Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zahrotussyita

Kalung Liontin

Sastra | Saturday, 18 Nov 2023, 11:30 WIB
Sumber: https://pin.it/4KAJmeS

Kalung LiontinHari libur yang di berikan sekolah, akhirnya Kemala dan keluarganya pergi ke Desa Kakek untuk menemani kakek yang hanya hidup berdua dengan sang nenek. Kemala sedang berkeliling di rumah sang kakek, Ia tidak sengaja bertemu dengan satu kamar tidur yang selalu dikunci oleh kakek. Tapi kali ini berbeda, pintu itu terbuka. Kemala memutuskan masuk kedalam untuk mengetahui bagian dalam kamar itu.Aroma kayu usang yang bercampur dengan harum bunga mawar memenuhi kamar itu, didalamnya terdapat kasur tidur, lemari besar, mesin jahit dan meja rias yang tersusun rapi namun berdebu. Perhatian Kemala teralih saat melihat kearah meja rias yang diatasnya terdapat sebuah kotak kecil.
Ia menghampiri kotak tersebut dan membukanya. Didalam terdapat satu buah kalung liontin dengan batu Delima kecil berwarna biru yang bersinar bila terkena cahaya matahari."Cantik sekali kalung ini" Ucap kagum Kemala pada kalung liontin itu dan tanpa berpikir panjang dia memutuskan untuk memakai kalung liontin itu di lehernya.
Kemala keluar dari kamar terkunci itu, Dan memutuskan untuk berkeliling Desa sang kakek. Ia bersepeda mengelilingi Desa dan tersenyum ramah kepada orang orang yang menyapanya. Udara yang sejuk dan angin yang menghembus wajahnya. Pegunungan yang mengulang tinggi, para petani yang sedang membajak sawah dan kanak kanak yang bermain dengan riang di tanah lapang, menjadi pemandangannya saat berkeliling.
Ia tak sadar berkeliling Desa cukup lama, hingga hari sudah sore. Matahari akan terbenam, kanak kanak yang bermain sudah kembali kerumah mereka masing masing. Kondisi Desa sudah sunyi, matahari pun sudah terbenam dan malam datang.
Di perjalanannya Kemala melewati kebun teh yang luas milik salah satu warga desa, dengan penerangan yang minim hanya dari lampu sepeda. Ia melewati kebun teh itu. Suara jangkrik menemani perjalanannya saat melewati kebun teh tersebut, Sampai ada suara lirih yang memanggil namanya "Kemala"
Kemala berusaha mencari sumber suaranya, namun dia hanya sendirian disana. Kemala pun mengayuh sepedanya dengan cepat. Bukannya menghilang suara itu semakin lantang memanggil namanya. Keringat dingin yang Kemala rasakan, buku kuduknya yang berdiri. Ia berusaha sekuat tenaga mengayuh sepedanya dengan cepat.
"Kemala""Kemala, kau mau kemana Kemala?" "Temanin aku bermain" Suaranya aneh itu yang masih memanggil dirinya. Kemala berusaha untuk mengabaikan suara aneh tersebut, dan terus mengayuh sepedanya dengan cepat."Ayo main""Ayo main""Ayo bermain""AYO MAIN DENGANKU KEMALA!" Teriak suara itu tepat di samping telinga Kemala.
Akhirnya Kemala keluar dari kebun teh itu dan sampai di rumah kakeknya. Ia masuk kedalam ruang, lalu membersihkan dirinya.
Saat malam harinya, Kemala bersiap untuk tidur. Namun telinganya mendengar suara mesin jahit yang sedang di pakai. Kemala berusaha untuk mengabaikan suara tersebut walaupun penasaran.
Di dalam tidurnya dia bermimpi berada di rumah kakeknya. Namun, lantainya masih berupa semen saja yang tidak ada keramiknya. Kemala menelusuri rumah kakeknya, terdengar suara mesin jahit yang menarik perhatian Kemala. Dia mencari tau asal suara tersebut. Sampailah Kemala di depan pintu kamar yang terkunci.
