Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Joko Susanto

Cerita Singkat di Pesawat Saat Berangkat (Serial Haji)

Agama | Saturday, 21 Oct 2023, 14:00 WIB

Buya Hamka pada 1968 pergi haji bersama istri dan putranya menggunakan kapal. Mereka naik kapal Mae Abeto dari Tanjung Priok Jakarta pada 17 Februari 1968 dan merapat di dermaga pelabuhan Jeddah pada hari ke-13. (Dikutip dari buku 'Ayah' karya Irfan Hamka, 2013)

Perjalanan spiritual ibadah haji selalu membuahkan memori. Begitu pula dengan kami. Selasa, 30 Mei 2023 pukul 12.04 WIB, kami kloter 16 Surabaya sudah berada di dalam bis Pratama Putra, armada sewaan panitia Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES) untuk diantar ke Juanda. Tempat keberangkatan di depan aula Bir Ali AHES dengan penjagaan ketat para petugas karena jamaah sudah boarding. Saat mulai berjalan, kru bis mengumumkan bahwa pintu bis disegel, keluarnya hanya boleh nanti ketika di bandara.

Iring-iringan bis mengular menuju Bandara Juanda. Bis benar-benar masuk bandara dengan jarak yang dekat dengan landasan pesawat. Namun untuk masuk ke dalam pesawat, kami menggunakan garbarata. Proses pemindahan koper pun berjalan ekspres.

Persiapan naik pesawat Saudia di bandara Juanda 30 Mei 2023 (dok. Joko Susanto)

Pukul 14.26 WIB kami semua sudah duduk di dalam pesawat. Pesawat kami Saudia Airline nomor penerbangan SV 5127,aliansi SkyTeam Air Atlanta Boeing 747-400 dengan empat mesin. Saya dan istri kebagian kursi di zona atas atau lantai atas bagian depan dengan susunan kursi kiri 3-kanan 3.

Petugas menghimbau para penumpang agar menyimpan tas tentengan (bagi yang tidak ditaruh bagasi) di kabin atas, sedangkan tas paspor ditaruh di bawah kursi depan penumpang atau arah ujung kaki kita.

Pengetahuan dalam perjalanan di pesawat yang kami terima saat manasik haji sangat bermanfaat. Misalnya, petunjuk tanda di pintu toilet bila hendak buang air kecil/besar, penggunaan tisu yang tersedia serta arti tombol-tombol yang ada.

Jadwal take off pukul 15.10 WIB dari Juanda menuju Madinah. Beberapa saat setelah terbang, beberapa calon jamaah haji (CJH) antri ke toilet karena menahan diri sejak di AHES.

Dalam penerbangan sore itu, dari jendela kami melihat gumpalan- gumpalan awan kapas putih di bawah pesawat. Sekitar satu jam setelah terbang, pramugari berkeliling membagikan makanan dan minuman. Kami ditawari mau pilih lauk apa. Ada ayam atau daging. Tidak ketinggalan kerupuk, puding, dan buah. Minuman juga ada pilihan. Saya pun langsung menikmatinya, mumpung masih hangat. Porsinya pas bagi saya.

Terdapat Ibadah wajib yang dikerjakan selama penerbangan diantaranya yaitu salat wajib. Ketika waktu salat Maghrib tiba, kami segera menunaikannya. Selepas itu, waktu digunakan untuk istirahat. Sudah banyak rekan kami yang terlelap di balik selimut dan AC yang sejuk.

Dalam perjalanan berangkat, awak pesawat mengingatkan satu kali bahwa cuaca kurang baik. Mungkin di sekitar langit India. Kami dihimbau menggunakan sabuk pengaman. Bagi yang masih ke toilet segera kembali ke tempat duduk. Beberapa menit kemudian, kru mengumumkan bahwa sabuk pengaman sudah boleh dilepas, gangguan cuaca sudah aman. Alhamdulillah, ucap kami bersyukur.

Satu jam sebelum mendarat, kami mendapatkan konsumsi lagi. Menunya berbeda lagi dengan sebelumnya. "Kok makan lagi, makan lagi," celoteh seorang kawan saya.

Pukul 21.30 WAS (Waktu Arab Saudi) selisih waktu 4 jam lebih lambat dibanding WIB, kloter kami landing dengan selamat di

Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah. Sesuai jadwal awal, waktu tempuh perjalanan Surabaya-Madinah sekitar 10 jam. Hampir sama dengan perjalanan bis via tol trans Jawa dari Surabaya ke Jakarta. Tidak selama 13 hari seperti perjalanan haji Buya Hamka pada 1968.

Setelah keluar dari pesawat, kami antri di bagian imigrasi bandara (ada pemotretan) lalu naik bis Makkiyoon menuju hotel. Di dalam bis kami mendapat rejeki satu tas kecil 'welcome snack and drink' dari kementerian haji KSA (Kingdom of Saudi Arabia) ada roti dan air zam-zam. Petugas di bis, meminta kami mengumpulkan paspor.

Meskipun sudah malam, gedung-gedung dan bangunan lain tampak menawan di kiri kanan jalanan kota Nabi.

Akhirnya kami pun tiba di Mirage Taiba Hotel, dekat pemakaman Baqi' Madinah. Ratusan meter dari masjid. Menara-menara masjid tampak indah bercahaya. Setelah antri ambil koper dan kunci, kami masuk ke kamar kelompok masing-masing, umumnya berisi empat sampai enam orang. Kami rehat sejenak dan bersiap sebelum ke Masjid Nabawi pada kesempatan pertama.

(Sda 21/10/2023)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image