Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Naufal Sandiansyah

Bentuk Penghormatan Ojigi yang Kental dalam Budaya Masyarakat Jepang

Sastra | Wednesday, 25 Oct 2023, 18:31 WIB
https://images.app.goo.gl/Rcm3iJAE1sW2e3pd9

Muhammad Naufal Sandiansyah_125221089_Pengantar Umum Jepang_Fakultas Ilmu Budaya

Dalam sebuah negara di dunia, tentu memiliki berbagai ragam budaya, bahasa, adat, tradisi maupun keanekaragaman ritual yang memiliki simbol dan nilai tersendiri di dalamnya. Budaya dalam suatu negara merupakan cerminan dan simbol nyata yang melekat pada masyarakat di suatu negara dan merepresentasikan kepada kehidupan mereka sehari-hari.

Tak ayal jika setiap negara memiliki corak atau identitas budaya yang dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk rasa syukur, penghormatan, bahkan kebiasaan yang wajib dilakukan. Jika di Indonesia mencium tangan merupakan hal yang sudah semestinya dilakukan dengan orang tua atau orang lain yang lebih tinggi derajatnya dari kita, berbeda lagi dengan negara lain. Contohnya adalah penghormatan ‘Ojigi’ dalam masyarakat Jepang.

Jepang merupakan satu dari banyak negara Asia khususnya yang memiliki berbagai macam ritual hingga budaya yang sangat menarik untuk di deskripsikan dan digali lebih mendalam. Sudah banyak diketahui, bahwasanya negara Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kedisiplinan dan rasa empati yang tinggi di dunia, tidak hanya terkait hal-hal kecil namun juga mengenai etika dalam pekerjaan, bisnis ataupun kehidupan sehari-hari.

Dalam kesehariannya masyarakat Jepang tak lepas dari pengaruh ‘ojigi’. Gerakan ini merupakan tradisi agama Buddha untuk menghormati ksatria yang mana telah ada sejak masa Samurai dan terus berkembang dan berkelanjutan hingga saat ini. Budaya ‘Ojigi’ ini merupakan suatu etika yang dilakukan dengan membungkukkan badan dengan lawan bicara nya, namun ada kekhususan dalam penerapannya yang mana dilakukan dengan melihat siapa lawan bicara, bisa dengan atasan, orang asing, atau seseorang yang lebih tinggi derajatnya dari diri kita.

Walaupun demikian, gerakan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan berbeda, perbedaan ini terlihat pada sikap kedua tangan. Jika perempuan di letakkan pada diatas sedikit diatas perut dan untuk laki-laki diletakkan pada samping badan atau pinggang. Gerakan ini juga dilakukan untuk saling sapa dan ungkapan terima kasih atau untuk meminta maaf. Budaya ‘ojigi’ tak serta merta dilakukan dengan membungkukkan badan saja, tetapi di dalamnya terdapat makna pelajaran, nilai, dan tujuan yang besar dan berharga untuk kehidupan.

‘Ojigi’ sendiri dibagi dalam beberapa macam dan memiliki aturan dan jenis yang berlaku di dalamnya. Diantaranya adalah Eshaku (会釈), Keirei (敬礼), dan Saikeirei (最敬礼) Ketiga jenis ‘Ojigi’ ini memiliki aturan dan ketentuan nya masing-masing. Banyak orang yang masih belum paham mengenai caranya. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam gerakan ini yaitu,

1. Eshaku (会釈),

Membungkukkan badan yang pertama ini termasuk mudah untuk dipraktikkan dalam kesehariannya. Umumnya eshaku digunakan hanya untuk menyambut tamu, memberikan sapaan jika bertemu di pagi atau sore hari, dan dapat digunakan juga untuk berpapasan atau bertemu dengan teman. Adapun gerakan ini cukup membungkukkan badan dengan bungkukan 15° saja. Cara melakukan nya pun terbilang mudah cukup berdiri dengan tangan disamping badan atau diatas perut untuk perempuan, lalu perlahan mulai membungkukkan badan 15° dan pandangan mata kedepan mengikuti gerakan, dan tahan gerakan kurang lebih 2 detik dan kembali seperti semula.

