Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joko Susanto

Dari Makkah Naik ke Thaif

Agama | Friday, 15 Dec 2023, 17:43 WIB

Mendengar nama kota Thaif, saya sudah membayangkan pesona sebuah pegunungan yang subur. Mengapa? Hasil interaksi kami sebelumnya dengan beberapa pedagang buah di Makkah, mereka bilang kalau buah-buahan yang dijualnya berasal dari Thaif. Begitu pula sayur-mayur yang kami nikmati sebagai menu hidangan di hotel kami.

Jumat, 7 Juli 2023 pukul 07.00 WAS kami sudah berkumpul di lobbi hotel Al Ahbab Al Kubra di bilangan Raudhah Makkah. Sejurus kemudian, panitia KBIHU Jabal Nur mengumumkan bahwa dua unit bis sudah merapat di depan hotel.

Pukul 08.06 WAS bis sudah bergerak menuju Thaif. Panitia terlanjur memesan dua bis besar sejak Rabu, 5 Juli 2023, namun ternyata banyak jamaah yang berhalangan ikut tour karena berbagai kendala terutama sedang kurang sehat. Jadilah perjalanan yang nyaman tetapi kurang teman. Bangku bis banyak yang kosong. Saat itu adalah hari-hari terakhir jamaah haji kloter 16 Surabaya berada di Makkah. Keesokan harinya, 8 Juli 2023 tas koper besar sudah harus dikumpulkan atas perintah maskapai penerbangan dan panitia haji persiapan pulang. Selain sakit, ada pula yang sibuk menyiapkan isi koper besarnya sehingga tidak ikut ziarah.

Jalanan semula banyak yang lurus, kiri kanan banyak tanah kosong bebatuan. Sesekali ada pepohonan menghijau. Mendekati Thaif, rute berkelok-kelok dan menanjak.

Thaif berada di pegunungan lembah gunung Asir dan Al Hada. Perjalanan melewati lereng pegunungan berbatu cadas berkelok-kelok namun jalanan lancar dan luas. Di beberapa tempat di kanan kiri jalan banyak area wahana wisata seperti water park, kincir angin, dan wahana lainnya. Penduduk Saudi dari kota besar seperti Makkah, Jeddah, dan sekitarnya menjadikan Thaif sebagai tempat berlibur keluarga.

Bis kami melewati jalanan Al-Thaif International Dairy Factory. Bangunan beratap besar berwarna perak. Thaif berjarak sekitar 90 km sebelah tenggara kota Mekkah. Rombongan kami mendekati gerbang masjid Abdullah Ibnu Abbas. Cukup luas kompleks masjid dan makam tersebut, namun kami tidak masuk lokasi tersebut, hanya mendekat dan mengitarinya dua kali. Bis berjalan perlahan. Sepertinya kru kesulitan parkir karena didatangi petugas.

Selanjutnya, di pinggir jalan ada sebuah musala. Ketika sopir bis memperlambat laju dan menepi mendekatinya ternyata diberi isyarat oleh polisi untuk meneruskan perjalanan alias tidak boleh berhenti di sana. Tampak beberapa mobil pribadi yang berhenti di dekat masjid itu. Sekilas bangunannya terdiri dari batu-bata yang disusun sederhana, berfungsi sebagai penanda situs bersejarah. Usut punya usut ternyata bangunan berkubah unik itu Masjid Qantara yang dibangun era Ottoman. Gaya bangunannya terinspirasi arsitektur Abbasiyah sehingga berkesan kuno. Menurut laman Arab News, masjid yang dibangun pada 162 tahun lalu dikenal juga dengan nama Masjid Al-Madhoun. Saya sempat mengambil foto beberapa jepretan. Bis pun melanjutkan perjalanan.

Masjid Al-Madhoun di Thaif yang kami lewati. (Foto : Joko Susanto)

Berikutnya, kami melewati Masjid Kuk (Siku). Hampir sama, bis berjalan pelan dan dihalau polisi ketika akan berhenti. Tapi tak apalah, saya sudah melihat dan mengabadikannya.

Pukul 09.45 WAS kami tiba di Thaif. Kota bernuansa pegunungan ini berhawa sejuk, berada di ketinggian sekitar 1500 mdpl. Banyak villa dan rumah milik hartawan Saudi. Sesekali nampak kebun sayur dan buah yang menghijau di kejauhan.

