Kasus Bunuh Diri Mahasiswa Semarang: Butuh Solusi, Jangan Jadikan Inspirasi
Info Terkini | 2023-10-15 15:11:39Ia menjadi harapan orangtua, namun setiap derita ia tanggung sendiri tanpa pernah bercerita. Seharusnya tugasnya adalah belajar, namun keadaan membuatnya banting tulang hingga petang. Ribuan ekspektasi menghujani pundaknya, padahal kakinya lemah tak sanggup menopang seluruhnya.
Ia adalah seorang pemuda yang seharusnya menjadi penerus peradaban dan pembawa perubahan, namun keadaan yang ia hadapi hanya menuntut, lantas berlepas tangan.
Mungkin itulah sedikit gambaran, bagaimana keadaan pemuda intelektual kita sekarang. Pemuda yang seharusnya memperoleh banyak dukungan, tapi malah seakan hilang arah dan tak punya tujuan.
Dalam kurun waktu sepekan, dua mahasiswa di Semarang mengakhiri nyawanya sendiri. Dikutip dari Antaranews.com (12/10/2023), Dua kasus dugaan bunuh diri terjadi di Semarang, pertama dilakukan NJW (20) warga Ngaliyan, Semarang, mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri yang ditemukan tewas di Mal Paragon Semarang, Selasa (10/10).
Kasus kedua, seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Semarang berinisial EN (24) warga Kapuas, Kalimantan Tengah, yang ditemukan meninggal dunia di dalam kamar indekosnya, Rabu (11/10).
Sungguh kejadian ini membuat hati kita teriris, karena ini bukanlah kejadian pertama. Bulan lalu, terjadi pula kasus bunuh diri, 2 orang mahasiswi swasta, yakni mahasiswi USM dan mahasiswi UNIKA. Tidak hanya dilakukan mahasiswi, bulan Agustus lalu keluarga Undip pun dikejutkan dengan tewasnya mahasiswa hukum yang gantung diri di Lapangan Tembak 600 m, Kodam IV Diponegoro.
Ada Apa Dengan Mahasiswa Saat Ini?
Ada banyak faktor yang menyebabkan pemuda hari ini mempunyai "keinginan" untuk bunuh diri. Mulai dari tuntutan ekonomi, terjerat hutang, beban tugas kuliah, hingga perkara asmara. Banyak hal yang harus ditanggung sendiri, tak mendapatkan solusi, akhirnya membuat lelah dan berujung depresi.
Seperti yang kita ketahui, bahwa saat ini kita berada dalam sistem kapitalisme. Sistem yang menjadikan materi sebagai sumber kebahagiaan. Sistem yang "berakidahkan" sekulerisme ini, sejak awal hanya menuntut persoalan dunia, dan seakan mencampakkan perkara akhirat dengan cara memisahkannya.
Padahal dalam menjalankan kehidupan ini, manusia tak akan pernah mampu melakukannya dengan kemampuannya sendiri. Manusia butuh aturan untuk menjalani kehidupan dunia yang penuh dengan ujian.
Jangan Jadikan Bunuh Diri Sebagai Inspirasi
Tak dipungkiri bahwa kita tengah berada pada era teknologi, sosial media begitu mudah diakses, dan perlu diketahui bahwa media mempunyai peran dalam membentuk kepribadian diri.
Apa yang kita lihat, kita dengar dan kita baca, lama-lama akan mempengaruhi tindakan apa yang akan kita lakukan.
Narasi-narasi tentang kasus bunuh diri pun justru bisa menjadi inspirasi, alih-alih menjadi edukasi pencegahan karena narasinya yang salah.
Sebagai seorang muslim, kita paham bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Dan kapan waktu kematian tidak ada manusia yang mengetahui, yang bisa manusia lakukan adalah mengikhtiarkan agar kematian itu dalam keadaan yang Allah ridhoi.
Bunuh Diri Bukan Solusi Atasi Masalah yang Datang Bertubi
"Dahulu ada seorang lelaki yang terluka, ia putus asa lalu mengambil sebilah pisau dan memotong tangannya. Darahnya terus mengalir hingga ia mati. Allah Ta'ala berfirman : "Hambaku mendahuluiku dengan dirinya, maka Aku haramkan baginya Surga." (HR.Bukhari No. 3463 dan HR. Muslim No. 113)
Banyak yang mengira dengan menghilangkan nyawa sendiri masalah selesai begitu saja. Padahal yang ia tinggalkan adalah dunia yang fana, dan yang ia hadapi selanjutnya adalah pembalasan yang sangat panjang.
Allah adalah sebaik-baiknya tempat kembali. Seberat apapun masalah kita, Allah tidak akan pernah meninggalkan kita. Hidup memang penuh ujian, tapi Allah janjikan solusi bersamaan dengan ujian yang diberi.
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi" (QS Al-Ankabut:2)
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Al Insyirah:5-6)
Meminimalisir Angka Bunuh Diri dengan Islam
Apa yang terjadi pada mahasiswa di Semarang seharusnya menjadikan kita bersegera mencari solusi. Ada banyak faktor penyebab bunuh diri menjadikan kita melek bahwa ada yang salah dengan sistem yang diterapkan saat ini.
Sistem saat ini tidak menjadikan akidah Islam menjadi dasar pendidikan. Akhirnya banyak pemuda intelektual yang tidak hanya krisis jati diri, namun juga krisis keimanan.
Dalam Islam, akidah dijadikan sebagai dasar pendidikan. Alhasil terbentuklah kepribadian Islam, dimana pola akal dan pola jiwanya terbimbing dengan nash. Pemuda akan memahani bahwa tempat bersandar terbaik adalah Allah SWT.
Para pemuda pun akan memahami bahwa apapun yang mereka lakukan di dunia, akan Allah mintai pertanggungjawaban di hari penghisaban. Dan hal ini dapat terjadi karena kesadaran mereka bahwa kehidupan berasal dari Allah SWT dan semua manusia akan kembali kepadaNya.
Tidak hanya pemuda yang memiliki kepribadian Islam. Tapi para penguasa pun juga akan terdidik dengan menerapkan syariat Islam dalam kehidupan.
Para pemimpin akan sadar bahwa semua kehidupan ini saling berkaitan, tak dapat dipisahkan. Dari segi pendidikan, ekonomi hingga pergaulan, semua membutuhkan solusi yang sama, yakni Islam.
Islam mempunyai solusi mengatasi ekonomi, sebagai contoh pendidikan tinggi akan difasilitasi negara, bukan dibebankan kepada mahasiswa dengan ukt yang melambung setinggi angkasa.
Islam juga mempunyai solusi terhadap media sosial, media sosial akan diseleksi dan konten-konten yang berpotensi merusak akal dan jiwa, tidak boleh di izinkan untuk tayang. Hanya konten yang mengedukasi dan menambah keimanan serta ketaqwaan yang akan menghiasi sosial media.
Islam pun tidak akan membiarkan umat menjadi umat yang individualis. Islam akan mencetak insan yang peduli dengan sesama, dan tidak hanya mementingkan dirinya sendiri.
Maka, sudah saatnya kasus ini kita solusikan dengan solusi yang hakiki. Yakni dengan menerapkan kembali sistem yang pernah menaungi dunia selama kurang lebih 14 abad lamanya. Sistem yang menerapkan Al-Qur'an dan As-Sunah. Sistem yang Rasulullah dan para Sahabat contohkan. Dan tentu saja itu bukan sistem buatan manusia, namun sistem Islam yang berasal dari Allah Ta'ala.
Wallahu A'lam bish shawwab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.