Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Bahren

Politik VS Bumi: Permasalahan Kampanye Politik dan Lingkungan

Eduaksi | Monday, 13 Nov 2023, 14:00 WIB

Politik identik dengan kampanye. Indonesia saat ini berada pada masa-masa kampanye dalam rangka pemilihan calon legislatif, mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi hingga pusat. Di masa ini juga akan terjadi pemilihan presiden dan wakil presiden srta Bupati/walikota dan bberapa kepala daerah lainnya. Dalam era ketidakpastian politik, mata dunia tertuju pada pertarungan sengit antara kekuasaan politik dan keberlanjutan lingkungan. Kampanye politik, meskipun menjadi pesta demokrasi, seringkali meninggalkan jejak kerusakan lingkungan yang tak terbantahkan. Artikel ini akan membahas tantangan yang dihadapi oleh kita semua, sebagai pemilih, dalam menavigasi dunia yang penuh dengan kampanye politik dan dampaknya terhadap lingkungan.

Dalam dunia politik, kampanye seringkali menjadi pusat perhatian dan puncak dari kegiatan politik seseorang agar menjadi sesuatu yang diinginkannya. Namun, seberapa sering kita melupakan biaya tersembunyi dari gebrakan politik dan dampak yang ditanggung oleh bumi (lingkungan) atas kegiata-kegiatan kampanye politik ini. Pemasangan ribuan spanduk raksasa di bando-bando jalan dan papan-papan bilboard, mncetak ratusan ribuan selebaran, serta puluhan bahkan ratusan kendaraan bermesin besar untuk mengangkut para relewan dan massa kampanye adalah harga yang harus dibayar dan ditanggungkan oleh bumi (lingkungan) demi kesuksesan kampanye selain menjadi tanggungan para calon. Pertanyaa yang agaknya perlu kita renungkan adalah apakah kita benar-benar ingin mencapai kemenangan politik dengan mengorbankan bumi sebagai rumah kita bersama?. Ribuan spanduk dan puluhan ribu leaflet serta pamflet kampanye tentunya memerlukan ratusan bahkan ribuan pohon yang mesti dikorbankan untuk menghasilkan kertas, tidak hanya itu jutaan pohon pun turut menjadi korban dari pemasangan alat peraga kampanye tersebut dengan cara dikae dibeberpa sisi pohon di pinggir-pinggir jalan. Berapa ribu kilo kita memerlukan paku untuk memasang alat peraga kampanye tersebut? Bukankah semua bahan itu dikuras dan dihasilkan oleh bumi ini. Apakah setelah terpilih ada program dari para caleg itu untuk mmelakukan konservasi terhadap lingkungan yang telah mereka cemari itu?

Salah satu dampak dari pemasangan alat peraga kampanye terhadap kerusakan pohon-pohon pelindung di sepanjang jalan kampung. Foto Koleksi Pribadi

Para politisi suka berbicara tentang perubahan, perubahan apa yang sesungguhnya mereka maksud, apakah perubahan taraf dan level hidup mereka?. Pertanyaan selanjutnya adalah sejauh mana janji-janji perubahan itu terealisasi ketika datang pada keberlanjutan lingkungan?. Bukankah dampak langsung ketika mereka kampanye dengan memanfaatkan plastik dan kertas serta puluhan ton paku telah nyata adanya dalam merusak ekosistem tumbuhan? Terlalu sering, kampanye politik memberikan harapan palsu tentang kebijakan pro-lingkungan, hanya untuk melihatnya sirna begitu kursi kekuasaan tercapai. Ini membuka pintu untuk deregulasi dan kebijakan yang merugikan bagi ekosistem kita. Namun, dalam bayang-bayang kampanye politik yang mungkin merugikan lingkungan, mungkinkah ada cahaya harapan dari para pejuang lingkungan. Apakah kita memiliki aktivis-aktivis berani dan kelompok advokasi lingkungan menjadi suara yang mengingatkan mereka para calon yang akan berkontestasi dalam pesta demokrasi ini untuk mengingat akan pentingnya melibatkan keberlanjutan dalam setiap keputusan politik. Para aktifis juga diharapkan mampu mendorong para kontestan untuk tidak hanya dipilih dan kita sebagai pemilih juga turut mengawal rencana konkret untuk melindungi dan memulihkan lingkungan.

Dalam dunia yang semakin terhubung, kampanye politik dan kerusakan lingkungan bukanlah masalah yang terisolasi. Keputusan politik di satu negara dapat memiliki dampak signifikan pada wilayah lainnya. Oleh karena itu, perlunya kerjasama internasional untuk mengatasi tantangan lingkungan global. Bagaimana kita, sebagai pemilih, dapat mendorong pemimpin kita untuk berperan aktif dalam menjaga lingkungan di tingkat global?. Untuk mengatasi dilema kampanye politik dan pengrusakan lingkungan, penting bagi kita untuk membangun kesadaran pemilih. Pemilih yang teredukasi adalah kekuatan yang dapat membentuk masa depan keberlanjutan. Inisiatif pendidikan pemilih yang menyoroti rekam jejak lingkungan calon politisi dan merinci rencana konkretnya untuk melindungi alam dapat membuka mata kita dan membantu kita membuat keputusan yang lebih berkelanjutan. Sebagai pemilih, kita memiliki tanggung jawab untuk tidak hanya memilih pemimpin politik, tetapi juga melibatkan diri dalam membentuk kebijakan yang melindungi rumah kita bersama, planet ini. Kampanye politik dan pengrusakan lingkungan dapat menjadi kisah cinta yang rumit, tetapi dengan pemilih yang sadar dan aktif, kita dapat memastikan bahwa masa depan politik tidak merugikan, melainkan mendukung keberlanjutan lingkungan. Itulah saatnya kita, sebagai garda terdepan lingkungan, mengambil alih kontrol dan membantu membangun masa depan yang lebih hijau bagi kita semua.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image