Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Cindy Anggira

Gaya Hidup Hedonisme di Kalangan Remaja

Gaya Hidup | Saturday, 25 Nov 2023, 20:38 WIB

Semakin berkembangnya zaman, semakin canggih pula alat dan barang-barang yang ada di dunia. Semakin canggih teknologi, maka daya saingpun semakin meningkat. Setiap manusia berlomba-lomba menuju pada kesuksesan, keglamouran, dan kekuasaan baik itu antar individu maupun antar kelompok.

Maka atas meningkatnya daya saing, manusia tidak segan menggunakan cara apapun agar tidak tertinggal oleh perkembangan teknologi dan zaman. Lalu muncullah fenomena yang dinamakan Hedonisme. Dimana hedonisme ini sendiri adalah tentang mencapai kesenangan atau kepuasan tanpa batas dan biasanya banyak dilakukan oleh kalangan remaja.

Pengertian Hedonisme

Hedonisme adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani "Hedone" berarti kesenangan. Singkatnya, hedonisme adalah gaya hidup yang berfokus mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas. Tujuan akhir daripada hedonisme itu sendiri seperti pada pengertiannya adalah kesenangan, sehingga tidak begitu memperdulikan dampak dan efek dari perilaku tersebut.

Seseorang dengan perilaku hedonisme, terkadang juga tidak sadar bahwa ia sedang melakukan hal tersebut sehingga kesadaran untuk berubahpun menjadi minim. Hedonisme tanpa disadari dapat muncul dari sikap keserakahan atau kurangnya bersyukur terhadap diri sendiri sehingga seorang tersebut kian mengharapkan lebih dari yang sudah ia dapatkan. Namun, menurut para filsuf, hedonisme adalah representasi dari eksistensi manusia di dunia, bukan makna yang menggambarkan tingkah laku negatif. Hedonisme tidak hanya berfokus pada kesenangan dan kepuasan fisik saja, tetapi juga pemenuhan rohani dan spiritualitas. Sehingga manusia mendapatkan kesenangan fisik dan kebebasan jiwa dari kegelisahan.

Fenomena Hedonisme yang Ada di Indonesia

Perilaku hedonisme sering dilakukan oleh kalangan remaja. Masa remaja dimulai saat seseorang beranjak masuk pada usia 10 hingga 13 tahun dan akan berakhir saat usia 18 hingga 22 tahun (Saputro, K., 2018). Para remaja lebih sering membeli sesuatu sesuai dengan keinginan mereka bukan sesuai dengan hal yang mereka butuhkan yang pada akhirnya akan menimbulkan pembelian barang berlebih (Sulistyo, J. 2014).

Meninjau dari beberapa data yang diambil melalui beberapa jurnal penelitian dari sebagian kecil daerah di Indonesia. Yang pertama ada data dari responden Mahasiswi Kedokteran Universitas Indonesia Sebelas Maret Surakarta dengan total responden sebanyak 215 mahasiswi. Dari data ini menghasilkan data pada mahasiswi di Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta menunujukkan mayoritas memiliki tingkat hedonisme sedang sebanyak 189 mahasiswi (87,9%) dan sebanyak 26 mahasiswi (12,1%) memiliki tingkat hedonisme yang rendah (Albert Yohanes Axel Yoagnesto, Mohammad Fanani1, Lukman Aryoseto, 2023).

Kemudian mengambil data dari Mahasiswa Prodi Manajemen Informasi Kesehatan STIKES Santa Elisabeth Medan. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa gaya hidup hedonis mahasiswa prodi MIK STIKes Santa Elisabeth Medan memiliki gaya hidup hedonis tinggi yaitu 17 (57%) mahasiswa. Dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari, mahasiswa Prodi MIK STIKes Santa Elisabeth Medan sangat suka membeli barangbarang mewah misalnya menggunakan alat elektronik seperti Handphone bermerek yang memiliki harga tinggi, serta mahasiswa juga sangat suka memesan makanan online (Gofood) dan sangat suka sekali jajan padahal asrama telah menyediakan makanan bagi mahasiswa yang tinggal di Asrama (Urim Gabriel Dinasti Laowo, Lea Sri Ita br.PA, Grace Putri Laia, Irma Novitasari Sihotang, Ivan Dohari Nainggolan, 2023).

