Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ulva Khairunisa

Melangkah di Tengah Labirin: Mengurai Tantangan Kesehatan Mental Remaja

Edukasi | Thursday, 19 Oct 2023, 02:25 WIB
Sumber: Freepik/Ilustrasi depresi

Kesehatan mental remaja adalah isu yang semakin mendesak, namun seringkali diabaikan dalam masyarakat. Saat berbicara tentang remaja, kita sering kali membayangkan masa muda yang ceria, penuh energi, dan bebas dari segala permasalahan. Namun, pada kenyataannya banyak remaja hari ini menghadapi tantangan kesehatan mental yang serius. Di era modern, di mana segala hal terasa semakin cepat berubah dan kompleks, remaja di bangku perkuliahan juga harus menghadapi tantangan kesehatan mental yang serius. Berikut beberapa permasalahan mental yang kerap kali terjadi pada mahasiswa.

1. Tekanan Akademik

Salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh mahasiswa adalah tekanan akademik yang tinggi. Mahasiswa seringkali merasa harus menunjukkan prestasinya yang tinggi karena terdapat ekspektasi yang tinggi pula, baik dari diri mereka sendiri atau orang lain. Ujian, tugas, dan persaingan yang ketat dalam dunia pendidikan dapat menjadi beban yang sangat berat bagi mereka. Mereka merasa harus mencapai nilai tinggi, mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia kerja, dan di saat yang bersamaan juga harus menjaga keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak mahasiswa sering merasa terjebak dalam budaya prestasi di perguruan tinggi, dengan harapan untuk mencapai nilai tinggi dan menciptakan masa depan yang cerah.

Salah satu solusi untuk mengatasi tekanan akademik ini adalah mengubah pendekatan terhadap pendidikan. Universitas, dosen, dan orang-orang terdekat perlu memberikan perhatian pada pemahaman yang lebih dalam daripada sekadar mencapai nilai tinggi. Selain itu, juga penting untuk memahami bahwa setiap remaja memiliki potensinya masing-masing dan tidak semua dari mereka harus mengikuti jalur yang sama.

2. Kecemasan Sosial

Kecemasan sosial adalah masalah kesehatan mental yang sering kali dihadapi oleh mahasiswa. Di perguruan tinggi, banyak remaja menghadapi tantangan dalam berinteraksi dengan teman sebaya, mengikuti aktivitas sosial, atau berbicara di depan umum. Perasaan tidak aman, takut akan pengucilan, beban sosial, ketidakpastian masa depan, dan tekanan untuk memenuhi ekspektasi sosial seringkali menjadi penyebabnya. Dalam era media sosial yang terhubung secara konstan, tekanan ini dapat menjadi lebih intens. Remaja sering kali merasa harus menampilkan citra yang sempurna di media sosial mereka dan dapat memicu kecemasan.

Penting untuk memberikan pengertian mengenai pengaruh media sosial dan memberikan dukungan dalam mengatasi kecemasan sosial. Perlu ada ruang aman di mana mereka dapat berbicara tentang perasaan mereka tanpa takut dihakimi.

3. Depresi dan Gangguan Kecemasan yang Mengkhawatirkan

Depresi dan gangguan kecemasan adalah masalah kesehatan mental yang serius di kalangan remaja. Beberapa remaja menghadapinya tanpa menyadari bahwa mereka sedang mengalami masalah mental. Perasaan terisolasi, kehilangan minat pada hal-hal yang dulu mereka nikmati, perubahan dalam tidur dan makan, serta pikiran yang gelap adalah tanda-tanda depresi yang harus diperhatikan. Beban akademik yang tinggi, tekanan sosial, dan isolasi yang berpotensi terjadi di lingkungan perkuliahan dapat memperburuk kondisi depresi. Nantinya, depresi juga dapat menyebabkan terjadi gangguan kecemasan. Beban akademik dan ekspektasi yang tinggi dapat memperburuk kecemasan, mengganggu kinerja akademik dan kesejahteraan umum.

Mengatasi depresi dan gangguan kecemasan memerlukan perhatian yang cermat dan dukungan yang kuat. Mahasiswa perlu tahu bahwa mereka tidak sendirian dan terdapat bantuan yang tersedia, termasuk dukungan dari keluarga, konseling, atau bahkan terapi.

