Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ikwan Efendi

Eksistensi Pesantren Jayakan Negeri di Tengah Tantangan Baru Menyambut Hari Santri Nasional

Pendidikan dan Literasi | Sunday, 22 Oct 2023, 23:34 WIB


Perjalanan panjang Pesantren tidak dapat dielakkan lagi, di Pesantren para Santri mengasah ilmu, membina akhlakul karimah, dan menalar keterampilan mereka. Banyak sekali Santri yang sudah berhasil dan mendedikasikan segala keberhasilnnya untuk Bangsa Indonesia. Mungkinkah masih dipungkiri keberadaan dan peran Pesantren yang saat ini terus menunjukkan eksistensinya sebagai satu-satunya lembaga yang peduli akan KeInodesian, Kebangsaan, Kebhinekaan serta Kemanusiaan.

Ikwan Efendi, S.Pd.I, M.Pd, Alumni Pascasarjana Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo dan Kandidat Doktor Pendidikan Islam Multikultural UNISMA

Terusirnya penjajah dari Negara kita, tidak lepas dari perjuangan para sesepuh Pesantren KH. Hasyim As’ari, dengan Resolusi Jihadnya ia menyerukan setiap muslim Indonesia wajib membela Tanah Air dan mempertahankan NKRI. Resolusi Jihad mengajarkan arti sebuah Nasionalisme yang harus melekat pada setiap individu sebagai Santri yang terus berjihad menegakkan agama Allah SWT.

Pada peringatan Hari Santri Nasional tahun 2023 ini, Kementerian Agama RI, Yaqut Kholil telah merilis tema untuk memeriahkan Hari Santri nasional (HSN), dengan tema “Jihad Santri Jayakan Negeri”. Secara historis bermaksud mengingat bahwa para santri memiliki andil besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Semangat Ulama-Santri patut kita jadikan teladan yang terus melekat pada diri santri. Jangan pernah kita lupakan dari sejarah panjang dalam mengukir Indonesia yang mempunyai keberagaman Budaya, Agama, Suku serta Etnis yang selalu melekat pada nilai-nilai kepancasilaan. Apalagi sampai mengkhianati arti sebuah perjuangan, kegigihan, dan keikhlasan Ulama-Santri sebagai Gerakan-Religius demi membela tanah Air dan keutuhan NKRI.

Perjuangan dan Tantangan Baru Pesantren

Sejarah panjang yang telah diukir oleh pendiri bangsa Soekarno, Muhammad Hatta, KH. Wahid Hasyim, KH. Hasyim Asyari, Sutomo dan yang Lainnya. Masih ingatkah dengan perkataan Bung Karno “Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah (Jas Merah)”. Diikuti dengan pernyataan para santri “Jangan Sekali-kali Melupakan Jas Ulama (Jas Hijau)”. Jika kita melihat proses panjang bangsa Eropa membangkitkan kembali ilmu pengetahuan dan kiblat peradaban dunia ditandai dengan Aufklarung dan Reinansance, mereka telah serius mempelajari literatur-literatur hal ini telah ditulis oleh filsuf muslim.

Selajutnya mereka melakukan dialog dengan beberapa pemikir untuk dianalisis mengenai pemikiran yang ada dalam lietaratur-literatur tersebut, dan mereka menuliskannya untuk dijadikan pegangan dalam membentuk sebuah peradaban baru di dunia Barat Modern. (Wahyu Iryana:2022)

Para pejuang yakni Ulama-Santri telah memberikan semangat perjuangan dan banyak melakukan perubahan untuk Bangsa Ini. Para Santri seharusnya juga tidak menutup mata dengan apa yang telah dilakukan oleh para pejuang pesantren sebagaimana yang dilakukan KH. Hasyim Asyari dalam memperebutkan Tanah Peritiwi demi menjaga Tanah Air dan keutuhan NKRI.

Sejauh ini, para santri seharusnya sudah mampu mengambil keteladan dari mereka, para Pejuang Kemerdekaan Indonesia dengan cara menjaga kelestarian para pemikir muslin yang telah banyak memberikan karya untuk dijadikan pegangan menuju peradaban baru. Sebagaimana tantangan baru yang dirasakan berbagai Pesantren, mereka telah berbenah dalam menyiapkan jaring-jaring santri yang memiliki intelektual dengan tiga siklus membaca, menulis dan berdiskusi.

Seluruh rangkaian kegiatan Pesantren dalam menjawab tantang baru di Era Transformasi Digital, Globalisasi dan Disrupsi yang menjadi banyak perbincangan di kalangan Mahasiswa, Dosen, Guru ataupun Jajaran Institusi yang mengelola pendidikan di Indonesia. Sementara Pesantren telah lama melaksanakan tiga rangkaian siklus tersebut untuk menjawab tantangan baru yang diakibatkan perkembangan zaman saat ini.

Pesantren Masa Kini dan Masa Depan Santri

Pesantren tidak lagi hanya mengkaji kitab-kuning, menyodorkan Nadhom untuk dihafal para Santri, tidak hanya disuruh menghafal Tasyrif Amsilati di depan kamar, tetapi saat ini Pesantren sudah melakukan banyak hal untuk perubahan peradaban baru. Pesantren melakukan kegiatan membaca, menulis, dan diskusi untuk para santri serta menfasilitasi kebutuhan belajar mereka dengan literatur-literatur para pemikir islam melalui dunia digital. Selain itu, sangat susah ditemukan bahkan hampir tidak ada Pesantren saat ini yang tidak memanfaatkan dunia Internet dan Aplikasi Mobile yang berisi kitab-kitab klasik, sebagai media Pesantren dalam memudahkan Santri belajar.

Program Santri membaca menjadi tuntutan awal bagi seluruh Santri untuk terus menggemari karya-karya kitab pemikir muslim, Santri menulis juga menjadi bagian dari rentetan kegiatan para santri di Pesantren. Melalui diskusi mereka akan belajar menganalisa serta menuliskan kembali hasil dari diskusinya. Ketiga siklus itulah yang akan membawa para Santri membuat peradaban baru untuk Bangsa Indonesia.

Kita sadar bahwa sekalipun keberadaan Pesantren tidak diakusi secara legitimasi khusus dari Pemerintah, tetapi Pesantren sejak dulu sampai detik ini, terus melakukan dedikasi yang tinggi dan perubahan proses belajar santri sesuai kebutuhan zaman. Inilah pembuktian Pesantren dalam mengawal Santri menuju perubahan di masa yang akan datang.

Maka dari itulah, sejarah panjang kita patut jadikan sebuah renungan sekaligus untuk membangun spirit baru untuk para santri senantiasa terus meneladani para Pejuang Muslim melalui mengisi hari-hari mereka dengan membaca, menulis dan berdikusi. Sementara Pesantren terus istiqomah melakukan perubahan-perubahan untuk Bangsa Indonesia demi Tanah Air tercinta dan keutuhan NKRI pada Semangat Hari Santri Nasional “Jihad Santri Jayakan Negeri”.

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image