Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Jorawar Singh

Standar Kebahagiaan Seseorang Diukur dari Memiliki Pasangan

Lainnnya | Tuesday, 19 Dec 2023, 20:10 WIB

STANDAR KEBAHAGIAAN SESEORANG DIUKUR DARI MEMILIKI PASANGAN

Apakah kalian pernah ingin merasakan mempunyai pasangan jauh lebih bahagia di banding dengan kita yang tidak mempunyai pasangan?, Banyak orang yang beranggapan dengan mempunyai pasangan dapat membuat itu jauh lebih bahagia. Karena melihat orang di sekitarnya atau melihat media sosial teman yang bahagia dengan memiliki pasangan. Namun tanpa kita sadari banyak cara agar dapat bahagia dengan tidak memiliki pasangan,kenapa seseorang baru di anggap bahagia kalau sudah mempunyai pasangan ?

Kalian pasti pernah mendengar sebutan fomo. Fomo atau Fear Of Missing adalah suatu perasaan khawatir dan takut ketinggalan suatu tren yang ada. Merasa takut tid/ak mengikuti momen dan selalu ingin ikut sesuatu yang terkini, sehingga banyak orang sekarang yang ingin memiliki pasangan bukan karena ingin menjalin hubungan dengan sepenuh nya.

Kebanyakan orang saat ini ingin memiliki pasangan dikarenakan adanya perasaan ingin mengikuti lingkungan sekitar atau dapat dikatakan sebagai fomo. Lalu adanya perasaan fomo ini, banyak orang yang merasa galau dan tidak bahagia karena belum memiliki pasangan.

Menurut hasil wawancara yang saya dapatkan, ada beberapa teman saya yang beranggapan standar kebahagian orang di lihat dari memiliki pasangan atau tidak?.

“standar kebahagian tidak bisa dilihat dari kita punya pasangan. Namun, bisa juga dilihat kebahagian itu dari keluarga yang humoris dan dari teman yang saling support satu sama lain serta bagaimana kita menyebar energi kebahagian ini ke orang lain” ujar nya. Mereka merasa nyaman jika sendiri atau tidak memiliki pasangan, karena mereka memiliki orang lain untuk mendukungnya. Namun ada pendapat lain yang beranggapan bahwa tidak memiliki pasangan membuat dirinya tidak bahagia, ujarnya.

Berikut merupakan hasil waawancara kedua yang didapatkan. Apakah memiliki pasangan hanya untuk mengikuti lingkungan pertemanan? Lalu bagaimana cara menanggapi ketidak bahagiaan ketika tidak memiliki pasangan? “Kadang kita masih bimbang, apakah perlu pasangan itu hanyaa untuk sesaat karena iri melihat teman yang pacaran atau untuk kedepannya. Kalau kita memutuskan untuk pacaran karena iri melihat teman pacaran, maka kita pacaran kepada orang dengan tanpa perasaan dan cinta dengan tulus dan membuat kita lebih tidak bahagia” ujarnya.

Dengan demikian, kita dapat mengatasi rasa ketidak bahagiaan itu melalui berbagai cara yaitu melakukan beberapa kegiatan bersama teman atau keluarga seperti berolahraga, menjalankan suatu program bisnis atau pun sekedar nongkrong di tempat yang sedang populer. Jika kita masih belum merasakan bahagia, kita dapat lebih mengontrol diri sendiri dengan tidak mengikuti teman dan menjalankan hidup dengan keinginan sendiri, tanpa paksaan lingkungan pertemanan atau pun lingkungan sekitar.

Tidak salah jika kita merasakan kesepian dan tidak bahagia, karena lingkungan pertemanan kita bahagia dengan ada nya pasangan. Dan kita belum memiliki pasangan dan sebagai mahkluk sosial pasti membutuhkan pasangan untuk teman bercerita dan berkeluh kesah, namun kita dapat menunjukan bahwa dengan tidak memiliki pasangan kita mendapatkan kebahagiaan dari berbagai hobi yang kita miliki dan lain sebagainya.

Bagi para orang di luar sana yang masih merasa tidak bahagia dan memaksakan untuk memiliki pasangan. Dengan kesendirian yang kalian alami, cobalah untuk mengasah bakat yang kalian miliki dan menjalankan kegiatan yang kalian senangin. Dengan melakukan kegiatan yang kalian gemari, maka kalian akan merasakan kebahagiaan tersendiri yang sangat berbeda dengan mereka yang memiliki pasangan di luar sana.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image