Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yusra

Koneksi antar Materi Modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya

Guru Menulis | 2023-10-12 12:14:04
Penulis bersama Kacabdisdik Kota Banda Aceh dan Aceh Besar Syarwan Joni, S.Pd, M.Pd saat kegiatan Lokakarya 3 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 8

Sebagai pemimpin pembelajaran sejatinya dapat membangun ekosistem belajar yang mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan murid demi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila. Keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh cara pandang seorang pemimpin pembelajaran dalam melihat ekosistemnya sendiri: apakah sebagai kekuatan atau sebagai kekurangan?

Pemimpin pembelajaran yang memandang semua sumber daya yang dimilikinya sebagai sebuah kekuatan dan aset, maka ia tidak akan berfokus pada kekurangan tapi berupaya pada pemanfaatan kekuatan dan aset yang dimiliki untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Oleh sebab itu pemimpin pembelajaran sangat berperan penting dalam mencapai tujuan pendidikan dan tujuan pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya.

Sosok pemimpin pembelajaran merupakan mereka yang mampu memanfaatkan secara optimal berbagai sumber daya yang untuk mendukung tujuan pendidikan tersebut. Kemampuan pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah menjadi kunci utama dalam membangun kekuatan dalam lingkup sekolah, baik terkait sivitas sekolah, lingkungan maupun masyarakat sekitar, yang kemudian membawa manfaat bagi peserta didik.

Kekuatan atau potensi sumber daya yang ada di sekolah oleh pemimpin pembelajaran harus dapat memanfaatkan kekuatan tersebut melalui konsep 7 modal utama yakni; 1) modal manusia, 2) modal fisik, 3) modal sosial, 4) modal finansial, 5) modal politik, 6) modal lingkungan/alam, serta ,7) modal agama dan budaya.

Ketujuh modal tersebut dapat dimanfaatkan dengan pendekatan berbasis aset (asset-based approach) yaitu sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukenali hal-hal yang positif dalam kehidupan.

Dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, pemimpin pembelajaran dapat memusatkan perhatian pada apa yang sudah berjalan dengan baik, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Pendekatan berbasis aset ini juga digunakan sebagai dasar paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) yang sudah dibahas sebelumnya pada modul 1.3, dimana paradigma IA ini percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan.

Adapun hubungan pengeloaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas tentunya salah satunya menggunakan aset di sekolah dengan efesien dan efektif seperti tanaga pengajar,fasilitas, waktu, tehnologi dan juga dana. Sehingga pengelolaan sumber daya yang baik dapat secara signifikan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.

Contohnya memiliki tenaga pengajar yang berkulitas, memiliki fasilitas yang memadai, memiliki guru yang disiplin dan bertanggung jawab pada tugas nya.

Kemudian dana digunakan secara tepat sasaran sehingga pengelolaan sumber daya yang tepat dapat membantu menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik, mendukung pembelajaran yang lebih baik, dan akhirnya meningkatkan kualitas pendidikan yang diterima oleh murid-murid.

Selain sumber daya yang terdapat di lingkugan internal sekolah yang secara langsung dapat dijalankan oleh pemimpin pembelajaran sebagaimana tersebut di atas.

Juga terdapat sumber daya eksternal yang memungkinkan digunakan untuk menunjang pendidikan yang tertuju kepada murid guna meningkatkan kualitas mereka baik secara hard skill maupun softskill.

Saya sebagai pemimpin pembelajaran tak jarang menghadirkan native speaker ke ruang kelas untuk meningkatkan kualitas penguasaan pelajaran bahasa Inggris yang saya ampu. Tentu saja bersama-sama dengan guru bahasa Inggris lainnya. Melalui hubungan baik yang telah terbina selama ini bersama partner, saya mengundang mereka ke sekolah.

Hasilnya murid-murid sangat antusias untuk belajar bahasa Inggris dan berkesempatan berbicara langsung dengan native speaker dalam bahasa Inggris.

Setiap keputusan yang dibuat oleh seorang guru akan memberi pengaruh terhadap pengajaran murid-murid atau peserta didik. Pengaruh tersebut bisa positif dan dapat pula negatif.

Namun yang lebih penting sebagai landasan dalam membuat keputusan harus menghasilkan kemungkinan semakin meningkatnya pengajaran yang memerdekakan murid.

