Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yasmin Hasna

Breaking Bounderies : Menyingkirkan Standar Kecantikan yang Konvensional

Gaya Hidup | 2023-12-13 23:43:03
https://pin.it/4Lxlk2r

Kita pasti sering dengar kalimat Beauty Standard tapi apa sih makna sebenarnya? Beauty Standard atau standar kecantikan merupakan kriteria yang diciptakan oleh masyarakat untuk menentukan definisi penampilan fisik yang dianggap menarik dan ideal. Ini mencakup berbagai hal seperti bentuk tubuh, fitur wajah, warna kulit dan bahkan perilaku tertentu.

Meskipun bersifat relatif dan dapat berubah seiring waktu, standar kecantikan dapat memengaruhi persepsi diri dan citra tubuh individu, dan sering kali menciptakan tekanan sosial untuk memenuhi norma kecantikan.

Media massa memegang peran penting dalam membentuk, mempengaruhi persepsi masyarakat dan memperkuat standar kecantikan melalui framing. Nah, Framing itu ketika media dan budaya memilih elemen-elemen tertentu untuk dipromosikan atau diutamakan dalam representasi suatu topik atau isu.

Iklan, film, dan media sosial seringkali menggunakan framing untuk membentuk persepsi visual tentang penampilan yang dianggap menggambarkan kecantikan yang diinginkan. Pemilihan model dengan fisik tertentu, seperti putih, mulus, kurus, dan memiliki rambut yang lurus juga dapat mencerminkan pilihan framing yang disengaja untuk membentuk persepsi tentang kecantikan.

Namun, framing media tidak hanya menciptakan standar kecantikan, tetapi juga dapat memunculkan resistensi atau perubahan dalam persepsi kolektif. Saat ini, banyak individu dan gerakan sosial yang berupaya menggoyahkan batasan-batasan ini untuk mendorong keberagaman dan penerimaan diri. Penolakan terhadap standar kecantikan yang konvensional memunculkan revolusi di dunia fashion dan media.

Dalam beberapa tahun terakhir, pergeseran signifikan terlihat dalam bagaimana media memandang kecantikan. Kampanye-kampanye iklan yang mengusung keberagaman etnis, bentuk tubuh, dan usia mulai merajalela. Media secara aktif mendukung narasi yang mengajak masyarakat untuk merayakan kecantikan yang bervariasi, membantu menggeser pandangan konvensional yang sempit.

Sosial media, turut memainkan peran penting dalam menggiring perubahan ini. Influencer dan pengguna media sosial yang membagikan keberagaman dan kecantikan alami mereka membuka mata banyak orang terhadap keindahan yang tidak terkekang oleh standar konvensional. Perkembangan ini memperluas definisi kecantikan dan membuat setiap individu dapat merayakan keunikannya.

Gerakan body positivity menjadi kekuatan penggerak utama dalam menggeser pandangan masyarakat terhadap kecantikan. Melalui kampanye-kampanye ini, individu diberdayakan untuk merayakan bentuk tubuhnya yang unik dan berhenti mengejar citra tubuh yang "sempurna" sesuai standar konvensional. Penerimaan terhadap keberagaman bentuk tubuh dan ukuran menjadi kunci dalam membentuk persepsi kecantikan yang lebih inklusif.

Industri fashion juga turut berperan penting dalam memecahkan batasan kecantikan. Desainer dan merek-merek terkenal semakin menyuarakan inklusivitas, merepresentasikan keberagaman etnis, bentuk tubuh, dan umur dalam kampanye mereka. Fashion runway tidak lagi didominasi oleh model-model dengan standar kecantikan yang seragam, melainkan menyediakan panggung bagi beragam individual yang mencerminkan keanekaragaman masyarakat.

Meskipun demikian, perjalanan menuju menyingkirkan standar kecantikan konvensional tidak selalu berjalan mulus. Pada beberapa kasus, ada resistensi dari pihak-pihak yang masih melekat pada pandangan lama. Oleh karena itu, pendidikan dan peningkatan kesadaran terus diperlukan untuk meruntuhkan presepsi yang sudah tertanam kuat di masyarakat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image