Ada juga subjek dalam penelitian yang merupakan 141 mahasiswa namun tidak disebutkan nama Universitasnya, yang berusia 18-21. Data diperoleh dengan menggunakan skala gaya hidup hedonis dan skala perilaku konsumtif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat adanya hubungan antara gaya hidup hedonis dengan perilaku konsumtif pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 53,2% subjek memilliki perilaku konsumtif yang sedang, 46,1% subjek berperilaku konsumtif tergolong rendah, dan sebanyak 7% subjek tergolong dalam kategori tinggi.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebagian besar perilaku konsumtif pada subjek penelitian tergolong sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa subjek memiliki kendali yang cukup baik dalam menentukan perilaku konsumsinya (Ranti Tri Anggraini, Fauzan Heru Santhoso, 2017).

Dari beberapa data hasil penelitian di atas menunjukkan tingkat jumlah hedonisme yang terjadi pada remaja beberapa daerah di Indonesia cukup bervariatif dan tergantung pada pengaruh lingkungan dan finansialnya. Data di atas juga menghasilkan faktor yang menjadi penyebab munculnya gaya hidup hedonisme pada diri seseorang. Tingginya perilaku konsumtif menjadi salah satu penyebab hedonisme yang terkadang tidak disadari oleh seseorang itu sendiri. Membeli barang-barang yang menarik perhatian, padahal sebenarnya barang tersebut tidak begitu penting atau berguna.

Juga dari data tersebut menunjukkan bahwa tidak semua remaja tentunya memiliki gaya hidup hedonis ini. Beberapa persen ada yang tingkat hedonismenya rendah, sedang, hingga tinggi. Tergantung individunya dapat mengendalikan atau mengontrol keinginan yang sifatnya tidak begitu penting untuk di sia-siakan.

Solusi Agar Terhindar dari Perilaku Hedonisme

Ada beberapa hal yang dapat menjadi solusi agar meminimalisir terjadinya perilaku hedonisme ini.

a. Mengatur pola pikir kita agar tidak mudah terjerat pada lingkungan yang serba kekinian dan harus trendi.

b. Mengontrol pola pikir agar tidak mudah terkontaminasi oleh budaya dan lingkungan yang dirasa kurang cocok untuk ditiru.

c. Mengendalikan keinginan untuk selalu sama dengan orang lain, karna sejatinya manusia itu selalu punya jalan yang berbeda-beda dengan takdir yang berbeda-beda.

d. Menghindarkan diri dari lingkungan yang tidak bermanfaat bahkan merugikan.

Tidak ada yang tahu bagaimana nasib manusia kedepannya. Mungkin saja dengan menahan diri agar tidak terlalu konsumtif saat ini dapat menjadi awal kesuksesan dan kekayaan dimasa depan. Sangat perlu bagi kita mencari lingkaran pertemanan yang memberi dampak dan suasana positif bagi kita. Hal ini menjadi peminimalisir kita agar tidak terjerat perilaku hedonisme. Teman-teman dengan perilaku baik juga dapat menebar dan menularkan hal baik itu pada diri kita. Seperti kita jadi mencontoh apa yang ia lakukannya dan bagaimana ia melakukannya. Jika kita meniru teman yang salah, lalu siapa yang akan rugi? Tentunya diri sendiri. Namun jika meniru teman yang baik, maka diri sendiri menjadi semakin baik dan orang yang menebar energi positif itu juga mendapat pahala atas kebaikannya.

Maka, hindarilah perilaku hedonisme yang memiliki banyak dampak negatifnya pada diri kita. Ketika manusia sudah memiliki lingkungan yang baik, sudah merenungkan diri untuk hal-hal yang hendak ia lakukan. Maka selanjutnya adalah tergantung keputusannya sendiri. Meski manusia tentunya tidak pernah luput dari salah, setidaknya manusia punya akal fikiran untuk dapat meminimalisir kesalahan yang dapat merugikan tersebut. Seperti halnya hedonisme yang banyak menjerat kaum muda zaman sekarang. Semoga kita senantiasaa terhindar dari hal-hal yang buruk dan selalu didekatkan pada hal-hal kebajikan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image