Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tsabitah Surakhman

X Membantu Korban Tindak Bullying di Indonesia

Iptek | Wednesday, 13 Dec 2023, 23:59 WIB
Sumber : Parapuan

Di era modern dengan arus informasi yang cepat seperti saat ini, bukankah anda membutuhkan media untuk memperoleh informasi yang lebih cepat dan mudah? Dengan kecepatan dan kemudahan tersebut anda tidak lagi tertinggal informasi yang mungkin saja penting. Dari sekian banyak media informasi, anda dapat menggunakan X sebagai media untuk mendapatkan informasi dengan cepat dan mudah. Mengapa demikian? karena X memberikan kebebasan kepada para penggunanya untuk membagikan sebuah informasi mengenai sebuah isu. dengan banyaknya kontribusi pengguna yang membahas isu tersebut, akan menjadikan isu tersebut trending di X. Sehingga anda dapat dengan mudah mengetahui isu yang sedang ramai di kalangan masyarakat.

Saat ini, sudah banyak masyarakat Indonesia yang mulai mengandalkan twitter sebagai sumber berita. Menurut data pada periklanan swalayanan perusahaan, tercatat sudah ada 372,9 juta pengguna X di Indonesia. X sendiri merupakan sosial media yang digunakan oleh masyarakat untuk melakukan komunikasi dengan jangkauan yang luas. Sakadar informasi, X merupakan nama baru dari twitter. Pergantian nama tersebut dilakukan pada Oktober 2022 lalu. Pergantian nama dari twitter menjadi X tidak mengubah isi dari media tersebut.

Kembali ke topik. X memberikan kemudahan pada masyarakat untuk mencari sebuah informasi, hingga menyebarkan informasi. Namun apakah anda menyadari? bahwa kini sudah banyak pengguna yang memanfaatkan X tidak hanya sebagai media untuk melakukan komunikasi serta mencari informasi, melainkan juga sebagai media untuk aktivisme digital. Dikutip dari dictionari.com, aktivisme didefinisikan sebagai praktik, tindakan keras, doktrin sebagai sarana untuk mencapai sebuah tujuan. Jika anda pikirkan kembali, kini sudah banyak pengguna X yang mulai melakukan aktivisme digital di X hingga memberikan tanggapan pada kegiatan aktivisme digital tersebut. Hal tersebut dilakukan masyarakat, sebab kecepatan X dalam “mengangkat” isu tersebut menjadi trending dan menjangkau masyarakat lebih cepat. Masyarakat juga merasa bahwa isu-isu yang ada pada twitter relevan dengan apa yang sedang dibicarakan oleh masyarakat.

Salah satu isu yang sedang ramai dibicarakan di X saat ini adalah isu mengenai pembullyan. Isu mengenai pembullyan ini mulai menjadi ramai sejak kasus Audrey. Kasus Audrey merupakan kasus pembullyan yang terjadi pada anak berusia 14 tahun pada tahun 2019 yang terjadi di Pontianak, Kalimantan Barat. Dari kasus tersebut, dilaporkan bahwa korban telah dikeroyok oleh 12 orang pelajar SMA. Diduga pengeroyokan tersebut terjadi karena adanya cekcok antara korban dan pelaku mengenai asrama. Kemudian kasus tersebut menjadi viral. Tidak hanya menjadi topic yang trending, pada akhirnya muncul petisi #JusticeforAudrey yang ditujukan untuk KPAD agar kasus tersebut dapat berakhir damai. Namun pembuat petisi, yaitu Rachira Anindy berharap kasus tersebut tidak hanya berakhir damai, melainkan pelaku harus mendapatkan hukuman yang setimpal demi masa depan pelaku. Kemudian petisi tersebut berhasil mendapatkan 3,2 juta dukungan dari warganet.