Peserta didik harus menjadi prioritas dari para pendidik agar mereka mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dari proses pembelajaran yang berpihak pada mereka.

Keputusan pembelajaran yang tepat oleh seorang pendidik dilakukan berdasar pada potensi peserta didik yang berbeda-beda disebabkan adanya perbedaan bakat, minat, gaya belajar, dan mengenali karakteristik unik yang dimiliki sebagai model pemberlajaran difrensiasi.

Berangkat dari hasil asesmen dan observasi tersebut, kita sebagai pendidik kemudian memutuskan pengajaran yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka, baik dari sisi konten, media yang digunakan, hingga model dan metode pembelajaran yang dipilih.

Dengan kata lain pendekatan pembelajaran diferensiasi dapat menjadi alternatif pertama yang menciptakan merdeka belajar peserta didik.

Sebagai seorang guru yang tugas utamanya adalah mendidik dan membangun kecerdasan murid harus menyadari bahwa setiap apapun yang kita lakukan akan menjadi sebuah perhatian bagi peserta didik. Kita akan menjadi model bagi perilaku anak dan keseluruhan sikap mental mereka.

Maka filosofi Ki Hajar Dewantara yang sangat fenomenal dengan semboyan beliau semboyan ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri Handayani dengan Pratap Triloka nya harus menjadi acuan dasar bagi kita dalam melakukan pembelajaran di kelas.

Bahkan tidak saja di dalam proses belajar mengajar di kelas dapat menjadikan filosofi itu sebagai pedoman, di luar kelas pun sangat efektif dijadikan sebagai pijakan termasuk dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan.

Kita harus akui bahwa potensi yang dimiliki oleh anak sangat beragam. Tidak ada anak yang bodoh, yang ada adalah bagaimana sikap kita, cara pandang kita, dan perlakuan kita terhadap mereka yang kemudian akan memberikan dampak yang besar terhadap pengembangan potensi mereka, baik dari sisi knowledge, attitude, dan pembentukan kecapakan pada bidang minat dan bakat mereka dalam setiap pembelajaran.

Oleh sebab itu menurut pendapat saya, seorang guru harus objektif menilai seorang anak, dan proporsional dalam memberikan perlakuan dan perhatian, serta adil dalam memberikan kasih sayang untuk mereka. Tidak boleh seorang guru membuat keputusan yang berdasarkan emosional dan atas dasar like or dislike.

Dalam konteks ini kita dapat menerapkan model ataupun medote 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Jujur! Sebelum saya mempelajari dan memahami modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. Dalam langkah-langkah pengelolaan kelas atau pengambilan keputusan lebih saya banyak terfokus pada kekurangan, bukan pada aset atau kekuatan. Sehingga saya kerap memiliki keraguan atau pesimis dalam melakukan langkah-langkah atau pengambilan keputusan.

Namun setelah mempelajari modul 3.2, wawasan dan pola pikir mengenai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya sekolah saya menjadi berubah. Ternyata seorang pemimpin harusnya selalu mengedepankan pola pikir berbasis kekuatan/aset yang dimiliki sehingga hal ini membuat kita akan berpikir positif dan optimis dengan memanfaatkan dan memberdayakan sumber daya atau aset yang ada di sekolah dan lingkungan sekitarnya.

Simpulan

Demikian rangkuman yang dapat saya gambarkan pada pembelajaran ini. Tentu saja banyak contoh konkrit lainnya yang telah saya dapatkan selama mengikuti Pendidikan guru Penggerak (PGP), yang sebelumnya saya kerap merasa pesimis ketika menghadapi berbagai tantangan di kelas bahkan di sekolah.

Cara pandang saya yang sebelumnya selalu merasa kekurangan dalam ketersediaan sumber daya. Namun setelah saya mengikuti PGP utamanya pada modul ini, pola pikir saya telah berubah, dan ternyata banyak sekali sumber daya yang dapat saya manfaatkan untuk menyiapkan pembelajaran yang menarik dan berkualitas bagi peserta didik.

Sehingga saya menemukan kepercayaan diri dan optimisme yang lebih meningkat dalam menyelesaikan setiap kendala ataupun tantangan yang ada. Salam Guru Hebat!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

Terpopuler di

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image