Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ardiansyah

Debat Capres 2024 Perdana: Anies dan Prabowo Saling Serang, Ganjar Ikut Ikutan

Politik | Wednesday, 13 Dec 2023, 08:02 WIB

Debat Capres perdana yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Selasa, 12 Desember 2023, dengan mengangkat tema Hukum, HAM, Pemerintahan, Pemberantasan Korupsi, Penguatan Demokrasi, kerukunan masyarakat, dan pelayanan publik berlangsung sengit. Tiga calon presiden, Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo mengikuti sesi debat terlibat “saling serang”, baik secara langsung maupun tidak langsung pada debat yang berlangsung selama kurang lebih 120 menit tersebut.

Para kandidat tetap tersenyum meski berdebat panas. Photo: republika.id

Salah satu yang paling menarik perhatian adalah serangan-serangan yang dilancarkan oleh Anies Baswedan kepada Prabowo Subianto. Anies berulang kali menyinggung Prabowo, baik terkait dengan kebijakannya selama menjabat Menteri Pertahanan, maupun terkait dengan pencalonannya sebagai capres.

Serangan Anies

Serangan Anies kepada Prabowo bahkan sudah dimulai sejak pernyataan pembuka. Anies menyinggung soal banyaknya anak muda yang mengalami intimidasi saat menyampaikan pendapatnya. Ia seolah ingin publik menginterpretasikan bahwa Prabowo adalah salah satu orang yang bertanggung jawab atas intimidasi tersebut sebab berada di lingkar kekuasaan.

Anies terlihat serius mengajukan pertanyaan saat debat. Photo: republika.id

“Bila kita saksikan hari ini ada satu orang milenial bisa menjadi wakil presiden, tapi ada ribuan gen z, ketika mereka mengkritik pemerintah justru sering menghadapi kekerasan, benturan, bahkan gas air mata. Apakah ini akan dibiarkan? Tidak, kita harus ada perubahan,” kata Anies.

Anies juga menyanggah pendapat Prabowo soal pengentasan konflik di Papua. Menurut Anies, pokok permasalahan soal krisis HAM di Papua bukan kekerasan, melainkan ketidakhadiran rasa adil disana. Anies menyinggung, konflik HAM di Papua harus diselesaikan dengan tuntas dan dicegah pengulangannya meskipun yang harus dihadirkan bukan tidak ada kekerasan, tapi keadilan.

 “Tujuan utamanya bukan meniadakan kekerasan tapi memunculkan rasa keadilan,” kata Anies.

Selanjutnya, Anies sempat menyebut bahwa saat ini ada penurunan demokrasi di Indonesia. Tentu hal ini disanggah oleh Prabowo dengan menyebut bahwa Anies menjadi Gubernur DKI adalah buah dari semakin bagusnya proses demokrasi tersebut.

Anies juga menyampaikan dengan sedikit nada sarkas kepada Prabowo mengenai pentingnya oposisi dengan menunjuk ungkapan yang pernah Prabowo sampaikan soal keinginannya untuk jadi penguasa.

“Sayangnya, tidak semua orang tahan menjadi oposisi. Pak Prabowo tidak tahan jadi oposisi, beliau sendiri menyampaikan, tidak dalam kekuasaan, membuat tidak bisa berbisnis, karena itu harus ada dalam kekuasaan. Kekuasaan lebih dari bisnis, kekuasaan lebih dari uang, kekuasaan adalah soal kehormatan menjalankan kedaulatan rakyat,” papar Anies secara tegas.

Anies juga melempar pertanyaan mengenai keputusan Majelis Keohrmatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) yang menyatakan bahwa terjadi cacat etik terhadap ketua MK sehubungan dengan putusan 90/PUU-XXI/2023 yang memberikan “karpet merah” kepada Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden yang kebetulan juga keponakan dar Ketua MK saat itu, untuk melenggang menjadi kandidat wakil presiden mendampingi Prabowo.

“Bapak punya waktu sampai 13 November, sesudah bapak mendengar bahwa ternyata pencalonan persyaratan ada masalah secara etika, bagaimana perasaan bapak?” tegas Anies.

Serangan Prabowo

Prabowo tak kalah sengit berdebat. Photo: republika.id

Prabowo tentu tak tinggal diam. Ia membalas serangan Anies dengan menyinggung masalah polusi di Jakarta. Prabowo mengindikasikan bahwa Anies gagal mengatasi masalah polusi di Jakarta, padahal APBD DKI Jakarta mencapai Rp.80 triliun. Prabowo menilai dengan anggaran yang sangat besar, DKI Jakarta justru menjadi salah satu kota terpolusi di dunia.

"Mas Anies pernah jadi gubernur lima tahun di DKI (Jakarta), anggaran DKI setahun sekitar Rp 80 T, jumlah peduduk DKI kira-kira 10 juta, kurang lebih. APBD Jawa Barat Rp 35 T jumlah penduduknya 50 juta, 5 kali DKI. Tapi selama mas Anies mimpin sering sekali DKI menerima indeks polusi tertinggi di dunia, bagaimana dengan anggaran Rp 80 T pak Anies sebagai gubernur tidak dapat berbuat sesuatu yang berarti untuk mengurangi polusi," sindir Prabowo.

