Bersatu untuk Palestina
Info Terkini | 2023-10-27 13:31:19Palestina kian membara. Jalur Gaza luluh lantak akibat serangan udara yang dilancarkan Israel sejak 7 Oktober 2023. Agresi Israel yang dilakukan dengan dalih membela diri dari serangan Hamas tersebut berubah menjadi genosida kaum muslim Palestina. Serangan rudal secara membabi buta menyasar rakyat sipil, termasuk anak dan lansia. Bahkan sekolah dan rumah sakit pun tak lepas menjadi sasaran rudal Israel.
Per 26 Oktober 2023, agresi Israel ke Gaza telah menewaskan sekitar 6.546 warga Palestina, termasuk di dalamnya 2.704 anak-anak. Korban luka diperkirakan mencapai 17 ribu orang. Lebih dari 1 juta warga Gaza harus mengungsi akibat serangan tersebut. Situasi kian memburuk karena Israel memutus aliran listrik dan air bersih, serta memblokade bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.
Sejumlah aksi mendukung Palestina menggema di berbagai belahan dunia, tak terkecuali di negara Barat. Demonstrasi membludak di London, Paris, Dublin, Roma, Barcelona, Sydney, hingga Los Angeles dan New York. Dilansir dari Associated Press, demonstrasi tersebut dilakukan puluhan hingga ratusan orang. Umumnya mereka menyuarakan tuntutan gencatan senjata, penghentian serangan oleh Israel, hingga kemerdekaan Palestina.
Ironisnya, banyaknya tuntutan dari masyarakat dunia tidak membuat negara tergerak untuk melakukan aksi nyata. Sebagian negara hanya memberikan kecaman, tapi tak mampu menghentikan penjajahan Israel atas Palestina. Sebagian negara lainnya, terutama Amerika Serikat, justru secara terang-terangan memberikan dukungan pada Israel.
PBB selaku organisasi perdamaian dunia pun hanya diam membisu. Penguasa negeri-negeri muslim, seperti Mesir, Arab Saudi, Yordania, Sudan, dan lainnya malah melakukan pengkhianatan dengan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Mesir dan Yordania bahkan tega menutup perbatasan dengan Palestina, dengan alasan demi keamanan dalam negeri dan kepentingan nasional. Sungguh miris, umat Islam kini terpecah-belah dalam berbagai negara dan tak mau saling bantu hanya karena ikatan nasionalisme yang semu.
Padahal dahulu kaum muslimin di seluruh wilayah bersatu di bawah kepemimpinan seorang khalifah. Pada masa khalifah Umar bin Khattab, pasukan jihad kaum muslimin berhasil menaklukkan Yerusalem dan mengusir penjajah Romawi Timur. Ketika Yerusalem jatuh ke tangan tentara salib, Shalahuddin Al Ayyubi dan pasukannya berjuang hingga dapat membebaskan kembali Masjidil Aqsa.
Pada periode akhir Kekhilafan Utsmani, Sultan Abdul Hamid II pernah ditawari oleh Theodore Hertzl, pemimpoin gerakan zionis, untuk menyerahkan wilayah Palestina untuk dijadikan pemukiman Yahudi. Namun, Sultan dengan tegas menolak, “Saya tidak akan menjual apa pun bahkan satu inci pun dari wilayah Palestina karena wilayah ini bukan milik saya melainkan milik semua rakyat Utsmani. Rakyat saya memenangkan tanah ini dengan darah mereka.”
Sungguh, kita merindukan sosok penguasa muslim yang tegas, sebagaimana para khalifah terdahulu. Mereka memahami benar bahwa Masjidil Aqsha adalah kiblat pertama umat Islam yang harus dijaga dengan sepenuh jiwa dan raga. Jika sat ini Al Aqsha diserang dan dihinakan, maka tak penyelesaian lain selain mengerahkan pasukan mujahid untuk mengusir penjajah Zionis Yahudi.
Sungguh kita merindukan umat Islam yang bersatu dan bergerak bersama untuk menolong saudara seakidah. Tak ada sekat nasionalisme yang memecah belah, tak ada penguasa boneka yang tunduk pada negara adidaya. Semua ini bisa terwujud, ketika kita kembali menyatukan umat dalam naungan Khilafah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.