![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/gi40xnftl6-689.png)
Diserang HAMAS, Mengapa Zionis Israel Kesetanan dan Membabi Buta? .
Politik | 2023-10-29 13:13:10![](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/231029131213-290.jpg)
Pembantaian Zionis Israel sejak 7 Oktober 2023 telah membunuh hampir sepuluh ribu warga Gaza yang tak berdaya dan tak bersenjata. Sampai kapan pembantaian ini berakhir dan mengapa AS seolah sangat serius mendukung Zionis dalam perang ini. AS mengirimkan tambahan bantuan militer, pejabatnya berkunjung langsung ke Israel untuk memberi dukungan, sampai mengaktifkan serta meningkatkan aktifitas militer AS di Timur Tengah untuk melindungi Israel. Ada apa gerangan sampai perang Oktober ini begitu berbeda.
Jika kita merunut ke politik Timur Tengah beberapa tahun terakhir ini, Israel dan AS terlihat lega setelah melakukan normalisasi dengan beberapa negara Arab: Bahrain, Uni Emirat Arab, Maroko dan Sudan. Potensi normalisasi dengan Arab Saudi juga semakin terbuka termasuk dengan Indonesia. Ini seolah menjadi angin segar bagi Israel bahwa musuh - musuhnya akan semakin berkurang.
Musuh level negara semakin berkurang, sisa menghadapi kelompok "radikal dan teroris". Tapi bagi Israel, mereka akan lebih mudah dibekuk dengan kecanggihan intelijen Mossad, ditambah kerjasama kontraterorisme dengan Arab.
Israel memang sejak awal berdiri tahun 1948 sampai sekarang selalu tidak aman. Sebab dikelilingi oleh negara-negara musuh, termasuk masyarakat yang antipati. Itulah sebabnya entitas zionis ini membangun negaranya dan segala bentuk kebijakan yang bertumpu pada kepentingan keamanan dan eksistensinya. Wajar jika ada rasa senang dan menang pasca normalisasi.
Namun, semua impian itu buyar saat HAMAS dan Jihad Islam melakukan serangan di pagi hari. Israel yang terlihat kuat terlihat tak berdaya diinfiltrasi oleh ratusan pasukan pejuang Gaza.
Israel tak menyangka, ditengah euforia normalisasi, HAMAS ternyata memperkuat diri dan berhasil mematangkan strategi.
Israel kaget, warganya berhamburan meninggalkan negara. Elit politik saling serang dan menyalahkan.
Serangan bersejarah Sabtu 7 Oktober, memberi pesan pada Israel bahwa perlawanan dan musuh tidak bisa betul-betul dihancurkan. Sehingga respon terhadap para musuh ini wajib perang semesta. Itulah mengapa, Netanyahu, di hari serangan menyatakan kita sedang dalam kondisi perang.
Hanya 6 hari pasca serangan Hamas, 6000 ton bom diledakkan di Gaza. Menurut al-Jazeera (2023) itu sama jumlahnya dengan bom yang diledakkan AS di Afghanistan selama setahun.
Mengapa Israel setakut itu?.
Silahkan buka peta dan lihat bahwa geografis Israeli itu sangat kecil, hanya 22.000 km persegi. Lebih luas Jawa Tengah, 37 ribuan km persegi. Jarak Gaza ke Tel Aviv saja hanya kisaran 72 km. Letak geografis yang kecil akan membuat Israel dan fasilitas strategisnya rentan serangan.
Israel tidak bisa membayangkan jika, HAMAS dan warga Gaza terus diberi kesempatan hidup. Maka bisa jadi tahun - tahun ke depan HAMAS semakin kuat, dan ajal Israel semakin dekat.
Inilah rasionalnya mengapa penjajah Zionis ini begitu geram, dan membabi buta. Dan AS hadir mendukung dgn segala logistik dan perlengkapan militer nya saat ini di wilayah Timur Tengah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.