Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Yusra

Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Siswa dengan Metode Belajar Interaktif

Guru Menulis | 2023-10-10 22:08:20
Penulis mengikuti kegiatan Lokakarya 4 Program Pendidikan Guru Penggerak di Banda Aceh

Bahasa Inggris adalah bahasa Jermanik yang paling umum digunakan seluruh dunia. Sejak awal abad pertengahan bahasa Inggris dituturkan sebagai bahasa pertama mayoritas penduduk di berbagai negara, termasuk Britania Raya, Irlandia, Amerika Serikat, Kanada, Selandia Baru, dan sejumlah negara-negara Karibia serta menjadi bahasa resmi di hampir 60 negara berdaulat.

Bahasa Inggris saat ini digunakan oleh lebih 1,75 miliar orang di seluruh dunia. Selain itu, juga saat ini banyak perusahaan multinasional menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi utama dalam menjalankan bisnis demi membangun komunikasi yang kuat antar tim di berbagai negara.

Dalam pandangan awam dan masyarakat umum, fungsi sebuah bahasa hanya sebagai alat komunikasi. Berbagai bahasa di dunia selalu digunakan untuk membangun kesepahaman dalam interaksi antarmanusia. Bahasa menjadi sangat penting dalam komunikasi verbal apalagi pada zaman modern sekarang ini.

Dalam konteks sederhana, maka penggunaan bahasa tidak serumit seperti yang dipelajari sebagai kajian keilmuan. Cukup bahasa tersebut memberikan dampak saling mengerti satu sama lain dalam penukaran informasi tak terkecuali bahasa Inggris.

Lalu mengapa meskipun fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, namun masih saja terasa sulit menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari?

Menurut hasil sebuah penelitian yang dilakukan oleh lembaga yang memiliki konsen terhadap pendidikan, Education First (FE) tentang kecakapan bahasa Inggris, Indonesia tertinggal jauh dari Singapura, bahkan masih kalah dari Malaysia dan Filipina.

Berdasarkan data dari riset tersebut ditemukan bahwa indeks kecapakan bahasa Inggris, posisi Indonesia tahun 2017 turun dari tahun sebelumnya yakni dari peringkat 32 turun ke peringkat 39. Artinya dari level kemahiran menengah ke tingkat kemahiran rendah.

Kemampuan penguasaan (kecapakapan) bahasa Inggris orang Indonesia tergolong paling rendah secara rata-rata di Asia, dibandingkan dengan Singapura dengan nilai indeks 66,03, lalu Malaysia 61,07 serta Filipina 60,59 dan Indonesia hanya 52,12.

Adapun skor indeks kecakapan bahasa Inggris Indonesia pada 2022. Juga masuk kategori kecakapan rendah yakni berada di peringkat ke-81 dari 111 negara yang mengikuti tes.

Fakta ini membuktikan kepada kita bahwa pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh stakeholder masih banyak. Kecakapan bahasa Inggris warga sebuah negara akan menentukan bangsa tersebut dalam daya saing global.

Dengan memiliki kemampuan berbicara, menulis, dan bernegosiasi secara efektif dalam bahasa Inggris ditingkat internasional, maka bangsa atau negara tersebut akan mendapatkan keunggulan-keunggulan kompetitif.

Tidak dapat dihindari bahwa dalam jangka panjang arah kompetisi dunia menuju penguasaan teknologi dan energi. Negara yang memiliki sumber daya manusia unggul serta dibarengi dengan teknologi maka besar kemungkinan akan tetap survive.

Sementara negara yang kalah bersaing dalam kualitas sumber daya manusia cenderung akan “dikuasai” oleh negara kuat (super power). Sebab itulah agar akses terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi lebih mudah, setidaknya dengan menguasai bahasa Inggris.

Guna mengantisipasi penurunan daya saing SDM Indonesia minimal pada tingkat negara-negara ASEAN, pemerintah harus segera membenahi sistim pendidikan melalui kurikulum sekolah-sekolah SD-SMA agar pendidikan bahasa Inggris menjadi pelajaran yang diminati oleh murid atau siswa.

Meskipun saat ini pelajaran bahasa Inggris telah dihapus dari kurikulum SD namun setidaknya ada satu sesi yang disediakan secara khusus tentang peminatan bahasa Inggris.

Kendala utama dalam pengajaran bahasa Inggris menurut sejumlah guru bidang studi bahasa Inggris di Kota Banda Aceh adalah para siswa tidak memiliki rasa percaya diri yang cukup untuk berbicara bahasa Inggris dalam pergaulan sehari-hari terutama di sekolah.

Mereka pada umumnya takut berbicara dalam bahasa Inggris karena merasa masih salah. Hal itulah yang menyebabkan siswa tidak menyukai bahasa asing tersebut apalagi jika ada teman yang siap menertawai.

Oleh karena itu kunci utama proses pembelajaran bahasa Inggris di sekolah selain faktor kurikulum adalah variabel guru dan metode pembelajaran yang diterapkannya.

Dari banyak hasil penelitian yang telah dilakukan oleh guru dan para akademisi ditemukan bahwa penerapan metode pembelajaran yang tepat ternyata mampu meningkatkan daya serap dan pemahaman yang signifikan pada siswa SMP dan SMA. Lalu mengapa tidak dicoba?

Dengan perkembangan teknologi internet dewasa ini para guru dan pengajar bahasa Inggris dapat memadukan model belajar kreatif berbasis multimedia dan secara daring (online). Melalui pendekatan tersebut akan tercipta rasa suka dikalangan pelajar untuk belajar bahasa Inggris sampai mereka menguasainya.

Metode ini banyak dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan informal seperti bimbel, lembaga kursus atau les privat, dan sekarang ini mulai berkembang pula metode belajar bahasa Inggris berbasis komunitas.

Penggunaan fasilitas internet untuk menciptakan sistim belajar interaktif dalam metode pembelajaran dapat menciptakan pengalaman baru bagi siswa. Sekaligus mereka mengenal model belajar inovatif 4.0.

Belajar inovatif model 4.0 memiliki keunggulan tersendiri terutama dalam hal interaktif antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa dalam satu halaman (page) atau ruang kelas online yang tersedia di web tersebut. Misalnya aplikasi berbasis web seperti Padlet, Edmodo, google classroom, dan lain-lain. Interaksi dapat terjadi sepanjang waktu meskipun siswa sudah kembali ke rumah.

Selain itu kita sebagai pengajar atau pelatih bahasa Inggris perlu memahami bahwa anak-anak sekarang memiliki kecenderungan yang berbeda dengan anak-anak generasi sebelumnya, istilah yang paling popular mereka disebut sebagai anak-anak milenial.

Ciri-ciri generasi milenial adalah mereka sangat akrab dengan teknologi internet, media sosial, dan senang mempelajari hal-hal baru. Sehingga para pengajar mesti memahami kesukaan, psikologis dan karakter belajar yang mereka miliki agar dapat memilih metode pembelajaran yang tepat untuk menghasilkan learning outcome yang progresif. SALAM GURU HEBAT!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image