Destinasi kami berikutnya yaitu kereta gantung (cable car). Sebelum sebagian kami masuk ke lokasi kereta, kami berkumpul di depan bangunan bertuliskan UNO Pizzeria and Grill. Istri dan beberapa temannya naik kereta gantung. Karena rombongan, tiketnya 50 real per orang. Kalau perorangan lebih mahal. Saya mencari masjid terdekat di lokasi. Cukup luas dan masih sunyi. Zuhur atau salat Jumat sekitar pukul 12.23 WAS.

Azan pertama salat Jumat sudah terdengar di sekitar area kereta gantung. Setelah wisata kereta gantung selesai, bis kami segera meluncur mencari masjid. Bukan di masjid yang sepi tadi. Ada penunjuk jalan menuju Ukaz. Beberapa menit melaju, awalnya menemukan sebuah masjid di kiri jalan, namun sesuatu dan lain hal akhirnya sopir mencari masjid lain dan ternyata lebih besar yaitu di Qarn Al-Manazil.

Pukul 12.53 WAS kami di ruang utama masjid. Jamaah sudah cukup ramai di depan mimbar. Masjidnya memiliki halaman luas dan bersih, terlihat nyaman. Kamar mandinya bersih, ada tempat mandinya juga. Tempat wudhunya juga banyak. Di luar masjid, terdapat banyak warung pedagang yang berbaris rapi berbentuk pertokoan. Nama lainnya Masjid Al-Sail Al-Kabir di dalam Miqat Qarn Al-Manazil, yang dianggap sebagai salah satu yang terbesar di Arab Saudi.

Miqat di Qarn Al-Manazil ini lebih dikenal As-Sail Al-Kabir terletak 94 km di sebelah timur Makkah, atau sekitar 220 km dari Bandar Udara King Abdul Aziz.

Posisi Qarnul Manazil berada di sebelah timur Makkah dan di utara Thaif. Miqat ini untuk orang-orang yang memulai ihram dari wilayah Najd dan Thaif.

Ada informasi di papan pengumuman atau poster putih di halaman masjid. Tulisan di papan ini berwarna hitam dengan bahasa Arab dan bahasa Inggris di bagian bawahnya. Terjemahan bahasa Indonesianya kurang lebih begini :

Qarn atau Qarn al Manazil adalah kota yang saat ini dikenal sebagai as-Sayl al Kabir, terletak di sepanjang Wadi Qarn, di jalan antara Makkah dan Taif, melewati kebun palm Al Yamaniyah. Kota ini terletak 58 km dari timur laut Makkan dan 40 km di utara Thaif.

Qarn al Manazil adalah miqat untuk orang Najd dan orang-orang lain yang lewat sini. Kota ini dideskripsikan oleh Ibn Khordadbeh sebagai desa yang bagus di abad ke-3 Hijriyah. Ada dua masjid yang digunakan sebagai miqat, Masjid Wadi Mahram yang terletak di atas lembah Qarn Al-Manazil di jalan di antara Taif dan Makkah yang terletak sekitar 15 km dari pusat kota Thaif; dan satu lagi masjid yang terletak di al Sayl al Kabir. Kedua masjid ini valid dijadikan sebagai miqat karena Qarn adalah nama komprehensif/keseluruhan dari semua lembah.

Usai salat Jumat, kami mencari bis yang membawa kamu, ternyata sudah pindah di lokasi parkiran yang di bawah, lebih luas memang.

Destinasi berikutnya adalah pabrik parfum dari bunga mawar. Di sana jamaah dapat melihat langsung proses pembuatan parfum dari mawar. Saya menemani istri di dalam bis. Beberapa saat berikutnya, panitia membagikan nasi kotak. Pas banget perut sudah keroncongan. Kami pun langsung menikmatinya.

Dari rihlah ke Thaif, kami kembali ke hotel di Makkah sekitar pukul 15.30 WAS. Malamnya, kami menikmati salat Isya di Masjidil Haram. Malam-malam terakhir sebelum terbang ke Indonesia. Semoga suatu saat kami dapat kembali ke tanah suci.

(Jakarta, 15 Desember 2023)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image