2. Keirei (敬礼)

Jenis berikutnya adalah ‘ojigi’ keirei. Jenis ini umum dan banyak ditemui di Jepang karena memang gerakan ini sering dilakukan pada situasi-situasi formal. Misalnya pada saat berbisnis, penghormatan kepada pelanggan di restoran, atau untuk hal sejenisnya. Aturan dalam gerakan keirei ini dilakukan 30° berbeda dengan yang sebelumnya karena memang jenis ini dapat dikatakan sedikit lebih sopan diatas eshaku. Cara pelaksanaannya pun sama, berdiri sikap tegak tangan dikedua samping badan atau pinggang jika perempuan diletakkan pada atas perut, lalu perlahan membungkukkan badan dengan sudut yang telah diketahui tatapan mata mengikuti arah bungkukan badan dengan pertama menatap kedepan dan dilanjutkan tatapan sedikit kebawah.

3. Saikeirei (最敬礼)

Saikeirei merupakan bentuk ‘ojigi’ yang mana kedudukan nya paling tinggi diantara dua jenis sebelumnya. ‘Ojigi’ ini memiliki tingkat kesopanan tertinggi dan biasanya digunakan saat seseorang meminta maaf apabila memiliki kesalahan besar, digunakan juga kepada atasan, dan manajer. Uniknya, jenis ini merupakan jenis yang jarang dijumpai di masyarakat Jepang karena mereka sudah cenderung banyak menggunakan keirei dan eshaku di kehidupan sehari-hari. Jika dilihat dari tingkat kesopanan, memang jelas lebih tinggi oleh karena itu bentukan sudut juga lebih membungkuk, yang mana harus membentuk seperti sudutt 45-70° dan menahan badan dalam posisi membungkuk selama tiga hingga 4 detik. Pelaksanaan nya pun terbilang sama, ambil posisi tegak kedua tangan disamping badan, lalu bungkukan badan sampai posisi 45° tahan beberapa detik lalu kembali lagi ke posisi semula.

Tak hanya untuk beberapa macam kegiatan tadi saja, membungkukkan badan (ojigi) juga seringkali dapat ditemui dan dilakukan pada saat situasi tertentu seperti upacara pemakaman, kegiatan bela diri contohnya bela diri kendo dan olahraga bela diri karate, juga untuk upacara minum teh, dan saat kunjungan kuil Shinto.

Namun masih ada masyarakat yang belum mampu memahami tingkat kemiringan yang mana sudah ditentukan dengan kata lain masih dilakukan tidak sesuai dengan aturan yang semestinya. Walaupun terbilang gerakan yang sederhana, tidak ada salahnya apabila masyarakat umum yang ingin mempelajari gerakan ini bisa menyempurnakan sesuai dengan aturan yang semestinya agar pemahaman mengenai ‘ojigi’ lebih luas dan dapat menambah pengetahuan mengenai berbagai macam budaya Jepang, gerakan ‘ojigi’ ini khususnya. Setiap negara pasti memiliki berbagai norma dan budaya sendiri dari berbagai macam budaya yang ada, jika kita mencermati kembali Jepang cenderung memiliki budaya yang mengajarkan kepada norma-norma kesopanan, kejujuran, maupun saling menghargai dan kedisplinan yang baik. Tidak salah bila saat ini negara ini merupakan satu dari banyak negara maju yang bisa menjadi contoh untuk hal-hal mengenai nilai dan norma dari berbagai aspek. Jadi, mempelajari budaya negara lain juga secara tidak langsung akan dapat mengubah kebiasaan kita dan dapat meningkatkan rasa empati dan hormat kita kepada orang lain dengan unsur yang terkandung di dalamnya.

Daftar Pustaka

Asrini, D. P., Diner, L., & Harunja, S. (2020). Chi’e: Jurnal Pendidikan Bahasa Jepang.

Mulyadi, B. (2017). Budaya Membukukkan Badan (Ojigi) dan Fungsinya dalam Kehidupan

Masyarakat Jepang. KIRYOKU, 1(1), 18-27.

Novi Andari, S. S. BUDAYA INDONESIA DAN JEPANG (TINJAUAN TRADISI

PENAMAAN DAN GERAK ISYARAT TUBUH).

Pratamawati, R. A., & Syamsudin, B. (2011). KAJIAN AISATSU HYOOGEN DALAM

BAHASA JEPANG BERKAITAN DENGAN DUNIA PELAYANAN JASA.

Jurnal Bahasa Asing, 7(7), 79.

Roza, I. (2012). “Ojigi” sebagai Alat Komunikasi. Komposisi: Jurnal Pendidikan Bahasa,

Sastra, dan Seni , 13 (1).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image