Pengaruh Kecerdasan Buatan Bagi Perkembangan Otak Anak
Edukasi | 2023-11-15 18:22:21Saat ini, kecerdasan buatan (AI) memainkan peran penting dalam kesehatan sosial, emosional, dan fisik seluruh manusia, terutama manusia berkembang. Perkembangan mental anak melalui AI dapat dioptimalkan dengan berbagai cara.
Otak seorang anak dipenuhi dengan rasa ingin tahu dan tekad. Meski 90% otak anak berkembang sebelum usia 5 tahun, namun saat anak menginjak usia 5 tahun, perkembangan otaknya menjadi lebih tepat. Pada usia ini, ukuran otak anak-anak sudah setara dengan orang dewasa. Namun masa paling rentan perkembangan otaknya adalah pada usia 8 tahun. Ini adalah periode ketika otak anak paling terpengaruh secara biologis oleh stres dan rangsangan eksternal.
Ketika anak-anak belajar berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka, mereka membentuk pemahaman umum dari apa yang mereka lihat. Mereka mulai mengasosiasikan seperti apa rasanya interaksi berbasis hubungan.
Di dunia digital yang serba canggih, Kecerdasan buatan (AI) hadir sebagai sebuah jawaban untuk memudahkan semua aktivitas manusia. Bahkan, manusia menjadi tergantung akan teknologi yang ada. Kemajuan teknologi inilah yang perlu dilihat, dari sisi positif dan negatifnya. Tak heran jika banyak sisi negatif yang muncul akibat ketidakmampuan kita dalam mengelola penggunaan teknologi yang ada, khususnya gadget.
Perkembangan teknologi adalah salah satu alasan utama mengapa perilaku manusia lambat laun menjadi lesu. Bagi orang dewasa yang memahami kedua sisi gadget tersebut, masih bisa saja melakukan kesalahan saat menggunakannya. Apalagi di masa kanak-kanak, dimana anak masih membutuhkan bantuan untuk menggunakannya. Salah satu manfaatnya adalah anak-anak dapat bermain dan belajar melalui media audio visual yang lebih menarik, sehingga mereka mudah memahami apa yang dipelajarinya. Namun di sisi lain juga mempengaruhi pembentukan kepribadian anak. Anak usia prasekolah masih memerlukan bimbingan dan teladan nyata dari lingkungan sekitarnya.
Kecenderungan anak menggunakan gadget mungkin berasal dari pengaruh lingkungan atau keluarga. Lingkungan tempat anak berada juga membantu anak dalam menggunakan perangkat tersebut. Kondisi keluarga yang kurang baik, seperti anggota keluarga yang sibuk, menyebabkan anak mengalihkan perhatiannya pada barang milik orang tuanya.
Misalnya, jika anak tidak mau bermain di luar bersama temannya atau orang tuanya tidak mengizinkannya karena alasan tertentu, gadget adalah alternatif yang bisa diandalkan untuk membuat anak tetap tenang atau betah.
Pengguna gadget juga berasal dari anak-anak atau anak kecil yang masih belum memahami cara menggunakan gadget dengan baik dan benar. Anak memerlukan bantuan dan pengertian dari orang tua, guru, dan lingkungan yang membekalinya tidak hanya dengan pengetahuan dalam bentuk kata-kata saja, namun juga dengan contoh-contoh praktis dalam bentuk tindakan.
Anak usia prasekolah yang masih dalam proses observasi dan peniruan dapat dibimbing ke arah yang positif, anak normal banyak menggunakan gawai. Hal ini menyebabkan perubahan pada kepribadian anak. Anak menjadi kurang perhatian atau kurang fokus ketika orang tuanya berbicara atau meminta bantuan dalam suatu hal. Selain itu, apa yang dilihat dan didengar anak di gawai langsung ditanyakan oleh orang tua. Sebenarnya anak tersebut belum pernah bersikap seperti ini sebelumnya.
Jika dicermati lebih dalam, selama kegiatan pembelajaran di kelas, anak-anak tersebut ditemukan mempunyai kepribadian yang tidak mudah diam ketika guru menjelaskan, kurang konsentrasi, dan beberapa anak juga mempunyai perilaku kekerasan terhadap teman sebayanya. Anak akan mengeluarkan energi secukupnya saja, meski hanya sedikit.
Hal ini dikarenakan anak sering menggunakan gadget sehingga kemampuan motoriknya kurang. Ia sebenarnya bisa lebih aktif bergerak, namun karena terbiasa duduk dan melihat gawai, ia cenderung lamban atau malas.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.