Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image nabilla rahindah

Pandangan Orang Tua Mengenai Seksual pada Remaja

Parenting | Monday, 11 Dec 2023, 11:31 WIB

Sikap intim ialah sesuatu wujud sikap yang diakibatkan hasrat ataupun kemauan intim yang bisa terjalin dengan lawan tipe ataupun dengan sesama tipe (Rohmadini F, 2020). Seksualitas pada anak muda ialah topik yang kerapkali jadi atensi untuk orang tua. Pemikiran orang tua terhadap isu ini bisa bermacam- macam, bergantung pada budaya, agama, serta nilai- nilai yang dianut oleh tiap- tiap keluarga. Bagi (Ekowati E, 2021) Orang tua atau keluarga merupakan pendidik utama yang membentuk perilaku dan karakter remaja dalam keluarga dan bertanggung jawab terhadap pembelajaran formal dan informal remaja serta pendidikan agama sebagai landasan anak.

Sumber by Gramedia

Fenomena yang terdapat di dalam warga menyangka kalau membicarakan seksualitas merupakan perihal yang tabu serta vulgar (Partiwi dkk, 2021). Mereka cenderung menjauhi pembicaraan terbuka menimpa seksualitas sebab merasa tidak aman ataupun khawatir kalau perihal tersebut bisa mendesak sikap intim yang tidak pantas pada anak muda. (Dentiana & Adisel, 2022) Perihal tersebut bisa menjerumuskan anak muda dalam mengalami realitas tingginya efek putus sekolah akibat ikatan seks pranikah, yang mana terjalin perkawinan dalam umur dini dengan keadaan psikologis anak muda putra yang penuh ketidaksiapan mengalami perkawinan serta anak muda gadis yang rentan hendak aborsi ilegal.

Kedudukan orang tua sangat berarti buat memusatkan anak muda, berikan tutorial serta menghasilkan area yang baik buat anak muda buat menghindari seks pranikah terjalin. Ditambahkan oleh (Yulianto A, 2020)( semacam dilansir dalam Walker) Terdapat tahapan sikap intim pranikah terdapat 5, ialah touching, kissing, necking, petting, serta intercourse. Sebab orang tua merupakan madrasah awal untuk anak, bila dari kecil diberikan pembelajaran yang baik paling utama pembelajaran seks oleh orang tua hingga pondasi anak telah diperkuat dari kecil serta pengetahuan anak pula telah terdapat. Buat mengenali apa saja yang boleh serta tidak boleh dicoba oleh mereka (Dentiana & Adisel, 2022). Sebagian aspek yang bisa pengaruhi pemberian pembelajaran intim oleh orang tua antara lain pembelajaran, pekerjaan, keterpaparan data, serta anggapan tentang pembelajaran intim (Partiwi dkk, 2021).

Beberapa dampak yang mungkin terjadi akibat perilaku seksual pada remaja antara lain:

1. Kehamilan yang tidak diinginkan: Seks bebas pada remaja dapat menyebabkan kehamilan yang tidak direncanakan. Kehamilan pada usia remaja dapat membawa risiko kesehatan dan sosial yang tinggi, seperti komplikasi kehamilan, kesulitan dalam merawat anak, dan kesulitan dalam menyelesaikan Pendidikan (Makarim Rizal F, 2022)

2. Penyakit Menular Seksual (PMS): Remaja yang terlibat dalam perilaku seksual yang tidak aman berisiko tinggi terkena infeksi menular seksual seperti HIV/AIDS, gonore, sifilis, dan lainnya. Infeksi menular seksual dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan remaja, termasuk masalah reproduksi dan kesehatan mental (Makarim Rizal F, 2022).

3. Kendala kesehatan mental: Seks bebas pada anak muda pula bisa berkontribusi pada kendala kesehatan mental, semacam tekanan mental, kecemasan, serta rendahnya harga diri. Anak muda yang ikut serta dalam ikatan intim yang tidak sehat ataupun merasa terpaksa melaksanakan ikatan intim bisa hadapi tekanan emosional yang signifikan.

