Kisah Indah di Muzdalifah
Agama | 2023-10-02 20:36:00Bagi jamaah haji, sebuah tempat bernama Muzdalifah pasti menyimpan sejumlah kisah.Begitu pula dengan kami. Pada 9 Dzulhijjah 1444 H atau 27 Juni 2023 kegiatan wuquf dimulai setelah dhuhur sampai dengan maghrib. Kami melanjutkan agenda berikutnya yaitu setelah waktu maghrib, kami berjalan puluhan meter dari tenda Arafah menuju ke pinggir jalan di depan 'perkemahan' itu atau mendekat ke 'halte bis' yang akan mengantar kami ke Muzdalifah. Kami membawa tas tenteng berisi perlak plastik dan makanan minuman termasuk kopi dan teh hadiah dari kementerian haji Arab Saudi.
Ketua kloter telah membagi kelompok-kelompok menuju bis bergiliran berangkat dari Arafah agar tidak macet atau terlalu lama menunggu bis. Jamaah KBIH kami yang mendapat jatah satu tenda Arafah tidak cukup terangkut dengan satu bus, tetapi lebih. Jadi berpencar berangkatnya. Setelah bis datang, kami antri naik. Armadanya bagus dan nyaman.
Tidak berapa lama kami sampai di Muzdalifah. Nomor pintu pagarnya sudah ditentukan yaitu masyariq 31. Kami turun dan masuk lewat pintu pagar itu. Di pintu masuk sudah ada dua petugas berperawakan Arab yang membagikan kerikil dalam kantung kecil. Banyak sekali stoknya. Kami tidak perlu mencari di tanah lapang itu. Jadi, begitu masuk ke lokasi berpagar itu kami sudah mendapat kerikil dalam kantong warna oranye. Katanya berisi 100 kerikil alias sudah cukup untuk lempar jumrah.
Kelompok kami mencari lokasi yang pas dan nyaman. Sudah banyak jamaah yang datang duluan. Kami memindahkan karpet-karpet yang telah disediakan untuk kami gunakan untuk salat, mabit, dan beristirahat malam itu.
Banyak tempat wudhu dan toilet. Akhirnya kami salat Maghrib dan Isya secara jamak takhir qashar. Kami tiba sudah waktu isya. Setelah salat dan berdoa, kami pun bersitirahat. Beralas karpet beratap langit dengan lalu lalang orang yang terus berdatangan, alhamdulillah saya bisa tidur pulas.
Berada di Muzdalifah untuk mabit semalam yaitu tanggal 9 malam 10 Dzulhijjah sampai dengan Subuh (28 Juni 2023).
Dalam buku Misteri Wukuf di Arafah, Muhammad Rusli Amin menulis bahwa ketika Rasulullah tiba di Muzdalifah, beliau melakukan salat Maghrib dan Isya, lalu berbaring menunggu terbitnya fajar lalu salat Subuh. Setelah itu beliau mengendarai unta ke masy'aril haram. Sebelum matahari terbit, beliau meninggalkan Muzdalifah menuju Mina.
Persiapan kerikil 100 biji untuk 70 lemparan sudah beres. Sebelum terbit matahari berangkat menuju ke Mina.
10 Dzulhijjah atau 28 Juni 2023 Subuh menuju Mina.
Musdalifah adalah tempat terbuka yg cukup luas di antara Makkah dan Mina. Seperti tanah lapang yang dikelilingi perbukitan bebatuan. Lampu penerangan cukup memadai. Sebelum tidur, sekitar kelompok kami masih longgar, namun ketika bangun tidur menjelang Subuh, sekitar kami sudah dipadati orang yang datang belakangan. Termasuk saudara- saudara kami dari Pamekasan.
Muzdalifah adalah tempat antara Arafah dan Mina. Terkadang dinamai Masy’aril-Haram karena dia merupakan tempat untuk manasik haji (masy’ar) di mana jamaah haji masih dalam keadaan berpakaian ihram (haram) karena belum bertahallul. Di tempat ini memang ada satu lokasi bernama Masy’aril-Haram berupa bukit yang dikenal dengan nama Quzah.
10 Dzulhijah 1444 H atau 28 Juni 2023 setelah subuh, kami bersiap-siap meninggalkan Muzdalifah menuju Mina. Subuh itu di tanah Muzdalifah seperti lautan manusia. Mereka mengantri mendekati pintu-pintu keluar di pagar menuju tepi jalan untuk menunggu bis. Rabu 28 Juni 2023 pagi bergeser ke Mina diangkut bis. Armada terbatas dan jalanan macet. Kami menunggu sambil menikmati bekal yang tersisa. Antrian sangat panjang di beberapa pintu. Beberapa lansia ada yang pingsan. Matahari mulai meninggi, antrian terasa lambat bergerak. Pukul 9 pagi lebih, saya dan istri dapat naik bis menuju Mina. Sebagian teman kami sudah duluan, namun banyak juga yang baru berhasil mendapatkan transportasi pukul 11 siang atau lebih. Berkumpulnya jamaah haji pada tempat dan waktu yang bersamaan memang perlu kesabaran. Kerikil dari Muzdalifah sudah kami amankan untuk tahapan ibadah haji berikutnya. Muzdalifah menyimpan kisah indah. Sabar, lapang dada, baik sangka, banyak istighfar, dan berdoa akan mampu mengubah semua hambatan menjadi terasa ringan. Bahkan menjadi nikmat yang tak terlupakan. (Jakarta, 2 Oktober 2023)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.