Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image zabidin gemilang

Penguatan Kader dan Keluarga dalam Pembuatan PMT Daun Kelor Pencegah Stunting

Eduaksi | 2023-11-01 08:30:39

PENDAHULUAN

Stunting atau sering disebut pendek adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan stimulasi psikososial serta paparan infeksi berulang terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia dua tahun. Menurut Pulungan dalam artikelnya dengan judul “Hulu-Hilir Penanggulangan Stunting Di Indonesia” yang dimuat di Journal Of Political Issues tahun 2019, dikatakan stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada di bawah minus dua standar deviasi (-2SD) anak seusianya. Lebih lanjut menurut WHO, bahwa akibat yang ditimbulkan dari stunting bukan hanya pada berdampak pada kondisi fisik yang berupa kekerdilan, akan tetapi stunting akan mempengaruhi perkembangan otak dan perkembangan mental anak. Kang dan Kim dalam Jurnal Health Psychology menyebutkan bahwa dampak dari stunting pada anak usia balita antara lain resiko kematian, rendahnya kecerdasan dan menurunnya produktifitas ketika dewasa.

Foto : Team Pengabmas bersama kader kesehatan & ibu-ibu balita yang mempunyai balita stunting memperlihatkan produk buatanya yaitu Nugget Ayam Daun Kelor, Moringa Egg Roll / Egg Roll Daun Kelor, Cookies Enak Daun Kelor, Yoghurt Daun Kelor

Beberapa faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Hasil analisis factor stunting se-Asia Tenggara menunjukkan semakin rendahnya berat badan lahir (BBLR), tingkat pendidikan ibu, pendapatan rumah tangga, dan kurangnya hygiene sanitasi rumah maka risiko balita menjadi stunting semakin besar. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan karena beberapa faktor baik secara langsung ataupun tidak langsung seperti status sosial ekonomi, gizi ibu ketika hamil, kesakitan pada bayi, dan tidak terpenuhinya asupan gizi pada bayi. Usia kehamilan yang terlalu muda dapat menyebabkan banyak komplikasi kehamilan termasuk risiko terjadinya berat bayi lahir rendah (BBLR). Bayi BBLR mempengaruhi risiko terjadinya stunting sekitar 20% dari angka kejadian. Data menyebutkan bahwa anak Indonesia yang berstatus menikah dengan rentang usia 15-17 tahun yang mengalami kehamilan pertama kali pada usia 15 tahun sebesar 15% dan pada usia 16 tahun sebesar 40%. Implementasi dan evaluasi yang ketat dari intervensi terintegrasi yang menangani berbagai penyebab stunting menjadi prioritas utama, meliputi peningkatan nutrisi selama kehamilan dan periode pasca-melahirkan, pencegahan dan pengendalian infeksi prenatal dan pasca-natal dan kondisi subklinis yang membatasi pertumbuhan, perawatan untuk wanita dan anak- anak dan stimulasi perkembangan anak usia dini dapat mengurangi pertumbuhan pendek dan meningkatkan pembentukan sumber daya manusia.

Salah satu kelompok yang rentan mengalami masalah kekurangan gizi adalah balita. Gizi buruk pada balita sering dikaitkan dengan kurangnya energi dan protein dalam jangka waktu yang lama. Kurangnya konsumsi protein dapat meningkatakan terjadinya stunting 1,6 kali lebih besar daripada asupan protein yang cukup. Salah satu penyebab stunting adalah rendahnya kualitas nutrisi mikro pada makanan, rendahnya asupan keragaman makanan dari sumber hewani, pemberian makanan tambahan yang rendah energi (menurut Beal, Tumilowicz, Sutrisna, Izwardy, & Neufeld, yang dimuat dalam Jurnal Maternal And Child Nutrition: A Review Of Child Stunting Determinants In Indonesia. Upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi anak dan mencegah stunting adalah dengan Pemberikan Makanan Tambahan (PMT) berupa jajanan atau snack sehat yang dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi balita karena balita cenderung menyukai makanan yang manis.

