Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Riki yusuf al amin

Kisah Malik Bin Dinar Sang Penyandang Gelar Si Emas

Agama | Wednesday, 05 Jan 2022, 12:12 WIB
Malik Bin Dinar
Malik Bin Dinar

Malik bin Dinar adalah seorang putera budak berbangsa Persia dari Sijistan dan menjadi murid Hasan Bashri. Ia terhitung sebagai ahli Hadits Shahih dan merawikan Hadits dari tokoh tokoh kepercayaan di masa lampau seperti Anas bin Malik dan Ibnu Sirin.

Kisah Selengkapnya bisa masuk disini

Ia juga di kenal sebagai ahli kaligrafi Al Qur’an yang terkenal. Ia meninggal pada tahun 130 H / 748 M.

Ketika Malik di lahirkan ayahnya adalah seorang budak tetapi ia sendiri adalah seorang yang merdeka. Orang orang mengisahkan, pada suatu hari Malik menumpang sebuah perahu. Setelah berada di tengah lautan, awak awak perahu meminta uang. “ Bayarlah ongkos perjalananmu. “

“ Aku tidak mempunyai uang, “ jawab Malik.

Awak awak perahu memukulinya hingga ia pingsan. Ketika malik siuman para awak perahu memintanya lagi.

“ Bayarlah ongkos perjalananmu ! “

“ Aku tidak mempunyai uang ! “ jawab Malik dan untuk kedua kalinya ia di pukuli hingga pingsan.

Ketika Malik siuman lagi para awak perahu itu mendesak lagi agar Malik mengeluarkan uang.

“ Hai dengar ! Kau harus membayar ongkos perjalananmu ! “

“ Aku tidak mempunyai uang ! “

Pelaut pelaut itu tak dapat menahan kesabarannya lagi. Dengan geram mereka pegang kedua kaki Malik dan bermaksud melemparkannya ke laut.

Dalam keadaan kritis itu tiba tiba secara aneh semua ikan di laut mendongakkan kepala mereka ke permukaan air dan masing masing membawa dua keeping dinar ( uang emas ) di mulutnya. Malik menjulurkan tangan, dari mulut seekor ikan di ambilnya dua keeping dinar dan uang itu di berikan kepada awak awak perahu. Melihat kejadian yang mendebarkan hati itu para awak perahu segera berlutut. Malik tak peduli, dengan tenang ia berjalan diu atas air laut meninggalkan perahu. Sejak itulah ia namakan Malik bin Dinar.

TAUBATNYA MALIK

Malik adalah seorang lelaki yang sangat tampan, gemar bersenang senang dan memiliki harta kekayaan yang berlimpah limpah. Ia tinggal di Damaskus di mana golongan Muawiyah telah membangun sebuah masjid yang besar dan mewah. Malik ingin sekali di angkat menjadi pengurus masjid tersebut. Pada waktu itu menjadi salah seorang pengurus atau Ta’mir masjid Damaskus adalah jabatan yang cukup terpandang.

Maka pergilah ia ke masjid itu. Di pojok ruangan masjid di bentangkannya sajadah dan di situlah selama setahun penuh ia melakukan ibadah sambil berharap agar setiap orang yang melihatnya sedang melakukan shalat.

“ Alangkah munafiknya engkau ini, “ ia selalu mencerca dirinya sendiri.

Setahun telah berlalu. Apabila hari telah malam, Malik keluar masjid itu dan pergi bersenang senang.

Pada suatu malam. Ketika sedang asyik menikmati musik, sementara teman temannya telah tertidur, tiba tiba dari kecapi yang sedang di mainkannya terdengar suara : “ Hai, Malik mengapakah engkau belum juga bertaubat ? “ Mendengar kata kata yang sangat menggentarkan hati ini. Malik segera melemparkan kecapinya dan berlari menuju masjid.

“ Selama setahun penuh aku menyembah Allah secara munafik, “ ia berkata kepada dirinya sendiri. “ Bukankah lebih baik jika aku menyembah Allah dengan sepenuh hati ? Aku malu. Apakah yang harus ku lakukan ? Seandainya orang orang hendak mengangkatku sebagai pengurus masjid, aku tidak akan menerimanya. “ Ia bertekad melakukan ibadah dengan khusyu’ kepada Allah. Pada malam itulah untuk pertama kalinya ia shalat dengan penuh keikhlasan.

Keesokan harinya seperti biasa orang orang berkumpul di depan masjid.

“ Hai, lihatlah dinding masjid telah retak retak, “ mereka berseru. “ Kita harus mengangkat seorang pengawas untuk memperbaiki masjid ini. Maka mereka bersepakat yang paling tepat menjadi pengawas masjid adalah Malik. Segera mereka mendatangi Malik yang ketika itu sedang shalat. Dengan sabar mereka menunggu Malik menyelesaikan shalatnya. Sementara Malik sendiri karena khusyu’nya ia tak tahu jika beberapa orang sedang menunggunya.

Begitu shalat Malik usai mereka berkata, “ kami datang untuk memintamu agar sudi menerima pengangkatanm kami ini. “

“ Ya Allah, “ seru Malik karena terkejut. “ Setahun penuh aku menyembah-Mu secara munafik dan tak seorang pun yang memandang diriku. Kini setelah ku berikan jiwaku kepada-Mu dan bertekad bahwa aku tidak menginginkan pengangkatan atas diriku, Engkau malah menyuruh dua puluh orang menghadapku untuk mengalungkan tugas tersebut ke leherku. Demi ke besaran-Mu, aku tidak menginginkan pengangkatan atas diriku ini. “

Malik berlari meninggalkan masjid itu. Kemudian menyibukkan diri beribadah kepada Allah, dan menjalani hidup prihatin serta penuh disiplin. Ia menjadi seorang terhormat dan shalih. Ketika seorang hartawan kota Bahrah meninggal dunia dan ia meninggalkan seorang puteri yang cantik. Si puteri mendatangi Tsabit al Bunaini untuk memohon pertolongan.

“ Aku ingin menjadi istri Malik. “ katanya. Sehingga ia dapat menolongku di dalam mematuhi perintah perintah Allah. “

Keinginan gadis itu di sampaikan Tsabit kepada Malik.

“ Aku telah menjatuhkan thalaq ( cerai ) kepada dunia, “ jawab Malik. “ Wanita itu adalah milik dunia yang telah aku cerai, karena itu aku tidak dapat menikahinya. “

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image