiliki etika yang kurang bagus dalam tata bahasa;

8. Dapat menyebabkan trauma abadi kepada anak.

Tetapi jangan khawatir, karena setiap masalah pasti punya solusi. Ada banyak penyelesaian yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menghindari terjadinya tindakan toxic parenting, tentunya solusi ini sangat mudah untuk dilakukan dan pasti setiap orang tua dapat melakukannya. Berikut beberapa penyelesaian yang dapat dilakukan:

1. Kenali perilaku anak serta menjalin komunikasi karena tidak semua anak dapat di asuh dengan cara yang sama dan tidak semua komunikasi harus dengan sebuah kata-kata, tetapi bahasa tubuh anak juga memiliki makna;

2. Hargai privasi anak, agar anak merasa bahwa ia telah diberi kepercayaan untuk melakukan apa yang ia inginkan;

3. Memberi bimbingan serta menggunakan bahasa yang sopan kepada anak;

4. Memberi peringatan dengan baik tanpa adanya penggunaan intonasi suara yang tinggi, menggunakan kata-kata kasar, mengkritik, menyalahkan, memojokan, merendahkan mengancam hingga menggunakan kekerasan fisik disaat anak berbuat kesalahan;

5. Orang tua juga harus pandai dalam mengelola emosi agar tidak melampiaskan emosi yang meledak-meledak kepada anak;

6. Saat anak berbuat kesalahan, beri mereka kesempatan untuk menjelaskan pendapat mereka dan tidak menyalahkan mereka begitu saja;

7. Melainkan berikan beberapa masukan untuk mereka agar mereka paham dan melakukan introspeksi diri;

8. Jangan membandingkan anak dengan saudaranya atau anak lain, melainkan berilah anak dukungan dan apresiasi atas usaha mereka agar anak dapat menjadi lebih baik.

9. Jangan merasa gengsi untuk meminta maaf kepada anak, karena orang tua dan anak masih sama-sama belajar dalam hubungan itu.

Semua orang tua tentu berharap dan menginginkan hal yang terbaik untuk anak-anak mereka dengan melakukan berbagai cara, tetapi tidak dengan menggunakan toxic parenting. Semoga akan ada lebih banyak lagi orang tua yang dapat memahami dengan dalam mnegenai toxic parenting dan lebih memperhatikan pola asuh yang terepkan kepada anak.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image