Salah satu tanaman tradisional dari alam yang dapat dimanfaatkan untuk pencegahan stunting adalah daun kelor, dan tanaman ini banyak dijumpai di sekitar rumah didesa. Upaya baru-baru ini untuk memerangi malnutrisi dengan meningkatkan kualitas makanan tambahan di negara berkembang adalah penggunaan bubuk daun kelor (Moringa Olivera) sebagai fortifikasi makanan. Selain itu, anak-anak yang mengalami malnutrisi parah terbukti mengalami kenaikan berat badan yang signifikan ketika pemberi perawatan menambahkan daun kelor ke dalam makanan mereka. Pemanfaatan tanaman kelor di Indonesia saat ini masih terbatas. Seiring dengan perkembangan informasi, maka terjadi pula perkembangan dan perubahan pola hidup masyarakat, termasuk pola hidup dalam memmilih menu makanan sehari-hari. Banyaknya ragam pilihan makanan, menjadikan daun kelor sebagai makanan warisan kadang ditinggalkan. Mengingat fungsi dan manfaat tanaman kelor yang sangat beragam, baik untuk pangan, obat-obatan, maupun lingkungan maka informasi terkait manfaat tanaman kelor perlu disosialisasikan secara luas kepada masyarakat agar dapat dibudidayakan secara luas dan dimanfaatkan secara optimal.

Di desa kita mempunyai komponen potensial yaitu kader kesehatan posyandu yang dapat dilibatkan dalam pendampingan asuhan keperawatan keluarga khususnya pada anak usia dibawah dua tahun (baduta) untuk mencegah prevalensi stunting. Kader kesehatan posyandu ini dapat dijadikan motor dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pemanfaatan kearifan lokal berupa tanaman tradisional sebagai bahan olahan makanan tambahanuntuk mencegah prevalensi stunting dikeluarga terutama pada balita/baduta dikeluarga. Dari sini kemudian peran keluarga menjadi sangat strategis untuk dapat berperan dalam pembuatan PMT dengan penambahan bahan dari kearifan local berupa kelor (Moringa Olivera) sebagai fortifikasi makanan dirumah.

Artikel ini penulis mencoba memaparkan kegiatan & hasil dari pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh Jurusan Keperawatan Program Studi Keperawatan Blora Program Diploma Tiga Poltekkes Kemenkes Semarang dengan topik Penguatan Kader Kesehatan & Keluarga Dalam Pencegahan Stunting Serta Pemanfaatan Kearifan Lokal Dari Tanaman Alam Daun Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Bahan Olahan Makanan Pencegahan Stunting Di Desa Binaan Sukorejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora Jawa Tengah pada tanggal 12 sd 13 Juni 2023.

METODE YANG DIGUNAKAN DALAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah dengan melakukan perekrutan beberapa kader kesehatan di Desa Binaan Sukorejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora, memberikan materi melalui penyegaran pada kader kesehatan,diskusi interaktif, pendampingan, simulasi, demonstrasi pemanfaatan kearifan lokal dari tanaman alam daun kelor (moringa oleifera) sebagai bahan olahan makanan pendamping pencegahan stunting., diakhir kegiatan dilaksanakan evaluasi.

Evaluasi kegiatan akan dilakukan sebelum pemberian penyegaran dengan Pre test, dan akhir kegiatan penyegaran dengan post test. Evaluasi dengan pemberian soal pilihan ganda dari materi yang sudah diberikan sebanyak 20 butir soal. Evaluasi psikomotor pembuatan olahan makanan pendamping ASI (MPASI) dengan memanfaatkan kearifan lokal dari tanaman alam daun kelor (moringa oleifera) sebagai pencegahan stunting.

