Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dewi Aisyah Anindita

Aktivisme Digital Menuju Perubahan Nyata

Ekspresi | 2024-12-12 23:41:20

Gerakan aktivisme telah membawa peradaban kita ke arah yang lebih maju dengan mengangkat berbagai macam isu sosial seperti rasisme, patriarki, perubahan iklim, diskriminasi, dan berbagai isu sosial lainnya yang sebelumnya sulit untuk mendapatkan perhatian. Hal ini tentunya diwujudkan oleh para aktivis pendahulu kita yang telah berjuang secara langsung demi memperoleh haknya. Namun, In-person protest memiliki banyak risiko seperti kekerasan fisik, konsekuensi hukum, pidana, bahkan hingga kehilangan pekerjaan. Perkembangan internet dan media sosial telah membuka cara baru untuk menyuarakan pendapat dan memperjuangkan isu-isu tersebut tanpa perlu mengkhawatirkan risiko melakukan protes secara langsung.

Media sosial memungkinkan penyebaran informasi secara cepat tanpa mengenal adanya batasan geografis sehingga setiap individu dan kelompok marjinal dapat berbagi cerita, pengalaman, dan perspektif mereka dengan khalayak global. Hal ini memberikan mereka suara yang mungkin tidak mereka miliki sebelumnya. Semua orang bisa menceritakan berbagai masalah sosial yang terjadi di lingkungannya sehingga dapat diketahui oleh seluruh pengguna media sosial dan mengangkat isu tersebut agar dapat segera terselesaikan. Dengan melakukan pemanfaatan teknologi digital untuk menyuarakan pendapat, masyarakat telah menunjukkan praktik aktivisme digital.

Aktivisme digital ini dapat berupa kampanye online, petisi, menyebarkan informasi, hingga mengorganisir aksi di dunia nyata. Aksi yang dimaksud seperti gerakan boycott, strike, dan sebagainya. Tujuan utama dari aktivisme digital ini sama dengan aktivisme pada umumnya, yaitu menciptakan suatu perubahan sosial dan politik demi mencapai keadilan sosial.

Kemajuan aktivisme ini kemudian menimbulkan pertanyaan besar. Apakah aktivisme digital dapat membawa perubahan nyata?

Generasi masa kini merasakan suatu tekanan tak terlihat untuk menjadi apa yang biasa disebut dengan “woke”, yaitu terminologi dari budaya populer yang memiliki arti kesadaran atau pemahaman mendalam mengenai isu-isu sosial dan ketidakadilan. Mengunggah isu keadilan sosial yang sedang tren, telah menjadi suatu bentuk perasaan bersalah pribadi. Banyak orang yang bahkan tidak ingin menyisihkan sedikit waktunya untuk memahami isu yang mereka sebarkan. Mereka hanya peduli akan image sosialnya agar terlihat seperti seseorang yang melek sosial.

Lantas, apakah dengan sikap generasi muda yang seperti itu bisa membawa perubahan di dunia nyata? Jawabannya adalah bisa. Tentu, orang-orang yang menyebarkan suatu isu sosial tanpa memahaminya lebih dalam dapat menjadi masalah. Namun, dengan setidaknya mereka tahu mengenai apa yang sedang terjadi kemudian menyempatkan untuk membagi atau mengunggah ulang, isu tersebut dapat meraih perhatian lebih besar sehingga dapat segera menerima tindak lanjut.

Cara terbaik untuk menentang struktur kekuasaan adalah dengan mengumpulkan massa. Perkumpulan besar yang secara jelas menunjukkan angka orang-orang yang menuntut perubahan akan menekan pihak yang berwenang untuk merespons. Selain itu, protes dengan ukuran besar akan lebih mudah menarik perhatian jurnalisme dan liputan media, memperkuat pesan yang ingin disampaikan dan meraih khalayak yang lebih luas sehingga berpotensi mencapai peningkatan kesadaran masyarakat dan dukungan. Media sosial memungkinkan kita untuk mengumpulkan banyak suara dengan visibilitas angka yang jelas akan seberapa banyak orang yang telah sadar atau setidaknya tahu tentang suatu masalah sosial.

Namun, segala hal yang berkaitan dengan keadilan sosial tidak seharusnya diperlakukan sebagai suatu tren. Jika seseorang telah memutuskan untuk menyebarkan suatu isu sosial, alangkah baiknya mereka tetap mengingatnya sehingga isu yang sama tidak akan terjadi darinya. Apa gunanya jika suatu isu sosial viral dan terselesaikan kemudian isu yang sama terjadi berulang-ulang lagi.

Kesadaran sosial yang dapat dibawa oleh media sosial sungguh luar biasa. Namun, kesadaran tersebut tidak berakhir di media sosial saja. Aksi nyata di dunia nyata menjadi langkah krusial untuk mewujudkan keadilan sosial. Membagikan informasi yang bermanfaat, menandatangani petisi, melakukan donasi, dan mengikuti aksi boycott adalah beberapa contoh kecil yang dapat kita lakukan untuk membawa ke perubahan yang lebih besar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image