Kemala perlahan membuka pintu kamar terkunci, dan terlihat seseorang perempuan berkebaya sedang menjahit di kamar itu. Kemala berjalan mendekati perempuan itu. Perempuan itu menatap kearah Kemala dan tersenyum lembut. Perempuan itu memiliki mata berwarna biru, rambutnya terikat rapi berwana coklat hazel dengan kulit putih pucatnya.
"Siapa kamu?" Tanya Kemala yang penasaran dengan perempuan berkebaya. Perempuan itu terdiam tidak menjawab pertanyaan Kemala, ia hanya menatap Kemala sembari tersenyum. Mimpi Kemala seketika menghitam dan ia terbangun dari tidurnya. Jam dinding menunjukkan pukul 2 pagi. Ia terduduk di tepi kasur.
Saat Kemala sedang memikirkan perempuan berkebaya dalam mimpinya, suara aneh yang memanggilnya kembali terdengar. Suara aneh yang terdengar lirih yang menyayat hati."Kemala, ayo main""Aku kesepian""Dia jahat""Dia pukul ibu" Suara aneh itu menghilangkan dan tidak terdengar lagi.
Sampai ada setetes air yang jatuh ke tangan Kemala. Ia mendongakkan kepala, melihat apakah yang menetes di tangannya. Dia melihat di atasnya terlihat sosok anak kecil dengan kaki kirinya yang sobek hingga tulangnya terlihat menonjol keluar dari daging tubuhnya. Air yang menetes berasal dari mata anak kecil tersebut yang salah satu bola matanya tertusuk sesuatu hingga membuat matanya berair.
"Main""Main denganku Kemala""Temanin aku" Pinta sosok anak kecil itu pada Kemala. Kemala melihat itu hanya menggelengkan kepala. "Tidak! Pergi! Jangan ganggu aku!" Tolak Kemala sambil memejamkan matanya, ia tidak mau melihat sosok anak kecil itu.
"Ayo Kemala""Main""Main"Kemala mendengar suara anak itu kembali menggelengkan kepalanya, ia membaca doa dalam hatinya berharap sosok di atasnya menghilang.
"Main, main, main""Ayo main"Suara dari anak kecil itu perlahan menghilang, Kemala perlahan membuka matanya. Ia mengira semuanya sudah baik baik saja, saat ia membuka mata sosok anak kecil itu berada tepat di depan mukanya. "AYO MAIN DENGANKU KEMALA!" Teriak sosok anak kecil itu di depan muka Kemala sembari tersenyum lebar. "Main, main, main!" Seru sosok tersebut berulang kali.Kemala melihat sosok anak kecil berada di depan muka, Pandangan Kemala menjadi kabur dan menghitam, Kemala tak sadarkan diri.
Dalam pandangan Kemala ia berada di kamar terkunci lagi dengan perempuan berkebaya itu. Perempuan berkebaya itu menghampiri Kemala, lalu dia memperkenalkan dirinya. "Saya Jayanti Lastmi" Ucap Perempuan itu."Saya akan membantu kamu" Lanjutnya.
Kemala menatap bingung kearahnya. Melihat Kemala yang kebingungan perempuan itu menjelaskan kepada Kemala. "Anak kecil itu teman kamu saat kalian kecil. Kalian berdua selalu bermain bersama di tanah lapang dengan tawa riang. Dia suka saat bermain dengan kamu. Dia ingin kamu bermain dengannya." Ucap Jayanti sembari tersenyum kearah Kemala.
"Tapi kenapa dia menggangu aku? aku salah apa dengannya? ada apa dengannya?" Tanya Kemala kepada sosok Jayanti di depannya.Jayanti tidak menjawab pertanyaan dari Kemala, dia hany memperlihatkan senyum lembutnya seperti biasa. "Kamu akan tau nanti, Jaga baik baik kalung saya" Ucap Jayanti yang perlahan menghilang melebur dengan dunia sekitarnya.
Kemala terbangun setelah tercium aroma minyak angin yang menyengat di hidungnya. Semua anggota keluarganya sudah mengelilingi dirinya dengan tatapan khawatir dan lega. "Kamu kenapa nak, kok bisa sampai pingsan?" Seru ibu yang tampak khawatir."Apa aku punya teman di desa ini?" Mendengar pertanyaan Kemala, semua orang tampak terkegut.
