Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Indonesia Salah Satu Kawasan yang Memiliki Konsentrasi Tinggi Spesies yang Belum Ditemukan

Kabar | Tuesday, 19 Dec 2023, 13:14 WIB
Indonesia termasuk kawasan dengan konsentrasi tertinggi spesies yang belum ditemukan. Gambar: Google Maps via indonesia-nederland.org

BEBERAPA tahun lalu, sejumlah ilmuwan dari Universitas Yale, Amerika Serikat, berhasil menerbitkan atlas kehidupan yang memetakan distribusi spesies yang diketahui ada di Bumi. Sekarang, sejumlah ilmuwan lainnya telah menerbitkan atlas lain yaitu atlas keanekaragaman hayati yang belum ditemukan.

Atlas itu, yang diterbitkan di jurnal Nature Ecology and Evolution, belum lama ini, menyoroti tempat-tempat di seluruh dunia di mana hanya sedikit saja yang diketahui tentang keanekaragaman hayati lokal — yang kemungkinan besar menampung spesies yang belum ditemukan.

Para peneliti berharap pekerjaan mereka akan menginspirasi para ilmuwan dalam melakukan ekspedisi untuk mendokumentasikan beberapa ekosistem yang paling kurang dipahami — dan paling rentan — di dunia.

“Dengan laju perubahan lingkungan global saat ini, tidak ada keraguan bahwa banyak spesies akan punah sebelum kita mengetahui keberadaan mereka dan memiliki kesempatan untuk mempertimbangkan nasib mereka,” kata salah seorang penulis penelitian, Walter Jetz dalam rilisnya, sebagaimana dilaporkan kantor berita United Press International.

“Saya merasa ketidaktahuan seperti itu tidak bisa dimaafkan, dan kami berhutang kepada generasi mendatang untuk segera menutup kesenjangan pengetahuan ini,” kata Jetz, yang merupakan seorang profesor ekologi dan biologi evolusi di Universitas Yale.

Bahkan sebelum spesies baru ditemukan, Jetz dan rekan-rekannya berkeyakinan bahwa pekerjaan mereka akan membantu para pembuat kebijakan, pengelola satwa liar, dan konservasionis untuk merancang kebijakan perlindungan yang lebih baik.

Studi sebelumnya tentang spesies yang belum ditemukan di Bumi sebagian besar bersifat kuantitatif, dengan fokus pada berapa banyak spesies yang menunggu untuk ditemukan. Adapun penelitian terbaru berfokus pada pertanyaan kualitatif –“apa” dan “di mana”.

“Oleh karena itu, menemukan bagian yang hilang dari teka-teki keanekaragaman hayati Bumi sangat penting untuk meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati di seluruh dunia,” kata penulis utama penelitian itu, Mario Moura, seorang profesor di Universitas Federal Paraiba.

Para penulis penelitian memperkirakan hanya 10 hingga 20 persen spesies di Bumi yang telah dijelaskan dalam literatur-literatur ilmiah.

Untuk memperkirakan lebih tepat jenis spesies yang menunggu untuk ditemukan — dan di mana mereka berada — para peneliti menganalisis lokasi, karakteristik biologis, rentang geografis, dan tanggal penemuan historis dari sekitar 32.000 vertebrata darat yang diketahui.

Para ilmuwan mengidentifikasi 11 faktor kunci untuk memperkirakan jenis spesies apa yang kemungkinan besar telah ditemukan dan jenis apa yang kemungkinan besar belum ditemukan.

Hewan besar dengan rentang geografis yang luas, misalnya, kemungkinan besar telah dinamai dan dipelajari oleh para ilmuwan. Di sisi lain, spesies yang lebih kecil, terutama yang memiliki wilayah jelajah terbatas di kantong-kantong terpencil di hutan belantara yang luas, lebih cenderung tetap tidak/belum diberi nama.

Demikian pula, kelompok-kelompok hewan yang memiliki lebih banyak spesies yang dinamai baru-baru ini, cenderung memasukkan lebih banyak spesies yang sebetulnya masih belum ada dalam literatur-literatur ilmiah.

Para ilmuwan memperkirakan konsentrasi tertinggi spesies yang belum ditemukan terdapat di Brasil, Indonesia, Madagaskar, dan Kolombia. Peneliti menduga amfibi dan reptil yang belum memiliki nama juga melimpah di kawasan neotropis dan hutan Indo-Malaya.

Karena sebagian besar keanekaragaman hayati yang belum ditemukan di dunia terkonsentrasi di kawasan dengan laju deforestasi yang semakin cepat, para ilmuwan harus bertindak cepat pula untuk menemukan spesies-spesies itu sebelum mereka menghilang.

Para peneliti menyarankan lebih banyak sumber daya harus disalurkan ke wilayah di mana spesies yang belum memiliki nama paling mungkin ditemukan. Sumber daya juga perlu disalurkan, ke para ahli taksonomi yang mempelajari kelompok-kelompok vertebrata yang paling kurang terdokumentasi dengan baik.

“Distribusi sumber daya taksonomi yang lebih merata dapat mempercepat penemuan spesies dan membatasi jumlah kepunahan spesies-spesies yang belum diketahui namanya,” jelas Jetz.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image