Waspada Kelaparan Gizi
Gaya Hidup | 2023-12-12 15:27:22KETAHANAN pangan saja masih belum cukup. Perlu dibarengi pula dengan ketahanan gizi. Itu baru oke.
Pangan merupakan salah satu unsur penting bagi keberlangsungan hidup umat manusia. Ketahanan pangan menjadi sebuah keniscayaan. Meski begitu, bukan hanya ketahanan pangan yang perlu menjadi prioritas kita, tetapi juga ketahanan gizi.
Konsep ketahanan pangan berfokus pada akses dan keterjangkauan pangan yang aman, bergizi, dan sesuai dengan preferensi pribadi. Namun, pada kenyataannya, aspek “bergizi” sering diabaikan atau hilang dalam kebijakan dan solusi nasional. Yang lebih mengemuka yaitu penekanan pada kuantitas, bukan kualitas makanan.
Demikian dipaparkan oleh Dariush Mozaffarian dari Friedman School of Nutrition Science & Policy di Tufts University, Sheila Fleischhacker dari Georgetown Law School, dan José Andrés dari World Central Kitchen, dalam sebuah artikel mereka yang dipublikasikan secara daring di jurnal JAMA, belum lama berselang.
“Pangan sangat penting baik untuk kehidupan dan martabat manusia. Setiap hari, saya melihat kelaparan, dan yang saya lihat itu tidak hanya kelaparan kalori, tetapi juga kelaparan gizi,” kata Chef José Andrés, pendiri World Central Kitchen.
Para penulis artikel itu mendefinisikan ketahanan gizi sebagai memiliki akses yang konsisten terhadap ketersediaan serta keterjangkauan makanan dan minuman yang mampu meningkatkan kesejahteraan, sambil mencegah — dan, jika perlu, mengobati — penyakit. Menurut mereka, ketahanan gizi memberikan pandangan yang lebih inklusif yang mengakui bahwa pangan harus menyehatkan semua orang.
“Ketahanan gizi mencakup semua tujuan ketahanan pangan tetapi dengan penekanan tambahan pada kebutuhan akan makanan dan minuman yang sehat untuk semua,” jelas Dariush Mozaffarian dari Tufts University.
“Ini waktu yang tepat untuk sebuah evolusi. Dengan memprioritaskan ketahanan gizi, kami menyatukan area yang terkungkung secara historis — kelaparan dan nutrisi — yang harus ditangani bersama untuk secara efektif mengatasi tantangan modern seputar penyakit terkait pangan dan disparitas dalam perawatan klinis, kebijakan bantuan pangan dan kebijakan pangan pemerintah, investasi kesehatan masyarakat, dan riset nasional,” kata Sheila Fleischhacker, yang merupakan seorang asisten profesor di Georgetown Law School.
Menurut para penulis artikel itu, pendekatan yang dilakukan selama ini tidak cukup. Kelompok minoritas yang secara tradisional terpinggirkan serta orang-orang yang tinggal di perdesaan yang berpenghasilan rendah kemungkinan cenderung mengalami disparitas dalam kualitas gizi, kerawanan pangan, dan sejumlah penyakit yang terkait makanan.***
--
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.