PELAKSANAAN KEGIATAN, HASIL,  DAN EVALUASI YANG DIPEROLEH

Kegiatan Pendampingan Kader Kesehatan & Keluarga Dalam Pencegahan Stunting Serta Pemanfaatan Kearifan Lokal Dari Tanaman Alam Daun Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Bahan Olahan Makanan Pencegahan Stunting Di Desa Binaan Sukorejo Kec. Tunjungan Kab. Blora. Kegiatan ini melibatkan peran aktif dari kader kesehatan di Desa Sukorejo Kec. Tunjungan Kabupaten Blora. Sebelumnya dilakukan proses perekrutan kader dan refreshing / pelatihan kader dalam Pencegahan Stunting Serta Pemanfaatan Kearifan Lokal Dari Tanaman Alam Daun Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Bahan Olahan Makanan Pencegahan Stunting

Rencana kegiatan akan dilaksanakan pada pertengahan minggu pertama Juni 2023, akan tetapi karena kegiatan yang padat yang ada di desa Sukorejo dan bertepatan dengan kegiatan penilaian Desa pada tingkat Provinsi, maka pelaksanaanya diundur pada minggu ke dua yaitu tanggal 12 dan 13 Juni 2023 serta evaluasi tanggal 25 Juli 2023. Kemudian kami berkoordinasi kembali dengan kepala desa Sukorejo untuk persiapan pelaksanaan PKM.

Kegiatan ini diikuti oleh 40 orang yang terdiri dari 20 kader kesehatan dan 20 ibu-ibu yang mempunyai balita yang mempunyai penyakit stunting. Bentuk kegiatan ini adalah seminar penyampaian materi, diskusi tanya jawab, simulasi dan demonstrasi. Materi disampaikan oleh mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi Keperawatan Blora terdiri dari definisi, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, penatalaksanaan, komplikasi stunting, pengenalan dan simulasi serta praktik Pemanfaatan Kearifan Lokal Dari Tanaman Alam Daun Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Bahan Olahan Makanan Pencegahan Stunting, penguatan peran kader kesehatan dalam dalam pendampingan klien stunting dikeluarga.

Strategi pendampingan digunakan untuk mendampingi kader dalam sosialisasi dan mempraktikkan Pemanfaatan Kearifan Lokal Dari Tanaman Alam Daun Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Bahan Olahan Makanan Pencegahan Stunting yaitu Nugget Ayam Daun Kelor, Moringa Egg Roll / Egg Roll Daun Kelor, Cookies Enak Daun Kelor , Yoghurt Daun Kelor, serta bagaimana usaha dan strategi meningkatkan ketahanan dan penurunan morbiditas klien stunting di keluarga kepada masyarakat sekitar di desa Sukorejo.

Hasil evaluasi kegiatan terdiri dari evaluasi proses kegiatan, evaluasi pemateri, evaluasi pemahaman peserta, evaluasi sikap, evaluasi psikomotor, dan evaluasi pendampingan. Berdasarkan hasil analisis evaluasi proseskegiatan didapatkan sebagian besar peserta menyatakan materi refresing bagus (88,4%), ketepatan waktu cukup (68,6%), suasana bagus (80,1%), kelengkapan materi bagus (80,5%), media atau alat bantu bagus (70,2%). Evaluasi sikap berupa keaktifan kader bagus (82,1%). Evaluasi Psikomotor berupa mandiri dalam Pemanfaatan Kearifan Lokal Dari Tanaman Alam Daun Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Bahan Olahan Makanan Pencegahan Stunting, yaitu Nugget Ayam Daun Kelor (80 %), Moringa Egg Roll / Egg Roll Daun Kelor (85 %), Cookies Enak Daun Kelor (80 %), dan Yoghurt Daun Kelor (78%).