Sumber : BeritaSatu.com

Namun sayangnya, setelah isu tersebut ramai dan memberikan banyak pelajaran bagi masyarakat. Isu tentang pembullyan justru meningkat. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2022. Dari semua kasus yang terjadi, tercatat bahwa korban bullying fisik lebih banyak terjadi pada siswa di Indonesia, yaitu sekitar 55%. Sementara korban bullying verbal dialami oleh 29,3% siswa di Indonesia dan sebanyak 15,2% merupakan korban bullying psikologis. Hal yang lebih disayangkan adalah, KPAI mencatat bahwa kasus bullying banyak terjadi pada jenjang sekolah dasar. Dari semua kasus yang terjadi sebanyak 26% terjadi pada jenjang sekolah dasar. Sementara kasus lainnya terjadi pada jenjang sekolah menengah pertama sebanyak 25%, sekolah jenjang menengah atas sebanyak 18,75% dan selebihnya terjadi di jenjang yang lebih tinggi lagi.

Dikutip dari Unicef, di Indonesia tercatat 2 dari 3 remaja pernah menjadi korban bullying dan 3 dari 4 remaja melaporkan bahwa tindakan tersebut dilakukan oleh teman sebayanya. Bullying merupakan tindakan agresif yang dilakukan secara berulang oleh siswa atau sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/i yang lebih lemah dengan tujuan untuk menyakitinya.[ Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005)]. Bullying dibagi menjadi tiga, yaitu bullying secara fisik, verbal, dan juga psikologis. Kasus bullying ini terus terjadi hingga saat ini, Namun sayangnya hanya ada sedikit korban yang berani untuk menyuarakan apa yang mereka alami. Sebab terjadi di beberapa kasus, setelah korban menyuarakan apa yang mereka alami, guru di sekolah justru menutupi kasus tersebut agar nama sekolah tidak tercoreng. Dengan kasus tersebut, pada akhirnya banyak korban yang memilih untuk diam saja.

Namun sejak tahun 2019 ketika kasus Audrey ramai di X hingga saat ini banyak korban bullying mulai berani untuk menyuarakan apa yang mereka rasakan melalui X. Karena mereka merasa dengan menyuarakan apa yang mereka rasakan melalui X lebih cepat mendapatkan respon dari pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam penanganan kasus pembullyan, seperti KPAI.

Walaupun kasus tersebut berhasil membantu korban, Namun ada tantangan yang harus dilalui dalam upaya pembelaan korban pembullyan, yaitu terjadinya penyebaran berita hoax. Hal tersebut dialami pada saat netizen berupaya untuk membela Audrey sebagai korban tindak pembullyan. Karena ternyata kasus tersebut tidak sepenuhnya terjadi seperti apa yang disampaikan oleh korban. Dapat dikatakan bahwa korban berbohong mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Tapi setidaknya, dengan kejadian tersebut korban pembullyan menjadi yakin dan percaya untuk menyuarakan apa yang mereka rasakan melalui twitter karena kasus pem-bully-an lebih cepat ditangani setelah viral di twitter.

Kembali terjadi lagi pengaduan tindak bullying yang dilakukan oleh siswa menengah atas. Kasus tersebut dibagikan pada akun menfess @tanyarlfes pada tanggal 25 November 2023 di X. Menfess merupakan singkatan dari Mention Confess. Menfess ini menyediakan jasa untuk mengungkapkan perasaan hingga pemikiran dari para pengguna X. Pengaduan tersebut dilakukan oleh kakak korban. Kejadian bullying tersebut terjadi di Medan. Kakak korban menjelaskan apa dan bagaimana pelaku korban melakukan tindakan kekerasan kepada adiknya. Dalam penjelasan tersebut, bullying yang dilakukan oleh pelaku masuk dalam kategori bullying fisik, sebab korban dipukul hingga lengan korban dibakar dengan menggunakan kunci yang sudah dipanaskan dengan api. Kasus tersebut sontak menjadi perhatian warganet.

Warganet akhirnya Membantu kakak korban dengan melakukan pemberian like dan repost postingan tersebut dengan harapan agar kasus tersebut semakin luas diketahui oleh masyarakat serta mendapatkan respon KPAD atau KPAI agar kasus tersebut dapat langsung ditangani. Tidak hanya itu, warganet juga mulai melontarkan komentar yang berisikan kebencian terhadap pelaku pembullyan hingga menyampaikan pendapat mengenai hukuman yang harus diberikan kepada pelaku. Salah satu komen tersebut dilontarkan oleh akun dengan nama pengguna @yebenicholas yang mengatakan, “Harus segera ditindak diberi hukuman, pihak sekolah jangan diem aja seakan-akan cuci tangan gak mau ikut campur”. Namun sayangnya, hingga saat ini pengaduan tersebut masih belum mendapatkan respon dari KPAD maupun KPAI. Namun setidaknya kasus tersebut telah diketahui oleh masyarakat luas

