8 Kunci Menjemput Keluarga Samawa
Agama | 2023-11-29 11:31:05Pernikahan adalah penyatuan dua insan yang berbeda dan terikat dengan sumpah kepada Allah. Karena perbedaan tersebutlah kehidupan pernikahan sangat dinamis. Terkadang membawa tangis, terkadang berbuah manis dan tak jarang berada di titik kritis.
Itulah perjalanan pernikahan, tak melulu membawa kebahagiaan, karena memang menikah bukan mengejar kata bahagia saja. Namun menikah adalah untuk merasakan ketentraman. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."(QS. Ar-Rum 30: Ayat 21)
Tetapi bagaimana jika konflik terus menerus terjadi dan pernikahan jauh dari kata tentram?. Tentu saja ada banyak yang harus kita pelajari agar bahtera tetap berlayar hingga jannah. Tak ada satupun orang yang menikah dengan tujuan kelak berpisah, maka sudah semestinya kita mempelajari kunci-kunci agar pernikahan selalu dalam koridor sakinah mawadah warrahmah.
Kunci yang paling utama adalah, seluruh pasangan hendaknya menyadari bahwa setiap manusia memiliki potensi gharizah nau'. Yakni fitrah yang muncul untuk mempertahankan eksistensi manusia. Hal ini bisa berwujud rasa kasih sayang kepada sesama, kepada anak dan tentunya pasangan. Maka dalam tujuan menyalurkan naluri kasih sayang ini agar tidak muncul kegelisahan dalam hidup manusia, Allah mengaturnya dalam kehidupan pernikahan. Oleh karena itu, sebuah keharusan dalam pernikahan harus terjadi namanya penyaluran gharizah ini, yakni lewat hubungan biologis suami istri. Kunci pertama untuk mencapai pernikahan yang harmonis dan langgeng adalah dengan hubungan seksual yang rutin. Ini tidak boleh tidak, karena hubungan intim sendiri bisa menimbulkan rasa cinta dan kasih sayang dalam pernikahan.
Kunci yang kedua adalah masalah sosial atau interaksi. Interaksi suami istri lewat candaan yang hangat, obrolan santai seputar visi misi dalam membesarkan buah hati dan lain sebagainya sangatlah penting. Begitupun dengan interaksi ayah ibu dan anak-anak mereka. Semuanya harus intens terjalin. Biasanya, keluarga yang minum komunikasi rentan sekali terjadi konflik. Demikian halnya dengan sosial pada masyarakat sekitar, tidak boleh berkeluarga namun tidak bersosial dengan masyarakat. Yang demikian dapat menyebabkan persangkaan sehingga hubungan dalam rumah menjadi tak hangat.
Yang ketiga adalah ekonomi. Ekonomi dalam rumah tangga juga sangat krusial. Kebutuhan pokok harus terpenuhi. Tentu saja pemenuhannya juga dengan cara yang makruf. Suami sebagai pemimpin keluarga wajib mencari nafkah semaksimal mungkin dengan cara yang halal dan thayyib. Pun istri bisa saja membantu jika memungkinkan, namun perlu di ingat, apabila dengan peran istri ikut mencari nafkah mengganggu kondisi rumah, wajib bagi suami untuk menghentikan. Bagaimanapun, ekonomi yang surplus tetap akan guncang jika peran istri di rumah berkurang bahkan hilang.
Yang keempat adalah persoalan pendidikan. Pendidikan yang dimaksudkan disini bukan hanya sekolah, melainkan wajibnya pasangan untuk bersama-sama mencari ilmu dalam kehidupan pernikahan. Kedua pasangan harus menanamkan nilai-nilai islam dalam setiap tujuan pernikahan. Dengan begitu, bahtera rumah tangga akan senantiasa berporos pada nilai islam sehingga menimbulkan rasa tenang.
Kemudain kunci kelima adalah kunci religi atau islam itu sendiri. Setelah mempelajari nilai-nilai islam, maka otomatis pernikahan menemukan tujuan yang absolut. Ketika tujuan telah kuat, insya Allah badai yang menerpa bisa diatasi dan bisa diminimalkan resiko hancurnya pernikahan. Alih-alih merasa paling berjasa, dengan tujuan pernikahan yang absolut yakni mencapai ridho Allah Taa'la, setiap pasangan rela berkorban untuk mempertahakan mahligai rumah tangga.
Kunci yang keenam adalah relaksasi. Setiap pasangan memiliki andil untuk membuat anggota keluarga merasa nyaman, santai dan tidak tegang. Jangan sampai keberadaan kita menjadi momok bagi pasangan ataupun anak-anak. Karena jika demikian, maka ada poin yang hilang dari keluarga samawa.
Ketujuh, kunci afektif. Perasaan kasih sayang, suppport sistem yang baik dan rasa cinta wajib kita hadirkan di rumah. Bagi perempuan, wajib menjaga rumah agar terasa nyaman untuk istirahat dan ibadah. Sama halnya dengan suami, wajib memunuhi kebutuhan pokok rumah hingga istri bisa melakukan tugasnya tanpa beban. Pun juga harus saling memaklumi kekurangan dan saling mengisi kekosongan.
Demikianlah kunci-kunci yang bisa diupayakan agar keluarga yang sakinah mawadah dan warrohamah bisa terwujud. Tidak boleh ada satu kunci yang hilang, semuanya harus diusahakan semaksimal mungkin untuk terpenuhi.
Pun tak lupa kita untuk selalu meminta pertolongan kepada Sang Khalik agar terjaga dari gangguan-gangguan yang bisa menyebabkan rumah tangga di titik kritis. Sedikit dari penulis, semoga bermanfaat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.