Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image jok

Serangga sebagai Sumber Pangan dan Pakan Masa Depan

Kuliner | 2023-12-04 06:56:11
Belalang goreng, salah satu kuliner khas Gunung Kidul, Yogyakarta. Foto: Wihdan Hidayat/Republika via republika.co.id

SEIRING dengan terus meningkatnya populasi dunia, yang diperkirakan akan mencapai 9,7 miliar pada tahun 2050 mendatang, kebutuhan sumber pangan hewani dipastikan pula meningkat dengan sekitar 465 juta ton daging diperkirakan akan dikonsumsi setiap tahunnya. Implikasinya tentu akan sangat besar bagi lingkungan.

Sejauh ini, industri peternakan menyumbang sekitar 14,5 persen dari total emisi karbon per tahun. Selain itu, industri ini juga menyedot sumber daya yang tidak kecil. Contohnya, untuk menghasilkan sekitar satu kilogram daging dari seekor sapi, setidaknya dibutuhkan sekitar 15.000 liter air.

Belum lagi soal kebutuhan lahan. Untuk membangun dan mengembangkan peternakan, dibutuhkan lahan-lahan yang luas, yang boleh jadi sebagian di antaranya adalah hasil dari konversi lahan-lahan hutan. Tak heran jika peternakan juga dituding ikut bertanggung jawab bagi terjadinya deforestasi dan penggurunan.

Maka, berpaling kepada sumber pangan alternatif yang lebih berkelanjutan layak menjadi pertimbangan. Dalam konteks ini, serangga dapat menjadi opsi.

Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa [FAO], beberapa waktu lalu, sempat menurunkan laporan bertajuk Edible Insects: Future Prospects for Food and Feed Security.

Dalam laporan tersebut, FAO menyebut bahwa pemanfaatan serangga sebagai bahan pangan dan pakan dapat memainkan peran penting dalam menjawab tantangan kebutuhan pangan penduduk dunia yang terus meningkat.

Lewat laporan itu, FAO menggarisbawahi potensi manfaat lingkungan dan nutrisi dari serangga serta peran serangga dalam berkontribusi pada peningkatan pendapatan dan mata pencaharian masyarakat.

Paling beragam

Sejauh ini, lebih dari satu juta spesies serangga telah ditemukan dan dideskripsikan. Meski demikian, diperkirakan masih ada sekitar 10 juta spesies lainnya yang belum diketahui.

Para ilmuwan memperkirakan serangga merupakan 90 persen dari semua spesies hewan yang ada di planet Bumi. Serangga dapat ditemukan di hampir semua habitat, mulai dari pegunungan yang tertutup salju hingga gurun terpanas di Bumi.

Ordo serangga terbesar yang diketahui sejauh ini adalah Coleoptera [kumbang]. Berikutnya adalah Lepidoptera [kupu-kupu dan ngengat), serta Diptera [lalat sejati].

Hasil kajian yang dilakukan oleh FAO dan Universitas Wageningen, Belanda, saat ini lebih dari 1.900 spesies serangga dikonsumsi oleh manusia di seluruh dunia. Secara global, serangga yang paling banyak dikonsumsi adalah: kumbang [31 persen]; ulat [18 persen]; lebah, tawon, dan semut [14 persen]; serta belalang, dan jangkrik [13 persen].

Dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan para ahli, banyak serangga yang memiliki kandungan protein dan lemak baik serta tinggi kalsium, zat besi, dan seng.

Sebagai ilustrasi, kandungan zat besi belalang berkisar antara 8 dan 20 miligram per 100 gram berat kering. Adapun daging sapi memiliki kandungan zat besi sebesar 6 miligram per 100 gram kering.

Kita sama-sama ketahui, dalam konteks kelestarian lingkungan, aktivitas peternakan untuk memproduksi daging sangat tidak efisien dan boros sumber daya. Hal yang justru berbeda dengan peternakan serangga.

Misalnya, dalam penggunaan air. Peternakan serangga menggunakan air yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan peternakan tradisional. Perbandingan liter air yang dibutuhkan per gram protein menemukan bahwa serangga membutuhkan 56 kali lebih sedikit air daripada daging sapi, 28,5 kali lebih sedikit daripada daging babi, dan 17 kali lebih sedikit daripada daging ayam.

Begitu juga dalam penggunaan lahan. Penelitian menemukan bahwa jika konsumsi daging dikurangi setengahnya dan digantikan dengan serangga, hal tersebut dapat membebaskan sekitar 1.680 juta hektare lahan. Luas lahan tersebut setara dengan 70 kali lipat dari luas Inggris.

Oleh sebab itu, jika dapat dikembangkan dan dibudidayakan secara masif untuk menggantikan sumber pangan hewani konvensional, seperti daging sapi atau daging unggas, serangga bakal mampu menjadi sumber pangan alternatif yang lebih berkelanjutan.

Pasalnya, serangga bukan hanya nyata-nyata bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, tetapi juga bagi hewan-hewan lainnya dan juga bagi lingkungan kita. Tinggal sekarang, apakah kita mau memanfaatkannya atau tidak demi kebaikan umat manusia maupun Bumi yang kita tinggali.***

--

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image