Coaching Penting untuk Menghindari Guru Stres
Pendidikan dan Literasi | 2023-12-01 08:03:54Di tepi lapangan, terdapat sosok laki-laki yang berteriak keras memotivasi para pemain sepak bola yang sedang bertanding. Ia menggunakan kaos dengan tulisan di belakangya COACH. Dan umumnya kalangan umum akan menganggap bahwa coach adalah pelatih sepak bola. Pandangan tersebut tidaklah salah. Karena pada prinsipnya, seorang coach bertugas untuk mengoptimalkan potensi para pemainnya menjadi lebih baik lagi.
Lebih dari pada itu, Grant (1999) memfokuskan coach sebagai sebuah kolaborasi antara pelatih dengan pemain dan berfokus pada solusi serta memfasilitasi peningkatan performance pemainnya. Seiring dengan pendapat tersebut, Whitmore (2003) juga berpendapat bahwa proses pelatih dengan pemain lebih ke arah peran coach membuka potensi pemainnya untuk memaksimalkan kinerja.
Coach sendiri sejak dahulu kala difahami sebagai sebuah proses seseorang yang dianggap sebagai pelatih membawa kondisi awal seseorang menjadi kepada kondisi baru yang lebih baik dari pada kompetensi dan potensinya meningkat.
Para pembaca yang budiman, yang lebih menarik lagi adalah, tatkala kata coach diperankan oleh seorang GURU, tentu menjadi hal yang mungkin kurang familiar. Namun secara konsep, guru sangat berpotensi untuk bisa menjadi coach, dan memang idealnya seorang guru harus bisa menjadi coach. Ia berbeda perannya bila sebagai mentor, trainer, konsultan. Seorang coach memosisikan coachee sebagai mitra terbaik untuk memaksimalkan potensi pribadi dan professional yang dimiliki melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif
Sebelumnya perlu kita bedakan dari pada beberapa peran berikut:
1. Mentoring. Adalah proses dimana seorang teman, guru, pelindung atau pembimbing yang bijak dan penologn menggunakan PENGALAMANNYA untuk membantu seseorang dalam MENGATASI kesulitan dan mencegah bahaya. Pada proses mentoring ini menitik beratkan pada PROSES
2. Training. Adalah suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran seseorang.
3. Konseling adalah hubungan bantuan, antara konselor dan klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri
Pada proses Coaching perlu adanya prinsip prinsip yang perlu diikuti bila ingin berhasil yaitu kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi. Pada prinsip kemitraan diwujudkan dengan cara membangun kesetaraan dengan orang yang akan dikembangkan potensinya sehingga tidak timpang. Dan dengan begitu proses berikutnya akan lebih mudah, karena rasa percaya diri akan tumbuh bila dimulai dari kesetaraan.
Seorang coach diharapkan menghadirkan dirinya secara penuh Ketika proses coach,jadi mengerahkan segala energi dan potensinya berfokus pada coachee atau orang yang sedang di coach. Mendengarkan dengan aktif serta mengajukan pertanyaan pertanyaan yang berbobot serta mendengarkan dengan RASA atau Receive, Ask, Apreciative, dan Summarize.
Karena coach adalah sebuah skill, maka diperluka Latihan dan Latihan untuk bisa menjadi mahir. Tidak ada coach yang terlahir langsung menjadi coach memiliki kemempuan bakat lahir, namun ia lebih kearah di asah dan dipraktikkan bersama.
Para guru di Indonesia, diharapkan dapat berperan menjadi coach,khususnya bagi rekan sejawatnya. Kemudian antar guru saling meng coach sehingga berbagai solusi akan banyak di dapat. Menyambung pidato dari pada presiden JOKOWI di hari guru yang menyampaikan hasil riset bahwa profesi yang tingkat stress nya paling tinggi adalah GURU.
Maka para guru agar tidak mudah stress diperlukan kemampuan untuk menjadi coach, saling berkolaborasi dan memotivasi dalam berbagai masalah yang ada di sekolah sehingga beban stress dapat terbagi dan tidak terlalu memberatkan satu orang guru namun menjadi lebih ringan dan bahkan potensi para guru menjadi muncul tatkala berhasil dalam proses coach setiap harinya di sekolah.
Hasan Albana CGP9 SDIT Ahmad Yani Malang
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.