Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Meneladani Para Sahabat: Memelihara Kenikmatan melalui Ketaatan kepada Allah

Agama | Friday, 24 Nov 2023, 04:51 WIB
Dokumen alkautsar561.or.id

Kenikmatan, baik yang tampak (zhahir) maupun yang batin, merupakan anugerah dari Allah yang seharusnya kita syukuri. Dalam menjalani kehidupan ini, penting bagi kita untuk senantiasa mengingat dan tidak melupakan aspek-aspek kenikmatan yang Allah berikan. Oleh karena itu, kita perlu menjalankan ibadah yang diwajibkan kepada kita serta melakukan ibadah-ibadah yang sesuai dengan kemampuan kita sebagai bentuk syukur kepada Sang Pencipta.

Syukur kepada Allah tidak hanya sebatas ungkapan lisan, tetapi lebih pada tindakan nyata dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Hal ini mencerminkan ketundukan dan ketaatan kita kepada Sang Pencipta yang telah begitu murah hati memberikan berbagai macam kenikmatan. Seiring dengan itu, mari kita telaah bagaimana para sahabat Rasûlullah memelihara kenikmatan zahir dan batin melalui ketaatan kepada Allah.

Para sahabat Rasûlullah merupakan contoh teladan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka menjaga dan diberkahi oleh Allah karena mereka berpegang teguh pada sunnah Rasûlullah. Sunnah ini tidak hanya menjadi petunjuk dalam ritual ibadah, tetapi juga membimbing mereka dalam berperilaku, beretika, dan menjalani kehidupan sosial. Kesetiaan para sahabat kepada ajaran Rasûlullah menjadi penyebab mereka mendapatkan keberkahan dari Allah.

Namun, ironisnya, kondisi umat Islam pada zaman sekarang tampaknya berbeda. Banyak dari kita yang terlena dalam kenikmatan duniawi tanpa memperhatikan ketaatan kepada Allah. Para sahabat berusaha mempertahankan ketundukan mereka, sementara akhir umat ini seringkali terjerumus dalam perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat berakibat pada ditimpakannya berbagai macam bala akibat dari perbuatan yang dilakukan.

Dalam menghadapi permasalahan ini, perlu bagi umat Islam untuk merenungi kembali ajaran Islam dan mengambil pelajaran dari kesalahan yang terjadi. Menjalankan ibadah yang diwajibkan adalah langkah awal yang harus diambil untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Ibadah-ibadah tersebut, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, bukan hanya kewajiban, tetapi juga sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Selain itu, kita juga perlu melibatkan diri dalam ibadah-ibadah sunnah yang sesuai dengan kemampuan kita. Ini mencakup amalan-amalan yang tidak hanya bersifat ritual, tetapi juga mencakup sikap dan perbuatan sehari-hari. Para sahabat Rasûlullah tidak hanya beribadah di masjid, tetapi mereka juga mencerminkan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan, baik dalam berbisnis, berkeluarga, maupun berinteraksi dengan sesama.

Ketaatan kepada sunnah Rasûlullah tidak hanya membawa keberkahan spiritual, tetapi juga memberikan petunjuk dalam menjaga kenikmatan zhahir. Kedisiplinan dan kejujuran dalam berbisnis, kesetiaan dalam pernikahan, dan sikap adil dalam berinteraksi dengan sesama adalah bagian dari implementasi sunnah yang dapat menjaga kenikmatan duniawi. Keteladanan dalam hal-hal sepele sekalipun dapat memberikan dampak positif yang besar dalam memelihara nikmat Allah.

Selain itu, penting untuk diingat bahwa syukur kepada Allah bukan hanya tentang memelihara kenikmatan pribadi, tetapi juga berbagi kenikmatan dengan sesama. Melalui amal dan kebaikan kepada orang lain, kita juga dapat meningkatkan tingkat syukur kita kepada Allah. Sedekah, gotong-royong, dan kepedulian terhadap sesama adalah bentuk nyata dari syukur yang dapat membuat kenikmatan yang kita terima menjadi lebih bermakna.

Dalam menghadapi tantangan dan ujian hidup, ketaatan kepada Allah juga menjadi landasan kokoh. Para sahabat Rasûlullah, meskipun dihadapkan pada berbagai kesulitan, tidak pernah meninggalkan ketaatan mereka kepada Allah. Mereka tetap bersabar, berdoa, dan bertawakal kepada-Nya. Sikap ini menjadi pelajaran berharga bagi kita untuk tetap istiqamah dalam menjalani kehidupan, tidak hanya saat senang tetapi juga dalam menghadapi cobaan.

Akhirnya, dalam upaya menjaga kenikmatan zahir dan batin, kita perlu senantiasa merenung dan memperbaiki diri. Melalui introspeksi dan evaluasi diri, kita dapat mengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki dan memperkuat kelebihan-kelebihan yang telah ada. Proses ini memerlukan kesadaran diri yang tinggi dan keinginan untuk terus berkembang sebagai individu yang lebih baik.

Dengan memadukan ketaatan kepada Allah, menjalankan sunnah Rasûlullah, dan berusaha untuk terus memperbaiki diri, kita dapat menjaga kenikmatan zahir dan batin dengan sebaik-baiknya. Syukur kepada Allah bukanlah sekadar ungkapan kata, tetapi nyata dalam tindakan sehari-hari. Semoga kita senantiasa menjadi umat yang bersyukur dan istiqamah dalam menjalani kehidupan ini.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image