Bullying di Dunia Pendidikan Semakin Merebak: Kurangnya Peran Orang Tua?
Lainnnya | 2023-10-25 21:10:56Seringkali kita mendengar berita-berita bullying di Sekolah. Seakan-akan berita bullying sudah menjadi makanan keseharian kita. Seperti yang baru-baru ini terjadi pada seorang siswi SMA Negeri 1 Stabat, Langkat, Sumatera Utara. Jilbab korban berulang kali ditarik hingga pelaku bullying ada yang menyentuh area vital korban. Mengapa kasus seperti ini bisa terjadi? Sebelumnya, perlu kita ketahui terlebih dahulu apa itu bullying.
Bullying itu apa sih?
Dilansir dari Unicef, bullying dapat diidentifikasi melalui 3 unsur:
- Disengaja untuk menyakiti
- Terjadi berulang-ulang
- Terdapat perbedaan kekuasaan
Terdapat dua macam bullying, yaitu bullying verbal dan non-verbal. Bullying verbal merupakan aksi bullying berupa perkataan yang disengaja untuk menjelek-jelekkan atau menyakiti seseorang. Biasanya berupa perkataan rasis, penghinaan fisik, atau ancaman secara terus menerus dan sering terjadi di media sosial, yang dapat disebut dengan istilah cyberbullying.
Bullying non-verbal yang belakangan ini sering terjadi, merupakan aksi bullying berupa kekerasan fisik, kekerasan sexual, sengaja mengambil atau merusak barang milik orang lain, dan perbuatan lain yang bertujuanbertujuan untuk merendahkan seseorang. Bullying verbal maupun non-verbal masih sering terjadi di dunia Pendidikan.
Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
- Faktor keluarga
- Faktor lingkungan
- Faktor pengalaman
Anak-anak suka menirukan apa yang mereka lihat. Keadaan keluarga yang tidak harmonis, sering bertengkar, merupakan salah satu penyebab anak-anak menjadi pelaku bullying. Anak suka menirukan apa yang anak itu lihat. Sehingga, orang tua yang mencerminkan kekerasan, baik dalam cara mendidik maupun dalam berkehidupan keluarga, kekerasan tersebut akan dicontoh oleh anak di kemudian hari.
Lingkungan anak-anak yang buruk juga dapat mempengaruhi anak dalam menjadi pelau bullying. Jika anak-anak sering berkumpul dengan teman-teman yang biasa mem-bully, perlahan-lahan pasti anak tersebut juga terpengaruh dengan teman tersebut untuk melakukan bullying juga. Korban bullying juga berpotensi menjadi pelaku bullying waktu mendatang karena merasa orang lain harus merasakan apa yang dia rasakan.
Bullying banyak menimbulkan dampak buruk pada pelaku maupun korban. Dampak buruk bagi korban di antaranya:1. Menurunkan harga diri korban2. Menimbulkan trauma yang berkelanjutan3. Depresi bahkan hingga bunuh diri4. Kehilangan minat terhadap aktivitas tertentu5. Prestasi akademik menurun6. Sulit bersosialisasi
Sedangkan, dampak bullying bagi pelaku ialah:1. Semakin menumpulnya empati2. Mendapatkan label negative3. Meningkatnya perilaku antisosial
Apa peran penting orang tua dalam bullying?
Orang tua seharusnya menjadi orang yang selalu dekat dengan anak sehingga orang tua memiliki peran penting dalam pembentukan karakter anak. Menurut Fikriyah (2022) mengatakan bahwa 60-80% anak-anak menghabiskan waktunya bersama keluarga hingga usia 18 tahun. Mereka masih membutuhkan orang tua dan kehangatan dalam keluarga.
Orang tua adalah madrasatul ula, tempat pendidikan pertama bagi anak. Sehingga, pembentukan karakter anak dapat dimulai sejak dini. Pendekatan yang dilakukan orang tua untuk pembentukan karakter anak dapat dilakukan dengan menerapkan kebiasaan yang baik dalam beraktivitas sehari-hari dan menjadi teladan bagi anak dalam berperilaku. Melihat orang tua yang selalu bersikap baik dan berkepribadian baik saja sudah memberikan pengaruh yang besar bagi seorang anak.
Pendekatan agama juga penting dilakukan agar anak memahami pentingnya menjaga hubungan baik terhadap sesama. Dalam QS. Al-Hujurat: 11 dijelaskan larangan mencela sesama manusia, yang ayat tersebut memiliki arti:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”.
Oleh karena itu, sesibuk apa pun orang tua tetap harus meluangkan waktunya untuk keluarga terutama anak. Anak dapat diibaratkan seperti gelas yang kosong. Apabila gelas kosong tersebut diisi air racun dan diberikan kepada orang lain, maka akan memberikan dampak buruk terhadap orang tersebut apabila air racun itu diminum. Apabila gelas kosong tersebut diisi air kelapa dan diberikan kepada orang lain, maka akan memberikan dampak baik terhadap orang tersebut jika air kelapa itu diminum. Jadi, sebelum seorang anak terpengaruh oleh hal-hal negatif, orang tua harus lebih dulu memberikan pengaruh baik terhadap seorang anak.
Referensi:Ijazah, F. 2020. “Cara Membicarakan Bullying dengan Anak Anda”. Diakses 25 Oktober 2023 dari www.unicef.orgFikriyah, S., dkk. (2022). “PERAN ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DALAM MENYIKAPI BULLYING”. Jurnal Tahsinia, 11-19.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
