Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rahmiliani Salsabila

Perkuat Mental Anak Mulai dari Keluarga

Eduaksi | Saturday, 18 Nov 2023, 01:10 WIB
https://pin.it/7dbp9vJ

Bagaimana Kesehatan mental anak Indonesia saat ini?

Menurut Indonesia Nasional Adelescent Mental Health Survey (I-NAMHS,2022), hasil survei kesehatan mental nasional pertama yang mengukur angka kejadian gangguan mental pada remaja 10-17 tahun di Indonesia, menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental sementara itu satu dari dua puluh memilki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.

Lalu seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, setiap hari pasti kita mendapatkan berita melalui media informasi cetak maupun digital tentang kriminalitas, tragedu kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, pemerkosaan dan berbagai macam bentuk kekerasan lainnya. Dari semua bentuk kejahatan tersebut bisa menjadi awal mula rusaknya Kesehatan mental. Tetapi, dari semua bentuk kejahatan itu yang berpengaruh besar untuk Kesehatan anak yaitu tentang rumah tangga orang tuanya atau keluargannya.

Mengapa? Karena keluarga merupakan lini pertama pembentukan Kesehatan mental. Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dimana seseorang bertempat tinggal, tempat dibentuknya nilai-nilai, pola pemikiran serta kebiasaan. Dan keluarga juga memilki peranan penting dalam pembentukan karakter seseorang mulai dari kanak-kanak.

Keluarga yang kurang menjalankan perannya dengan baik, akan rentan memunculkan gangguan psikologis/ gangguan mental pada anak mulai dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi, seperti: kurangnya kepercayaan terhadap diri sendiri, dropout sekolah, antisosial, problem sexualitas, dan depresi.

Macam-macam gangguan tersebut bisa muncul sekarang atau pada tahap perkembangan selanjutnya. Dan saat ini, banyak anak yang rusak mentalnya akibat ulah orang tua sendiri, memang terkadang orang tua tidak menyadari apa yang dilakukan kepada anaknya dapat merusak mentalnya, memang seolah-olah untuk mendidik anaknya menjadi pribadi yang lebih baik dari orang tuanya tetapi secara tidak langsung merusak mental anaknya sendiri. Ada beberapa perilaku orang tua yang dapat merusak mental anak yaitu:

1. Menghukum anak di depan orang lain

Sering kali orang tua marah, berteriak, bahkan menghukum anaknya di depan orang lain. Saat-saat seperti itu, terkadang orang tua tidak memahami bagaimana kondisi anak, dan tidak menyadari apa dampak perilaku mereka yang seperti itu terhadap anak.

Padahal sebenarnya, anak-anak sangat memedulikan pendapat atau tangapan dari orang-orang sekitar mereka. Dengan menghukum anak di depan umum, bisa mempermalukan anak sehingga berkurangnya rasa percaya dalam diri anak, lalu anak akan merasa rendah diri sampai mereka tumbuh dewasa.

2. Terlalu menahan diri

Banyak dari orang tua saat ini malu atau bahkan gengsi untuk menunjukan rasa sayang dan cintanya dengan memeluk atau menciumnya. Secara tidak langsung mungkin anak akan terisolasi secara emosional. Ketika orang tua tidak memahami perasaan anak dan tidak mendengarkan pendapat anak atau bahkan bersikap acuh tak acuh. Maka kemungkinan besar anak akan menerapkan perilaku tersebut kepada orang lain atau bahkan orang-orang sekitarnya. Pada akhirnya, anak akan kesulitan berinteraksi dengan orang, mempercayai orang lain, berteman, dan memulai sebuah keluarga.

3. Memberikan kompensasi berlebihan

Ketidaksukaan orang tua terhadap gaya parenting ibu dan ayah dahulu seingkali menyebabkan keengganan untuk menerapkan metode atau cara pengasuhan yang sama terhadap anak-anak mereka. Ketika membangun keluarga sendiri, tentu saja orang tua ingin yang mendapatkan yang terbaik untuk anak-anaknya melebihi orang tuanya. Salah satunya adalah dengan tidak menggunakan gaya parenting dari orang tua mereka.

Contohnya, jika gaya pengasuh orang tua dahulu tergolong otoriter, mendorong orang tua untuk memberikan kebebasan kepada anak dengan alasan tidak ingin merasakan apa yang mereka rasakan dahulu. Padahal tindakan tersebut termasuk berlebihan dan tidak baik bagi anak mereka. Pada akhirnya, anak mungkin merasa ditinggalkan dan tidak dibutuhkan lagi.

4. Bertindak secara agresif

Anak-anak akan memperhatikan bagaimana cara menghadapi masalah dan kesulitan dari orang tua mereka, misalnya ketika orang tua bersikap kasar atau secara tidak langsung memberi emosi negative pada masa anak-anak usia dini, maka mereka akan mengalami masalah manajemen marah pada diri anak sehingga lama kelamaan anak akan sulit mengontrol amarah mereka dengan baik lalu cenderung bersifat spontan.

5. Lari dalam masalah

Banyak dari kita berfikir ketika kita memilki masalah mungkin lebih baik untuk pergi dan menghindar dari masalah tersebut agar lebih mudah dan cepat selesai. Tetapi pada kenyataannya ketika kita lari dalam masalah justru membuat masalah semakin rumit atau mungkin akan muncul masalah yang lain. Misalnya ada permasalahan antara anak dan orang tua segera mungkin untuk diselesaikan masalahnya untuk memperbaiki situasi dan mengembalikan kepercayaan.

Sebaliknya, jika orang tuanya menghindar atau lari dalam masalah maka anak akan mengikuti perilaku kedua orang tuanya. Daripada hubungan menjadi renggang, alangkah baiknya untuk menyelesaikan masalah terlebih dahulu dengan baik dan menggunakan kepala dingin.

Awal mulanya dengarkan terlebih dahulu apa yang anak sampaikan seakan orang tua tersebut memberikan perhatian dan menunjukan kepada anak akan tertarik denga napa yang mereka rasakan dan melihat sudut pandang anaknya. Kemudian orang tua menjelaskan aladan mengapa ia marah dan mencoba meminta maaf jika memang bersalah.

Mungkin masih banyak lagi perilaku orang tua yang dapat merusak mental anaknya secara tidak langsung, tetapi percayalah, mungkin dari perilaku tersebut ada maksud dan tujuan orang tua agar anak mereka tidak mengalami hal buruk seperti apa yang sudah mereka alami sebelumnya hanya saja mungkin kita tidak mengerti apa maksud dari tindakan tersebut.

Maka dari itu diperlukannya rasa saling mencintai, menghargai, dan menyayangi sesama anggota keluarga dengan menjalankan sesuai peran masing-masing dengan baik. Jadi, untuk terciptanya mental anak yang kuat butuh lingkungan, keluarga, dan orang tua yang hebat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image