Penjara Nafsu
Agama | 2023-12-21 01:20:05Dunia hanya dapat memenuhi kebutuhan jasmani yang dipenuhi hawa nafsu, tetapi tidak dapat memuaskan rohani. Seringkali manusia terkurung oleh syahwat dan kebiasaan nafsunya, sehingga disadari ataupun tidak jasmaninya telah terpenjara dalam jebakan-jebakan nafsu yang sesat.
Membuat buta hatinya untuk melihat cahaya kebenaran yang datang kepadanya.Hatinya terlalu silau melihat kerlapnya dunia dalam hiruk-pikuk keglamorannya, sedangkan dunia dan seisinya hanyalah perhiasan yang tak bernilai harganya jika tidak disandarkan pada keimanan.
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (TQS. Al Hadid : 20)
Keimanan akan terpenjara, budak nafsu membuat semakin lupa pada hakekatnya manusia sebagai mahluk Nya. Manusia lebih senang menjadi taat saat ada perlunya, ketika lupa menjadi kebiasaannya maka dianggap wajar baginya, karena sifat manusia katanya.
"Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas." [Qs.Al-An'am : 119]
Manusia bisa saja terlupa, tapi Allah akan mengingatnya di dalam catatan yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di yaumul hisab. Berapa berat timbangan amal manusia menjadi ketentuan hidup yang kekal di dalam akhirat.
Manusia terpenjara oleh nafsunya yang selalu ingin makan apapun yang di depan matanya, tanpa peduli halal ataukah haram baginya, haknya ataukah hak yang lain yang bukan miliknya. Manusia juga sering memperdebatkan ketaatan dengan kemaksiatan, lupa kalau maksiat adalah sesuatu yang dilarang dan dibenci olehNya.
Namun manusia senang mencoba-coba dengan dalih kekuasaan yang dicarinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, "barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian” (HR. At Tirmidzi no. 2676. ia berkata: “hadits ini hasan shahih”).
Manusia memperdebatkan antara yang hak dan yang batil, kemudian membuat peraturan yang akan melanggengkan kekuasaannya untuk semakin membuatnya jumawa di atas tahta dunianya.
*Puasa Mengontrol Hawa Nafsu*
Puasa menjadi latihan (training) untuk mengendalikan hawa nafsu. Puasa bukan untuk membunuh atau mematikan hawa nafsu, karena bagaimana pun manusia memerlukannya. Dengan adanya hawa nafsu manusia bisa meneruskan kehidupan di bumi, membangun bumi dan menciptakan peradaban di bumi, yang merupakan tugas manusia sebagai khalifah (wakil) Allah di bumi.
Puasa akan menjadi penjara nafsu yang akan membuat semakin tunduk manusia akan perintahNya. Membuat keimanan semakin meningkat dari waktu ke waktu.
"Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah." [Qs. Shad : 26]
“Dan siapakah yang paling sesat dari orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tanpa petunjuk dari Allah? Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim“. (QS. Al Qashash : 50).
Demikianlah pentingnya puasa sebagai momen latihan pengendalian hawa nafsu. Apabila seorang mukmin sukses dalam mengendalikan hawa nafsu, maka ia akan mampu menahan diri dari segala larangan Allah SWT dan tidak berat dalam melaksanakan semua perintah-Nya. Jika hal ini sudah terwujud, maka sesungguhnya seorang Muslim tersebut telah mencapai derajat takwa, suatu derajat yang paling mulia di sisi Allah SWT.
Wallahu a'lam bisshawab
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.