Dari pernyataan diatas, dapat kita ketahui bahwa X kini memiliki peran yang penting bagi para korban tindakan kriminal, seperti bullying sebagai wadah pengaduan. Tidak hanya itu, para pengguna X juga dengan sigap menanggapi kasus yang terjadi. Dengan kesigapan tersebut pada akhirnya mempermudah kasus menjadi viral dan kemudian sampai ke “telinga” KPAI ataupun KPAD yang kemudian memberikan responnya kepada kejadian tersebut, dengan menangani ataupun memberikan hukuman pada pelaku.

Dari banyaknya kasus yang telah dilaporkan, bukankah seharusnya ada tindakan yang dapat mencegah terjadinya kasus bullying terus menerus di Indonesia? Agar kasus seperti itu tidak terus terjadi di Indonesia. Setelah membaca artikel diatas, bukankah kita menjadi khawatir bahwa hal tersebut menimpa anggota keluarga kita? Sebagai anggota keluarga, ada beberapa tindakan yang dapat kita lakukan agar hal tersebut tidak menimpa anggota keluarga kita. Hal tersebut antara lain dengan memberikan pengetahuan kepada anak mengenai pembullyan dan dampak yang akan terjadi, menanamkan rasa percaya diri pada anak lewat komunikasi, berkomunikasi pada anak mengenai kegiatan yang dilakukan selama di sekolah hingga apa yang terjadi di sekolah, dan hal yang paling penting adalah mulai biasakan membiarkan anak mengkomunikasikan perasaan yang sedang dirasakan.

References

BBC. (2023, September 21). Perundungan dan kasus penusukan mata siswi SD di Gresik hingga buta - 'Bullying di Indonesia sudah darurat'. BBC. Retrieved December 7, 2023, from https://www.bbc.com/indonesia/articles/czr1xkdvk8jo

DPR-RI. (2023, September 29). Parlementaria Terkini - Dewan Perwakilan Rakyat. Parlementaria Terkini - Dewan Perwakilan Rakyat. Retrieved December 7, 2023, from https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/46802/t/Pemerintah+Harus+Petakan+Faktor+Penyebab+Bullying+Anak

Fajrussalam, H., Febriyano, A., Deviyanti, A., Nisa, F. F., & Nafiisah, R. (2023). Fenomena “Menfess Twitter” Adakah Motif Tertentu?(Kajian Analisis Perspektif Hukum Islam). Innovative: Journal Of Social Science Research, 3(2), 1038-1050.

Ibrohim, N. (2023, July 29). Ternyata Ini Alasan Elon Musk Ganti Nama Twitter Jadi X, Sudah Tahu? SINDOnews. Retrieved December 10, 2023, from https://tekno.sindonews.com/read/1163065/207/ternyata-ini-alasan-elon-musk-ganti-nama-twitter-jadi-x-sudah-tahu-1690610871

Kemp, S. (2023, May 11). Twitter Users, Stats, Data, Trends, and More — DataReportal – Global Digital Insights. DataReportal. Retrieved December 10, 2023, from https://datareportal.com/essential-twitter-stats

Putraji, Z. I. (2022). Aktivisme Twitter: crowdsourcing melalui tagar# 100jutamaskerchallenge. Jurnal Komunikasi Profesional, 6(4), 303-319.

Suzy Azeharie, & Octavia Kusuma. (2014, 2 7). ANALISIS PENGGUNAAN TWITTER SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI SELEBRITIS DI JAKARTA. Neliti. Retrieved December 10, 2023, from https://media.neliti.com/media/publications/107479-ID-analisis-penggunaan-twitter-sebagai-medi.pdf

Unicef. (2020, Februari). Bullying Revisi ID.cdr. UNICEF. Retrieved December 7, 2023, from https://www.unicef.org/indonesia/media/5691/file/Fact%20Sheet%20Perkawinan%20Anak%20di%20Indonesia.pdf

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image