Pertanyaan ini dijawab oleh Anies dengan menyebutkan bahwa salah satunya angin bergerak dari sana-sini ketika polutan yang muncul dari pembangkit listrik tenaga uap mengalir ke Jakarta. Secara tidak langsung Anies ingin menyampaikan bahwa polusi tersebut tidak murni berasal dari Jakarta, melainkan dari Provinsi tetangga.

Prabowo kemudian meresponnya dengan mempertanyakan kenapa Anies justru menyalahkan angin. Menurutnya, dengan anggaran yang sangat besar itu, seharusnya Jakarta memiliki solusi terkait polusi yang lebih riil.

  "Ya susah kalau kita menyalahkan angin, jadi saya kira kalau kita dengan gampangnya menyalahkan angin, hujan dan sebagainya. Ya, mungkin tidak perlu ada pemerintahan kalau begitu" Terang Prabowo.  

Serangan Ganjar

Ganjar yang dianggap netizen cukup tajam dalam mengajukan pertanyaan, tapi kurang kedalaman dalam memberikan jawaban. Photo: republika.id

Selain Anies, Ganjar Pranowo juga ikut menyerang Prabowo. Ganjar mempertanyakan komitmen Prabowo untuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM masa lalu.

”Ada 12 kasus pelanggaran HAM berat masa lalu. Pada 2009, DPR sudah mengeluarkan empat rekomendasi kepada Presiden. Keempat rekomendasi itu, membentuk pengadilan HAM, menemukan 13 korban penghilangan paksa pada 1997-1998, pemulihan dan kompensasi pada korban pelanggaran HAM berat, dan meratifikasi Konvensi Anti-Penghilangan Paksa,” tutur Ganjar.


Dalam beberapa poling di media sosial, banyak yang menilai Ganjar termasuk cukup tajam dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, tapi dirasa kurang kedalaman ketika memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan ke dirinya.

***

Arena Menakar Gagasan

Debat Capres 2024 putaran Perdana ini berlangsung cukup seru, terbuka, dan ada aura intensitas yang meninggi. Para capres terlihat saling serang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun intensitasnya memang di putaran pertama ini banyak yang diarahkan ke Prabowo, baik dari Anies maupun dari Ganjar. Saling serang tersebut menunjukkan bahwa persaingan dalam Pilpres 2024 akan semakin sengit.

Serangan pertanyaan-jawaban yang dilancarkan oleh masing-masing calon presiden ke yang lain menunjukkan bahwa mereka memiliki strategi yang jelas ketika mereka diberikan kesempatan akan memimpin. Anies tampaknya ingin memanfaatkan popularitasnya di kalangan anak muda untuk menyerang Prabowo. Ganjar, di sisi lain, ingin memanfaatkan isu pelanggaran HAM masa lalu untuk menyerang Prabowo. Prabowo, sekali lagi menegaskan "positioningnya" sebagai penerus kesuksesan Jokowi.

Konsekuensi saling serang di forum debat tersebut juga berimplikasi kepada ramainya pro-kontra di kalangan para pendukung lewat perdebatan di media daring dan digital. Namun, sedikit berbeda dengan konstestasi 2019 silam dimana perdebatannya cukup tajam ke black campaign, polarisasi, dan hoax, Pilpres kali ini sedikit lebih "light" meski tetap berpotensi panas dan penuh dengan dinamika.

Dukungan Masih Bisa Berbalik

Pilpres 2024 merupakan pesta demokrasi yang seharusnya berjalan dengan santun dan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. "Debat panas" di depan kamera sesungguhnya bukan hanya untuk menguji gagasan, visi misi, program, semata dari para kandidat, lebih dari itu debat juga merepresentasi ketahanan seorang kandidat ketika di bawah tekanan, bagaimana ia akan melawan balik ketika diserang, pemilihan argumentasi dan sudut pandang, termasuk di dalamnya kondisi psikologis saat mereka saling serang.

Tentu saja, ini akan berjalan dengan tegang, mungkin sedikit sensitif. Oleh karena itu, para capres dan pendukungnya diharapkan perlu menahan diri untuk tidak melakukan serangan-serangan personal dan menganggap ini sebagai bagian dari kompetisi menyehatkan iklim demokrasi untuk menakar gagasan dari masaing-masing kandidat. Alih-alih ribut “saling goreng” dan mengajukan klaim siapa yang menang debat, sebaiknya segera mengevaluasi hasil debat perdana dan menyiapkan materi terbaik untuk debat di putaran berikutnya.

Dukungan-dukungan masih bisa berbalik, survei masih bisa berubah, pemenang belum bisa dikunci. Maka berdebatlah, biar rakyat tahu siapa yang paling layak menjadi pemimpin mereka (Rd).

***

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image