Gen Z Lebih Butuh Rumah atau Pendidikan Adab?
Gaya Hidup | 2023-10-06 12:24:59Hunian yang layak, agaknya jadi cita-cita setiap insan gen z yang katanya sudah melek properti. Investasi pun jadi marak. Semarak berita bullying yang akhir-akhir ini terjadi, membuat saya resah tentang pendidikan seperti apa yang diberikan dalam sebuah institusi?
Kalau perundungan yang dilakukan sebatas saling bales-balesan nyanyi "dia pikir dia yang paling hebat" seperti Sadam dan Sherina berujung jadi bestie sih masih batas wajar ya. Sayangnya, kasus perundungan ada yang sampai memakan korban serta bakar sekolah karena tak tahan di bully teman-teman.
Pelakunya juga rata-rata di umur yang masih belia. Cuma karena si korban mengaku sebagai anggota kelompok "Barisan Siswa" padahal bukan, berakhir dengan penganiayaan, divideo-in pula. Alhasil, korban mengalami luka di bagian pipi kiri sama pelipis itu benjol. Kuping sebelah kiri juga kena tonjok. YaAllah.
Ada juga yang tak tahan dirundung serta nihilnya support dari para guru karena sering mengabaikan dia berakhir dengan membakar sekolah. Peran guru yang harusnya jadi pelindung seluruh siswa tanpa ada diskriminasi malah melahirkan dua tipe siswa, si paling hebat sehingga sering merundung, si sakit hati alhasil membakar sekolah.
Katanya Gen z cita-citanya ingin punya rumah, tapi institusi menciptakan dia untuk bakar sekolah. Berarti ada yang salah dengan sistem pendidikan kita. Memang boleh cita-citanya punya rumah tapi akhlak tak punya?
Walaupun ada aja yang punya rumah tapi adab ke tetangga kurang baik. Sering ghibah, sering fitnah, sering playing victim. Artinya, setiap manusia harus punya adab yang baik agar rukun sesama makhluk.
Walau saat ini sulit menanamkan akhlak di jaman penuh dengan gelombang kekufuran, at least we tried. Apalagi di dunia pendidikan yang menjadi jantungnya sebuah peradaban.
Syed Muhammad Naquib al-Attas pernah mention kalau akar dari segala permasalahan dan krisis moral saat ini, pada hakikatnya bermuara pada hilangnya adab (the loss of adab). Al-Attas merujuk pada hilangnya disiplin raga, fikiran dan jiwa. Disiplin menuntut pengenalan dan pengakuan atas tempat yang tepat bagi seseorang dalam hubungannya dengan diri, masyarakat dan umatnya; pengenalan dan pengakuan atas tempat seseorang yang semestinya dalam hubungannya dengan kemampuan dan kekuatan jasmani, intelektual, dan spiritual seseorang. (Syed Muhammad Naquib al-Attas. Islam dan Sekularisme. (Bandung: PIMPIN. 2011), hlm 129)
Kalau murid yang dihasilkan seperti bullying itu, lantas peradaban apa yang kita inginkan? Jika sekolah hanya mengajarkan hard working, melek teknologi, nilai paling tinggi, tanpa menanamkan nilai ta'dib, tazkiyah, ta'lim, lantas murid yang dilahirkan tentu akan berorientasi pada infrastruktur dunia bukan infrastruktur karakter.
Jika sudah seperti ini, ingin sekali bernyanyi, "Dia pikir, dia yang paling hebat?"
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.