4. Teknologi dan Kesehatan Mental

Dalam era digital yang terus berkembang, pengaruh teknologi terhadap kesehatan mental remaja di bangku perkuliahan menjadi semakin signifikan. Selain memberikan akses ke informasi dan konektivitas sosial yang tak terbatas, teknologi juga memunculkan tantangan khusus yang dapat memengaruhi kesehatan mental remaja. Media sosial memungkinkan orang untuk membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan orang lain, yang sering kali tampak lebih sempurna di dunia maya. Ini dapat menciptakan perasaan rendah diri dan tidak puas, serta akan mengganggu kesehatan mental.

Dalam menghadapi permasalahan teknologi dan kesehatan mental, penting untuk mempraktikkan kebiasaan digital yang sehat, termasuk menjaga batasan dalam penggunaan media sosial, dan mencari keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata. Institusi pendidikan juga harus terlibat dalam kampanye kesadaran mengenai risiko penggunaan teknologi yang berlebihan.

5. Stigma dan Kesadaran

Stigma seputar masalah kesehatan mental masih merupakan masalah yang signifikan dalam masyarakat dan di lingkungan perguruan tinggi. Stigma yang menyertai masalah kesehatan mental dapat membuat banyak mahasiswa merasa malu atau takut untuk mencari bantuan. Mereka mungkin merasa bahwa masalah kesehatan mental adalah sesuatu yang seharusnya disembunyikan.

Meningkatkan kesadaran tentang masalah kesehatan mental adalah langkah pertama yang penting dalam mengatasi stigma. Perguruan tinggi harus berupaya untuk mengedukasi mahasiswa tentang masalah ini, mengenalkan mereka pada sumber daya kesehatan mental, dan menghilangkan pandangan negatif terhadap orang yang mencari bantuan.

6. Kurangnya Dukungan Sosial

Kurangnya dukungan sosial adalah permasalahan kesehatan mental yang sering dihadapi oleh remaja di bangku perkuliahan. Mahasiswa yang merasa terisolasi atau tidak memiliki jaringan dukungan yang kuat dapat mengalami tekanan emosional yang berat. Inilah mengapa penting untuk mengatasi masalah ini.

Untuk mengatasi kurangnya dukungan sosial, perguruan tinggi harus menyediakan sumber daya yang mendukung, seperti kelompok dukungan, konseling, dan klub atau organisasi mahasiswa yang mempromosikan koneksi sosial. Mahasiswa juga harus didorong untuk mencari teman sebaya dan membangun hubungan yang sehat.

7. Ketidakpastian Masa Depan

Ketidakpastian masa depan adalah permasalahan yang umum dihadapi oleh mahasiswa di perguruan tinggi. Masa depan yang tidak jelas, terutama dalam hal karier dan pekerjaan, dapat menciptakan tingkat stres yang tinggi. Mahasiswa sering merasa tertekan dengan pertanyaan tentang pekerjaan setelah lulus dan pemenuhan ekspektasi orang tua.

Menghadapi ketidakpastian masa depan adalah tantangan yang memerlukan perencanaan dan dukungan. Perguruan tinggi harus memberikan bimbingan karier yang kuat, pelatihan keterampilan, dan sumber daya untuk membantu mahasiswa menjelajahi pilihan karier mereka. Selain itu, fokus pada keseimbangan hidup dan perencanaan masa depan yang realistis dapat membantu mengurangi stres yang terkait dengan ketidakpastian.

Kesehatan mental remaja di perguruan tinggi adalah isu yang memerlukan perhatian serius dan perubahan nyata. Dari tekanan akademik hingga ketidakpastian masa depan, mahasiswa menghadapi tantangan yang kompleks dalam menjalani kehidupan perkuliahan. Namun, dengan kesadaran, edukasi, dan upaya kolaboratif, kita memiliki kemampuan untuk mengubah paradigma seputar kesehatan mental. Berbagai pihak dalam perguruan tinggi dan masyarakat luas dapat menjadi sumber dukungan yang membantu mahasiswa menavigasi labirin kesehatan mental dengan keyakinan dan kesehatan mental yang baik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image