Kenapa Merapi Jadi Gunung Paling Mematikan?
Jalan Jalan | 2023-12-09 18:03:12PERUBAHAN magma sebelum letusan membuat sejumlah gunung berapi di Indonesia termasuk yang paling berbahaya di dunia. Demikian menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal ilmiah Nature Communications, beberapa waktu lalu.
Peneliti menggunakan analisis kimia mineral kecil pada lava dari gunung berapi di Bali dan Jawa guna mengetahui komposisi mantel Bumi di kedua wilayah tersebut. Komposisi oksigen mineral piroksen dari Bali, misalnya, sedikit berubah saat melewati kerak bumi, yang berarti mereka tetap dekat dengan keadaan aslinya sebelum letusan.
Hal ini menunjukkan bahwa sedimen minimum ditarik ke dalam mantel selama subduksi, yang terjadi ketika dua lempeng tektonik benua Bumi bertabrakan. Namun, pola yang sama sekali berbeda pada mineral dari Jawa, yang tampaknya berinteraksi “secara intensif” dengan kerak Bumi sebelum terjadi letusan.
“Ketika magma bereaksi dengan, misalnya, batu kapur yang ditemukan di Jawa Tengah, tepat di bawah gunung berapi, magma menjadi penuh dengan karbon dioksida dan air sampai titik letusan, sehingga letusan menjadi lebih eksplosif,” kata salah seorang penulis penelitian, Valentin Troll, dalam sebuah siaran persnya, yang dikutip kantor berita United Press International.
“Itulah sebabnya Merapi sangat berbahaya,” kata Troll, yang juga seorang profesor ilmu bumi di Universitas Uppsala, Swedia.
Menurut Troll, Merapi adalah salah satu gunung berapi paling mematikan di Indonesia, karena beberapa letusan telah menewaskan hampir 2.000 orang selama 100 tahun terakhir.
Troll dan koleganya berpendapat, komposisi magma sangat bervariasi dari satu gunung berapi ke gunung lainnya, dan membantu menentukan letusan seperti apa yang bakal terjadi. Kepulauan Indonesia terbentuk dari aktivitas vulkanik yang disebabkan oleh tumbukan dua lempeng tektonik benua Bumi.
Sebagai bagian dari tumbukan yang sedang berlangsung ini, lempeng Indo- Australia meluncur di bawah lempeng Eurasia dengan kecepatan kira-kira 7 cm per tahun, sebuah proses yang dikenal sebagai subduksi, yang berkontribusi pada aktivitas vulkanik.
Para peneliti berpendapat selama subduksi, ketika lempeng tektonik yang tenggelam turun ke perapian, panas dan udara yang dikandungnya, menyebabkan batuan di sekitarnya mulai mencair. Hasilnya adalah gunung berapi yang sering meletus.
Untuk penelitian ini, para peneliti berusaha untuk menentukan komposisi magma “primer” yang berasal dari mantel Bumi, di Bali dan Jawa.
Karena sampel tidak dapat diambil langsung dari mantel, para peneliti menganalisis mineral dalam lava yang baru saja dikeluarkan dari empat gunung berapi, Merapi dan Kelud di Jawa, serta Agung dan Batur di Bali.
Menggunakan berkas ion kuat dari instrumen spektrometri massa ion sekunder, mereka memeriksa kristal piroksen, salah satu mineral pertama yang mengkristal dari magma.
Hasil analisis menunjukkan bahwa komposisi oksigen mineral piroksen dari Bali sedikit terpengaruh saat melewati kerak Bumi. Namun, hal itu menunjukkan sebaliknya dalam sampel yang dikumpulkan dari gunung berapi di Jawa.
“Segala sesuatu yang memberi kita pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana gunung berapi ini bekerja akan sangat berharga, dan akan membantu kita lebih siap ketika gunung berapi meletus,” kata Frances Deegan, penulis lain penelitian, yang juga berasal dari Universitas Uppsala.***
--
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.