Koneksi Antar Materi Budaya Positif
Edukasi | 2023-10-19 22:10:32Pendidikan berpihak pada murid dapat dimulai dengan memahami filosofi pemikiran KHD (Ki Hadjar Dewantara). Pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan RI, sejatinya KHD sudah memberikan pemikirannya bagaimana membangun Pendidikan Indonesia. Pada umumnya kita sering mendengar ungkapan dari KHD yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Namun ada beberapa filosofi pemikiran KHD yang jarang dipelajari antara lain : KHD membedakan anatar pengajaran dan Pendidikan, Pendidikan yang “menuntun”, kodrat alam dan kodrat zaman dan budi pekerti.
Pemikiran KHD tersebut diharapkan akan mengubah cara pandang kita dalam proses belajar mengajar. Sehingga pada tahap selanjutnya, kita diharapkan memiliki nilai dan peran sebagai guru yang mampu menumbuh-kembangkan Profil Pelajar Pancasila. Guna memiliki nilai dan peran tersebut membutuhkan beberapa hal antara lain : daya memilih (choice theory), menumbuhjan motivasi intrinsik, memahami otak triune, kebutuhan dasar manusia dan perkembangan psikososial. Ketika hal tersebut dijalankan, maka nilai-nilai guru penggerak akan dapat menguatkan peran guru penggerak dalam membawa perubahan pada ekosistem sekolah.
Ketika diri seorang guru penggerak sudah memiliki nilai dan perannya, Langkah selanjutnya adalah bagaimana guru penggerak mampu mengimplementasikan sesuatu yang lebih baik yaitu berupa visi. Visi merupakan mimpi atau imajinasi yang akan digapai dan diraih. Merumuskan visi yang menggerakkan hati akan menumbuhkembangkan profil pelajar Pancasila. Selain itu, pencapaian sebuah visi lebih tepat melalui prakarsa perubahan yang positif dan apresiatif.
Budaya positif mengajarkan kita bagaiman cara menangani anak yang memiliki perilaku dan pemahaman yang berbeda-beda. Disiplin positif adalah bagaimana seorang murid menginginkan dirinya jadi apa dan menghargai dirinya sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Teori kontrol menjelaskan bahwa setiap perbuatan memiliki suatu tujuan. Teori motivasi mengatakan bahwa tindakan manusia dipengaruhi oleh dorongan dari dalam diri dan luar seseorang. Hukuman yaitu tindakan penegakan terhadap peraturan, sedangkan penghargaan adalah sebuah apresiasi terhadapt kepatuhan dalam menjalankan peraturan. Posisi kontrol guru terdiri dari penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau dan manajer. Kebutuhan dasar manusia antara lain : kebutuhan untuk bertahan hidup, kasih sayang dan rasa diterima, kebebasan, kesenangan, dan penguasaan. Keyakinan kelas adalah terbentuknya kesadaran siswa akan hal-hal positif di dalam kelas, sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara guru dan siswa. Segitiga restitusi adalah upaya meyakinkan siswa untuk berbuat lebih baik lagi dan menumbuh sadaran untuk tidak mengulangi perbuatan yang tidak baik tersebut. Hal yang menarik terhadap materi ini adalah bagaimana mengajarkan kedisiplinan kepada anak melalui budaya positif jauh dari sebuah hukuman.
Perubahan cara berpikirr saya adalah bagaimana seorang anak itu melanggar sebuah keyakinan kelas pastilah memiliki sebauh alasan. Kita harus mendengarkan apa yang disampaikan siswa. Kemudian kita ajak siswa tersebut untuk berdiskusi terhadapa keyakinan kelas yang telah kita sepakati.
Pengalaman yang saya alami adalah bagaimana meyakinkan bahwa melakukan kesalahan adalah sesuatu yang wajar. Dengan demikian, kita bisa membesarkan hati siswa dan mengajaknya untuk tidak mengulanginya dan berbuat lebih baik lagi.
Ketika pada posisi itu, saya merasa senang bisa memotivasi anak untuk mempebaiki diri terhadap apa yang telah dilanggarnya. Menjadikan murid termotivasi dan menginspirasi merupakan kebhagiaan seorang guru.
Terkait budaya positif, menurut saya semua adalah hal baik. Tinggal kita saya yang menerapkannya di kelas atau sekolah masing-masing. Maka perlu sebuah kolaborasi yang untuh antar warga sekolah.
Berdasarkan 5 posisi kontrol guru, saya sering menerapkan posisi kontrol pembuat rasa bersalah. Peraaan saya saat itu adalah lebih tenang karena saya tidak menghukum murid saya. Setelah mempelajari 5 posisi kontrol, saya berusaya kengkombinasikan posisi kontrol tersebut. Perasaan saya lebih tenang lagi karena banyak pilihan. Perbedaanya adalah semakian variatif posisi kontrol kita terhdapat apa yang kita hadapi.
Saya belum pernah menerapkan segitiga restitusi pada murid saya sebelum belajar modul budaya positif.
Hal yang perlu dipelajari adalah bagaiman kondisi keluarga siswa (keutuhan keluarga, ekonomi, tingkat pendidikan orang tua dll) dan sosial budaya yang diikutinya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.