4. Gangguan hubungan interpersonal: Perilaku seksual yang tidak sehat pada remaja dapat mempengaruhi hubungan interpersonal mereka. Remaja yang terlibat dalam hubungan seksual yang tidak konsensual atau tidak sehat mungkin mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang saling menghormati dan mempercayai pasangan mereka.

5. Gangguan pendidikan: Keterlibatan dalam perilaku seksual yang tidak sehat dapat mengganggu pendidikan remaja. Kehamilan yang tidak direncanakan atau masalah kesehatan yang terkait dengan PMS dapat menyebabkan absensi sekolah, kesulitan berkonsentrasi, dan kesulitan menyelesaikan Pendidikan (webmin, 2016)

Solusi untuk meminimalisir terjadinya perilaku seksual pada remaja adalah membangun saluran komunikasi terbuka. Orang tua perlu menciptakan lingkungan di mana remaja merasa nyaman untuk berbicara tentang seksualitas tanpa takut dihakimi. Mendukung pendidikan seksual yang komprehensif di sekolah dan membantu mengisi celah informasi di rumah dapat membantu mengatasi ketidakpastian dan ketakutan. Mengarahkan remaja pada sumber informasi yang dapat dipercaya, seperti buku, situs web kesehatan seksual, atau organisasi pendidikan, dapat membantu mereka mendapatkan pemahaman yang lebih baik.

Bimbingan dan pengajaran dari orang tua dalam mempelajari seks, mulai dari pengaruh, pemicunya, bagaimana hakikat pembelajaran seks itu menular, bagaimana Islam mengarahkan pembelajaran seks kepada pemeluknya, apa tujuan mengajarkan seks kepada anak, dan akibat yang ditimbulkannya. Anak harus bertoleransi jika ia melakukan kesalahan dalam mengendalikannya seks (Dentiana & Adisel, 2022).

Kesimpulannya, pandangan orang tua mengenai seksualitas pada remaja memiliki pengaruh besar terhadap pemahaman dan perilaku seksual mereka. Orang tua yang mampu memberikan pendidikan seksual yang komprehensif, terbuka, dan berbasis fakta dapat membantu remaja mengembangkan sikap positif terhadap seksualitas mereka sendiri. Melalui komunikasi yang terbuka dan pengertian yang mendalam, orang tua dapat membantu remaja menghadapi tantangan seksualitas dengan lebih baik dan mendorong mereka untuk membuat keputusan yang bijak dan bertanggung jawab.

Referensi :

Dentiana, I., & Adisel, A. (2022). Peran Orang Tua dalam memberikan Pendidikan Seks pada Remaja untuk Mencegah Hubungan Seks Pranikah. Kaganga:Jurnal Pendidikan Sejarah Dan Riset Sosial Humaniora, 5(1), 82–87. https://doi.org/10.31539/kaganga.v5i1.3571

Ekowati E. (2021). Peran orang tua dalam mendidik perilaku seksual remaja. Kajian Pendidikan Dan Ilmu Keislaman, 7(1), 58–75.

Makarim Rizal F. (2022, October 5). Bukan Hanya HIV, Ini 6 Bahaya Seks Bebas pada Remaja. Halodoc.Com. https://www.halodoc.com/artikel/bukan-hanya-hiv-ini-6-bahaya-seks-bebas-pada-remaja

Partiwi dkk. (2021). Persepsi orang tua terhadap pendidikan seksual pada remaja di kecamatan kuta kabupaten badung. Community of Publishing In Nursing, 9(4), 441–449.

Rohmadini F, dkk. (2020). Perbedaan perilaku seksual pranikah antara remaja penguna internet tinggi dan remaja pengguna internet rendah di tangerang selatan. Prosiding E-Conference Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara, 533–598.

webmin. (2016, December 28). Maraknya budaya seks bebas di era globalisasi: suatu refleksi moral. Balitbangham.Go.Id. https://www.balitbangham.go.id/detailpost/maraknya-budaya-seks-bebas-di-era-globalisasi-suatu-refleksi-moral

Yulianto A. (2020). Pengujian psikometri skala guttman untuk mengukur perilaku seksual pada remaja berpacaran. Media Ilmiah Psikologi, 18(1), 38–48.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image