Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Tina Juniati Sutisna

Kenali Penyebab Diare Setelah Mengonsumsi Susu

Edukasi | Friday, 08 Dec 2023, 10:06 WIB
Sumber : istock.com

Saat ini, produk susu banyak dikonsumsi masyarakat terutama oleh anak anak dan remaja karena susu dan produk olahannya mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan. Namun tidak sedikit dari mereka yang kerap kali diare setelah mengonsumsi susu. Lalu Mengapa hal itu dapat terjadi? Mari kita bahas lebih lanjut.

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien, air dan elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan internal tubuh. Makanan yang dicerna merupakan sumber energi atau bahan bakar esensial, bahan bakar tersebut digunakan oleh sel untuk menghasilkan ATP sehingga dapat melaksanakan berbagai aktivitas yang memerlukan energi dan berguna untuk memperbaharui dan menambah jaringan tubuh.

Terdapat empat proses pencernaan dasar pada manusia, diantara adalah motilitas, sekresi, digesti, dan absorpsi. Moltilitas yaitu mencampur dan mendorong maju isi saluran cerna. Sekresi yaitu mensekresi endokrin dan eksokrin yang terdiri dari air, elektrolit dan konstituen organik spesifik yang penting daIam proses pencernaan, seperti enzim, garam empedu, atau mukus. Digesti yaitu menguraikan struktur kompleks makanan secara kimiawi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil dan dapat diserap. Proses terakhir yakni absorpsi yaitu pemindahan unit-unit kecil makanan yang telah diserap dari lumen saluran cerna ke dalam darah atau limfe.

Sumber : iStock.com (lapisan lumen usus)

Susu mengandung Karbohidrat utama yaitu Laktosa, Laktosa memerlukan hidrolisis enzimatik atau pemecahan oleh laktase menjadi glukosa dan galaktosa sebelum dapat diserap oleh saluran cerna. enzim laktase ini dihasilkan oleh enterosit yang terdapat pada usus halus. Enzim laktase yang diproduksi tersebut akan berjalan menuju brush border pada permukaan lumen (saluran) sehingga laktosa dapat diubah menjadi galaktosa dan glukosa yang selanjutnya dapat di absorpsi atau diserap.

Namun, Sekitar 70% populasi dunia menderita Intoleransi Laktosa atau tidak terserapnya laktosa yang masuk ke dalam saluran cerna dan muncul dengan gejala gastrointestinal ringan hingga sedang, termasuk sakit perut, perut kembung, dan diare. Intoleransi laktosa adalah gangguan yang terjadi pada proses digesti dan absorpsi, hal ini umum terjadi pada masyarakat dan dapat terjadi pada anak anak hingga lansia. Terdapat tiga faktor penyebab terjadinya intoleransi laktosa, diantaranya adalah faktor primer, sekunder dan kongenital.

1. Faktor Primer

Faktor primer merupakan faktor yang disebabkan oleh usia. Semakin dewasa atau bertambahnya usia, produksi enzim laktase pada enterosit usus halus perlahan menurun sehingga laktosa tidak tercerna seluruhnya, hal inilah yang menyebabkan banyaknya lansia mengalami diare setelah mengkonsumsi susu atau produk susu yang kaya akan laktosa.

2. Faktor Sekunder

Faktor sekunder terjadi ketika terdapat kerusakan pada usus halus yang menyebabkan infeksi serta inflamasi. Akibatnya, brush border atau mikrovilli pada permukaan lumen usus halus hilang dan enzim laktase tidak lagi ada. Kondisi ini menyebabkan ketidakmampuan dalam pemecahan laktosa dan mengakibatkan defisiensi enzim laktase. Namun seiring berjalannya waktu, brush border yang hilang akan perlahan tumbuh kembali apalabila infeksi atau inflamasi yang terjadi sudah diatasi.

3. Faktor Kongenital

Faktor kongenital atau kelainan bawaan adalah faktor yang paling banyak mengakibatkan intoleransi laktosa. Kelainan bawaan ini merupakan mutase resesif autosomal dimana terjadi mutase substitusi pada gen LCT yaitu mutasi C ke T sehingga terjadi perubahan ekspresi gen yang menyebabakan defisiensi enzim laktase.

Faktor - faktor diatas adalah penyebab defisiensi enzim laktase atau kurangnya enzim laktase untuk mengubah laktosa. Sehingga orang dengan defisiensi laktase apabila mengonsumsi susu atau produk susu kaya akan laktosa, laktosa tersebut tidak tercerna dan akan tetap ada di lumen karena tidak dapat dipecah menjadi glukosa dan galaktosa. Hal ini menimbulkan adanya akumulasi laktosa sehingga masuk ke usus besar.

Di dalam usus besar, laktosa bertemu dengan flora usus yang kemudian terjadi fermentasi. Bakteri yang hidup di usus besar memiliki kemampuan menguraikan laktosa sehingga mereka segera menyerang laktosa untuk digunakan sebagai sumber energi dan menghasilkan sejumlah besar gas CO2 dan metana dalam prosesnya yang akan menjadi gas atau blowing. Selain itu terdapat pula acetat, propionate, butyrate yang meningkatkan tekanan osmotik dan menarik H2O ke usus sehingga terjadi Diare. Peregangan usus juga dapat terjadi karena gas dan cairan tersebut, sehingga menimbulkan nyeri pada perut.

Pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa, gejala intoleransi laktosa meliputi sakit perut, perut kembung dan diare ringan. Dalam rangkaian kasus, 98% remaja Indonesia dengan intoleransi laktosa mengalami manifestasi klinis seperti nyeri perut (keluhan utama) (64,1%), diikuti oleh perut kembung (22,6%), mual (15,1%), mengeluarkan gas(blowing, sendawa) (5,7%) dan diare (1,9%).

Perawatan untuk seseorang dengan intoleransi laktosa atau defisiensi laktase adalah sebagai berikut:

 

  1. Membatasi asupan makanan laktosa dengan menghindari asupan produk yang mengandung laktosa untuk menghindari gejala penyakit berkepanjangan
  2. Mengonsumsi Suplemen enzim laktase, Mereka tersedia dalam bentuk tablet atau tetes enzim laktase.
  3. Faktor sekunder dapat dicegah jika penyebab sekunder yang mendasarinya didiagnosis sejak dini dan segera dilakukan pengobatan yang tepat untuk menjaga integritas mukosa usus
  4. Konsultasi dengan ahli gastroenterologi dan ahli gizi.

Kesimpulan :

Intoleransi laktosa adalah salah satu penyebab dimana seseorang mengalami diare setelah mengonsumsi susu, faktor yang menyebabkan seseorang mengalami intoleransi laktosa diantaranya faktor usia, faktor trauma atau kerusakan pada sistem pencernaan dan faktor bawaan atau kongenital. Maka dari itu, perhatikan asupan tubuh kita agar tidak terjadi gejala yang berkepanjangan.

Sumber :

 

  • Lauralee shewood, introduction to human physiology 8th ed
  • Heine RG, AlRefaee F, Bachina P, Leon JCD, Geng L, Gong S, et al. Lactose intolerance and gastrointestinal cow’s milk allergy in infants and children – common misconceptions

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image