Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Riska Novianti

Strict Parents Memicu Kerusakan Mental Bagi Anak

Gaya Hidup | Sunday, 19 Nov 2023, 22:01 WIB

STRICT PARENTS MEMICU KERUSAKAN MENTAL BAGI ANAK

Sumber: Pinterest

Menjadi orang tua memang memiliki kewajiban dalam mendidik dan memberi pengasuhan yang terbaik bagi anak. Namun, sering kali orang tua menerapkan aturan atau batasan yang ketat sehingga aktivitas anak cenderung sangat diawasi. Orang tua yang terlalu menuntut anak, memiliki standar tinggi terhadap anak, dan mengasuh dengan pola asuh yang ketat disebut strict parents.

Dalam ilmu psikologi Strcict Parents disebut juga dengan pola asuh otoriter. Pola asuh otoriter dikenal berperilaku dingin, tidak suportif, dan tidak responsif terhadap anak. Dalam penerapan pola asuh otoriter kerap orang tua kurang mempunyai tanggung jawab atas apa yang telah diperintahkan oleh anak. Orang tua hanya bisa menuntut tanpa dilengkapi dengan rasa kasih sayang pada anak.

Ciri-Ciri Strict Parents

Sumber: Pinterest/Shutterstock

1. Anak tidak bebas memilih

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter biasanya memiliki aturan yang ketat, menuntut dan enggan memberikan anaknya pilihan. Mereka akan memaksa anaknya untuk melakukan apa yang telah diperintahkan. Mereka memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap anak dan tidak mencari tahu kemampuan anak terlebih dahulu. Hanya ada sedikit negosiasi yang diberikan atau bahkan tidak sama sekali. Orang tua selalu menganggap apa yang mereka perintahkan kepada anak selalu benar dan sebuah jalan yang paling baik.

2. Kurangnya komunikasi pada anak

Biasanya orang tua hanya menerapkan komunikasi satu arah, sehingga tidak ada diskusi antara anak dan orang tua dalam memberi dan mengambil keputusan. Mereka biasanya memutuskan sesuatu atau aturan secara satu pihak.

3. Kurangnya kasih sayang yang diberikan

Strict parents biasanya tidak menunjukkan kasih sayangnya. Mereka biasanya bersikap dingin, tidak suportif, kasar, dan menuntut tapi tidak responsif. Mereka juga jarang memberikan dukungan dan pujian terhadap anaknya. Biasanya mereka hanya menujukkan emosinya seperti berteriak dan membahas kesalahan-kesalahan anaknya.

4. Sering memberi hukuman kepada anak

Orang tua seringkali memberi hukuman kepada anaknya, biasanya dengan hukuman fisik. Hal ini dilakukan mereka setiap kali anak melakukan kesalahan. Biasanya mereka memberi hukuman tanpa mendengarkan penjelasan anak terlebih dahulu.

5. Sering mempermalukan anak

Anak yang berada dalam lingkup strict parents biasanya sering dipermalukan di tempat umum seperti dibanding-bandingkan dengan orang lain seolah-olah dianggap belum sempurna. Mereka kerap menceritakan kekurangan dan kelemahan anaknya didepan orang lain. Mereka beranggapan bahwa hal seperti ini bisa menjadi motivasi bagi anaknya agar menjadi lebih baik, padahal pada nyatanya anak merasa malu dan menutup diri.

Pola asuh yang diterapkan orang tua mempunyai dampak yang signifikan terhadap anaknya dan pola asuh otoriter dapat mempengaruhi kesehatan mental serta tumbuh kembang anak. Pola asuh ini juga dapat berpengaruh pada perilaku psikologi dan sosial anak. Perilaku psikologi anak yang akan mudah tersinggung, mudah stress, mudah terpengaruh, lebih agresif (mudah emosi, keras kepala) dan submisif (penakut, pemalu, sulit bergaul). Pola asuh ini juga dapat mempengaruhi kepekaan anak terhadap situasi dirinya sendiri ataupun lingkungan sekitarnya serta mempengaruhi kemampuan dirinya untuk bersosialisasi. Salah satu dampaknya anak dapat melakukan tindakan diluar batas atau kriminalitas.

Dilansir dari laman Redaksi Katolikana, menurut Jessica Surya, M.Psi., Psikolog, Senior Talent Management Analyst, penyebab orang tua strict parents cukup beragam. “Banyak penyebabnya. Dari pola asuh orang tua terdahulu, intelegensi, keyakinan orang tua terhadap suatu hal, ketakutan orang tua akan dunia luar yang keras, maupun pengetahuan orang tua yang kurang luas,” ujar Jessica Surya.

Dampak Strict Parents Bagi Mental Anak

1. Kurangnya rasa percaya diri

Memiliki orang tua dengan pola asuh otoriter dapat membuat anak terbiasa diatur. Sehingga, mereka kurang percaya dalam mengambil keputasan karena takut keputusan yang dibuat salah. Hal ini yang membuat anak tampak kurang percaya diri.

2. Membuat anak sering berbohong terhadap orang tua

Anak yang dikekang dan terlalu diatur dapat membuat mereka sering melakukan kebohongan. Anak takut akan hukuman dan berkata jujur karena sering dilarang dalam melalukan hal yang mereka inginkan.

3. Mengalami depresi atau cemas berlebihan

Seorang anak yang diasuh dengan ketat biasanya merasa tidak memiliki ruang untuk berpendapat dan mengungkapkan perasaannya. Hal ini bisa menyebabkan anak merasa depresi atau cemas berlebihan.

4. Memiliki sifat yang lebih agresif

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter biasanya beranggapan bahwa cara mengasuh dan mendidik anak dengan batasan-batasan yang diberikan bisa membentuk karakter anak menjadi disiplin dan berperilaku baik. Namun, hal ini bisa membuat sifar anak lebih agresif, karena mencontoh orang tuanya yang mendidik dengan cara mengancam, penuh emosi, dan biasanya memberi hukuman fisik.

5. Kurangnya kebahagian pada anak

Pengasuhan orang tua yang terlalu ketat dapat berdampak pada kebahagian anak. Anak akan merasa tertekan karena harus memenuhi standar atau ekspektasi orang tua yang terlalu tinggi.

Hal ini dapat dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang berbunyi “Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan hak-haknya agar tetap hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”

Dampak-dampak diatas dapat membuat anak mencari pertolongan. Anak yang sudah tumbuh dewasa biasanya mereka akan pergi mencari pertolongan kepada orang-orang terdekatnya atau pergi ke psikolog, karena merasa mentalnya sudah terganggu.

Referensi:

‘Strict Parents’ Merusak Kesehatan Mental Anak? Ini Kata Psikolog! – KATOLIKANA

Tanda-Tanda Strict Parents, Penyebab & Dampaknya bagi Anak - Informasi Seputar Pengasuhan dan Pendidikan Anak Usia Dini (altaschool.id)

UU No. 23 Tahun 2002 (bpk.go.id)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image