"Ada nak, dulu kalian berdua sering bermain saat kamu datang kerumah kakek dan nenek, dia Danu" Jawab ibu"Lalu dimana sekarang Danu? ada apa dengannya?" Tanya Kemala kembali"Kemala kenapa menanyakan tentang Danu" Ujar Sang Nenek."Nenek, Danu datang menganggu Kemala. Dia selalu meminta Kemala bermain dengannya. Ada apa dengannya?" Ucap Kemala dengan penasaran."Sudah, sudah. Maksud kamu Danu gantayangi kamu? kamu hanya halu saja. Sekarang semua orang kembali ke kamarnya masing masing! tidak ada lagi yang membicarakan Danu! terutama kamu Kemala." Jawab Sang kakek
Mendengar Jawaban sang kakek Kemala menjadi sedih dan pergi ke kamarnya.Saat membuka pintu kamar Kemala melihat sosok Danu. Kemala memberanikan diri untuk mendekati sosok Danu."Danu, ada apa denganmu?" Tanya Kemala dengan hati hati"Dia memukul ibu, ibu sakit, ibu menangis, SEMUA KARENA DIA!""KEMALA DIA HARUS MATI""MATI" Teriak Sosok Danu dan langsung memasuki tubuh Kemala
Kemala kini berada di antara kebun teh. Disana ia dapat melihat Danu yang sedang membantu ibunya memetik pucuk daun teh di kebun teh. Lalu datanglah seorang pria menghampiri mereka berdua, Kemala terkegut melihat pria itu karenadia mengenal pria tersebut. "Berikan saya uangnya! cepat!" Ucap pria tersebut."Pak berikan saya waktu, saya janji saya akan bayar secepatnya" Ujar ibu Danu sambil memohon kepada pria tersebut."Kemarin juga bilangnya seperti itu! TAPI TETAP TIDAK DI BAYAR" Teriak pria itu sembari memukul ibu Danu. "PAK JANGAN PUKUL IBU SAYA!" Teriak Danu kepada pria itu. Dengan tubuh kecilnya Danu melindungi ibunya Agara tidak di pukul pria tersebut."Anak kecil seperti kamu tidak perlu ikut campur!" Ucap Pria itu sembari menarik tubuh kecil Danu."Tidak pak! jangan sakiti Danu. Saya mohon dia tidak salah" Ucap Ibu Danu yang menangis."Tidak! Danu tidak mau ibu sakit! ibu jangan nangis" Seru Danu yang memeluk tubuh ibunya
Tanpa aba aba Pria itu menarik tangan Danu dan membawanya pergi menjauh dari ibunya. Ibu Danu memohon kepada pria itu untuk tidak menyakiti putranya, ia sampai bersujud di kaki pria itu. Tapi pria itu mendorong ibu Danu sampai kepala ibu Danu terbentur batu dan berdarah. Danu kecil melihat ibunya berarah ingin membantu ibunya, tapi apa daya tenaganya kalah kuat dengan pria itu.
Pria itu membawa Danu ke tempat sepi di kebun teh itu lalu menyiksa tubuh kecil Danu yang rapuh. Danu ingin pergi, ia ingin menyelamatkan ibunya. Tapi pria itu tidak mau melepaskan Danu, ia memberontak lalu terjatuh ke dalam jurang. Kaki kirinya patah dan matanya tertusuk dahan pohon. Danu menyesal, ia tidak bisa menyelamatkan ibunya.
Kemala yang sedari tadi menyaksikan itu semua hanya menangis tanpa bisa membantu. Ia melihat sosok Jayanti dan berteriak kepadanya "KEMALA SADAR!" Teriakan Jayanti menyadarkan Kemala. Saat tersadar ia sudah berdiri di ujung jurang. Kemala terkegut dan melangkah mundur lalu ibunya menarik Kemala dan memeluk tubuh anaknnya sembari menangis.

"Ibu, kakek" Ucap Kemala dengan menangis di pelukan ibunya

"Kenapa Kakek, nak? kamu baik baik saja kan? Tadi Danu merasuki kamu" Jawab ibu sambil mengeratkan pelukannya.

"Anak ibu tidak boleh di bawa. Danu meminta kamu untuk menemaninya selamanya" Lanjutnya.

"Ibu kakek, dia membunuh Danu dan ibunya" Ucap Kemala dengan tubuh yang bergetar ketakutan.

Kakek yang mendengar ucapan Kemala menjadi kaget. Akhirnya Kakek mengakui kesalahannya dan dia menguburkan mayat Danu yang sudah menjadi tulang belulang dengan layak.

Semuanya sudah kembali normal, Liburan Kemala juga sudah selesai. Ia dan Keluarganya berpamitan untuk kembali ke kota mereka tinggal.

.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image