Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Wajah Tari Bregada Tan Kwee Djan dari Pekalongan

Sejarah | 2023-11-21 08:51:58

Di tengah banyaknya tradisi yang ada di Kota Pekalongan, ada salah satu tarian yang belum diketahui masyarakatnya, yaitu Tari Bregada Tan Kwee Djan. Tari ini termasuk dalam tarian baru yang diciptakan pada tahun 2022. Meskipun tari baru, namun makna dalam tarian ini mengandung nilai kearifan lokal Kota Pekalongan.

dokumentasi pribadi oleh Kharisma Shafrani

Tari Bregada Tan Kwee Djan merupakan salah satu tari yang diciptakan oleh pamong budaya Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (DINPARBUDPORA) Kota Pekalongan. Pada awalnya, tarian ini merupakan bentuk dari parade budaya pada tahun 2019 yang diselenggarakan di Kota Semarang. Namun, pandemi yang menyerang waktu itu membuat parade ini vakum hingga tahun 2022. Setelah bangkit dari pandemi, tarian yang awalnya berupa parade ini direhab ulang menjadi tari panggung yang disebut dengan “Tari Bregada Tan Kwee Djan.”

Tari Bregada Tan Kwee Djan merupakan tari kreasi yang berdurasi selama 6,5 menit. Tarian ini mengangkat salah satu kearifan lokal Kota Pekalongan, yaitu “ARJATI” singkatan dari Arab, Jawa, dan Tionghoa. Seluruh unsur yang ada dalam tarian seperti gerakan, iringan musik, kostum, hingga propertinya merupakan gabungan antara tiga etnis yang berbeda. Makna dari tarian ini menggambarkan bentuk toleransi masyarakat Kota Pekalongan yang terdiri dari beberapa etnis namun bisa hidup rukun dan damai.

Tan Kwee Djan adalah nama seorang prajurit bupati pertama di Pekalongan yang beretnis Tionghoa. Meskipun dari etnis yang berbeda, namun Bregada Tan Kwee Djan tidak menyerang masyarakat lokal, ia justru membela masyarakat untuk melawan Belanda dan mengusirnya dari wilayah Pekalongan. Karena beretnis Tionghoa, gerakan dalam tarian ini juga mengandung unsur-unsur Tionghoa. Gerakan dalam tarian ini mengandung gerakan seorang prajurit yang sedang berperang dengan properti menggunakan gendewo (seperti panah), dan jundrik (seperti keris). Selain itu, ada juga gerakan silat tanpa menggunakan properti. Gerakan ini menggambarkan seni bela diri Nusantara.

Iringan musiknya pun juga terdiri dari musik rebana dan marawis (sebagai unsur Arab), musik gamelan (sebagai unsur Jawa), serta nuansa-nuansa Cina (sebagai unsur Tionghoa). Kostum yang digunakan dalam Tari Bregada Tan Kwee Djan berwarna merah dengan kombinasi kuning. Warna merah dikenal identik dengan unsur Tionghoa. Tidak hanya itu, kostum pada tari ini juga dikombinasikan dengan tambahan kain bermotif Batik Jlamprang, sebagai ciri khas batik asli Pekalongan.

Sebagai generasi muda, paling tidak kita bisa mengenal dan menghargai terlebih dahulu kebudayaan yang ada di daerah kita. Berawal dari menghargai, kemudian pada akhirnya akan semakin penasaran, dan akan sedikit demi sedikit mencintai budaya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image