Evaluasi pendampingan kader dalam sosialisasi pencegahan stunting pada keuarga binaan dengan nilai bagus (90%). Praktik Pemanfaatan Kearifan Lokal Dari Tanaman Alam Daun Kelor (Moringa Oleifera) Sebagai Bahan Olahan Makanan Pencegahan Stunting yaitu Nugget Ayam Daun Kelor, Moringa Egg Roll / Egg Roll Daun Kelor, Cookies Enak Daun Kelor, Yoghurt Daun Kelor, pada ibu yang mempunyai balita dengan stunting dikeluarga dengan nilai bagus (80%). Rerata nilai pre-test sebesar 30,45 dan nilai post-test sebesar 75,5.

Hal yang menjadi perhatian dalam hal ini adalah ketepatan waktu. Ketepatan waktu merupakan salah satu indikator kebermanfaatan penyampaian sebuah informasi. Penyampaian informasi yang tidak sesuai waktu menyebabkan nilai yang terkandung dalam informasi tersebut akan berkurang dan tidak relevan. Pengaturan waktu yang baik berhubungan dengan kelancaran pelaksanaan kegiatan penyegaran.

Berdasarkan hasil analisis evaluasi pemateri simulator demonstrator dan pendamping didapatkan rerata nilai berdasarkan evaluasi peserta sebesar 84,85 (rentang nilai 25-100) termasuk dalam kategori baik. Narasumber/pemateri merupakan salah satu indikator keberhasilan dari suatu program penyegaran karena dapat mempengaruhi kepuasan peserta. Narasumber, simulator demonstrator dan pendamping dituntut untuk mampu menguasi materi yang akan disampaikan, mampu berkomunikasi dan mengikutsertakan peserta selama proses kegiatan penyegaran dan pendampingan.

Pemahaman kader diharapkan mampu membentuk persepsi dan kesiapan tentang penerapan pengetahuan dan sikap selama menjadi motor penggerak dalam pencegahan dan pengendalian kasus stunting dilingkungan sekitar. Kader dituntut untuk mampu melakukan peran dan tanggung jawabnya jika didukung dengan pemahaman dan kesiapan yang baik. Disamping itu sebagai upaya memaksimalkan peran kader kesehatan desa untuk mencegah dan mengendalikan permasalahan kesehatan dikeluarga serta mencegah meningkatnya kejadian stunting dengan lebih memberi peran seluas-luasnya dalam membina keluarga binaan dilingkungan sekitar.

Kader selain sebagai kader kesehatan di posyandu atau posbindu mempunyai peran penting dalam merespon permasalahan kesehatan dan dapat menjadi pilihan investasi bagi upaya kesiapsiagaan didesa yang selalu siap ketika dibutuhkan. Dalam meningkatkan kapasitas kader melalui manajemen risiko berbasis kesehatan keluarga dan komunitas, maka perlu pelibatan secara aktif para kader dalam mencegah, menanggulangi permasalahan kesehatan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa pendampingan kader dan keluarga dengan kasus stunting ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan peran aktif dalam membantu pemerintah mencegah dan mengatasi stunting dikeluarga di lingkup desa atau kelurahan.

Refresing materi tentang stunting, penguatan kader kesehatan, simulasi demonstrasi dan pendampingan praktik pendampingan kader kesehatan & keluarga dalam pencegahan stunting serta pemanfaatan kearifan lokal dari tanaman alam daun kelor (moringa oleifera) sebagai bahan olahan makanan pencegahan stunting Di Desa Binaan Sukorejo Kec. Tunjungan Kab. Blora telah membuat kader kesehatan menjadi efektif dalam pengetahuan, sikap, perilaku, dan ketrampilan dalam pendampingan pemanfaatan kearifan lokal dari tanaman alam daun kelor (moringa oleifera) sebagai bahan olahan makanan pencegahan stunting pada ibu-ibu yang mempunyai balita stunting di Desa Binaan Sukorejo Kec. Tunjungan Kab. Blora.

Perlu libatkan terus peran serta kader dalam program promosi dan prevensi kesehatan. Kita berharap mereka menjadi role model, motor dan penggerak dalam promosi kesehatan dan prevensi terhadap permasalahan kesehatan yang bisa timbul di lingkungan masyarakat sekitar.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image